11 _11_

Ton memegangi tangannya yang benar benar sangat sakit. Sungguh, aku seperti mengalami kecelakaan saja.

Sret..Sret..

aku bisa mendengar suara urat yang perlahan terputus secara perlahan. Sangat menyakitkan.

Siapapun siapapun tolong hentikan ini,!!

Aku menatap ke arah all. Dia sama seperti ku. Kedua Matanya terlihat kaget dan sangat ketakutan.

SPLAT

srek.. aku mengarahkan bola mataku kebawah. Tampak sebuah daging terlepas dan terjatuh di bawah.

Perlahan daging itu mengeluarkan cairan merah yang hangat..

"AKKKHH!!!"

_

_

_

"Sial permainan gila apa ini hentikan lihat ton seperti ini!!" seru all memegangi pundak temannya itu.

Sosok pria itu sedang terduduk. Kedua matanya bengkak karena menangis. Suaranya tidak terdengar lagi dan kedua matanya seolah mati rasa.

Badannya sangat dingin. Hanya ada sebuah kalimat yang terus ia gumamkan.

"Aku tidak mau mati"

"Aku tidak mau mati"

"Aku tidak mau mati"

_

_

_

_

Pria itu berdiri. Memasang wajah serius dengan kedua pipi memerah karena marah. Dia menengadah ke atas.

Melihat gadis pirang dengan postur diam tidak bergerak.

Bagaimana bisa ia hanya diam saat melihat manusia semenderita itu!

Apa jangan jangan ia sebenarnya bukan manusia. Tetapi ia mempunyai badan yang lengkap walaupun kulit nya lebih pucat ia masih lah seperti manusia.

"Sial!!,kau sebenarnya siapa!!, Lepaskan kami dari sini. Lihat ton bahkan sudah seperti itu!!" tunjuk pria itu pada seseorang yang sedang terduduk dengan wajah ketakutan.

Gadis itu hanya menoleh kebawah. Kulitnya sangat pucat. Di perlihatkan sepasangan mata datar berwarna biru yang sangat cantik..

"Ini adalah permainan, kalian baru bisa pergi setelah seorang dari kalian mati"

"Siapa kau??"

"..Aku tidak bertanggung jawab memberitahu itu padamu"

"Katakan!!"

".."

Tidak ada jawaban lagi. Gadis itu seolah tidak punya telinga atau pun emosi. Ia hanya diam saat melihat kami dibawah.

_

_

_

All mendecih kesal. Tetapi jika seperti ini terus ia akan benar benar terkurung.

Ia melihat ke arah rivalnya. Jika ia terbunuh maka ia akan pergi dari sini.

Lagipula ia memang sangat menyebalkan, sangat berisik. Kalau ia mati maka tidak akan ada yang menggangguku lagi.

Aku menatap ke atas...,"Hei gadis aneh, kalau seorang dari kami mati kan. Apapun caranya tidak masalah kan?"

"Iya" seru singkat gadis itu tanpa menatap ke arah all.

Aku menoleh ke arah pria itu. Sebuah pikiran terbesit. Tadi sebelum masuk ke tempat ini ia membawa sebuah pisau.

Untuk berjaga jaga..

Aku..akan membunuhnya..

Aku juga tidak mau mati di tempat seperti ini.

_

_

_

Tak

Tak

Gadis itu melihat dalam diam. Permainan akan berakhir sebentar lagi.

Pria berambut hitam itu akan membunuh pria berambut coklat.

Manusia selalu berusaha agar membuat diri mereka tidak dalam masalah. Jika pun mereka dalam masalah. Maka mereka akan mencari apapun untuk menyelamatkan diri mereka.

Termasuk membuang perasaan, membuang teman, dan membuang..

Sisi kemanusiaan mereka.

_

_

Ton menatap ke arah tanah. Sungguh sakit sekali saat tangannya berpisah dari tempatnya.

Sakit..sakit

Tak

Tak

Dia melihat sepatu hitam yang perlahan bergerak ke arah nya. Apa all sudah menemukan caranya.

Apa yang ia katakan tadi ya?, sama sekali tidak terdengar aku terlalu takut menatap sekitar..

Apalagi wanita aneh itu. Ia ..seram.

Tak

Tak

Sepatu itu terus melangkah. Tetapi all tetap diam. Aneh apa dia ketakutan juga?. Seharusnya kami tidak seperti ini.

All sangat baik. Walaupun aku selalu menantangnya dan menganggu nya ia tidak pernah marah.

Tadi juga.. seharusnya aku bilang aku tidak membencinya.

Hah..kalau tidak jadi rival kami pasti jadi teman baik. Eh..kenapa all sama sekali tidak bersuara.

Dia terdiam juga disana. Tunggu benda tajam apa itu.

Srek..

Ton melihat ke arah atas. Kedua matanya terdiam saat melihat sosok all, sosok rivalnya yang sedang menatapnya dengan kedua mata datar .

Tangan kanannya memegang sebuah pisau sedang yang terlihat sangat tajam.

"A..all ....apa..apa"

SREK

SPLAT..SPLAT..SPLAT..

Darah perlahan berceceran. Ton tetap terkejut sampai akhir. All memperhatikan dalam diam. Kemudian membuang pisau yang sudah berlumuran darah itu.

Kemudian ia mengelap darah di mulutnya, hah.. rasanya sangat melegakan.

Seharusnya aku sudah membunuhnya sejak dulu.

_

_

_

_

Dia menatap ke atas. Dengan kedua mata datar nan dingin hampir sama seperti gadis itu.

"Aku sudah bisa kembali kan?" serunya dengan nada datar.

Gadis itu berdiri, mengibaskan rambut pirangnya yang lumayan panjang.

"Iya, selamat atas kemenangan mu" serunya membuka sebuah gerbang yang kelam dan tidak tampak ujungnya..

Tanpa berkata apa apa dia segera pergi. Dengan jiwa yang segelap arang.

_

_

_

Gadis itu hanya menatap dari atas. ia tetap diam menatap mayat yang berlumuran darah itu.

Kalau manusia biasa pasti akan lari terbirit-birit ataupun ketakutan hingga kencing di celana..

Tetapi pria itu adalah manusia yang sudah membunuhnya. Jiwa gelap yang selalu ia sembunyikan.

Hah.. benar benar, pemuda yang malang, kau terlalu bodoh.

Pikir gadis itu, tidak menatap lagi mayat itu. Turun dari kursi kesayangannya menuju ke arah bawah.

Pemain hari ini selesai..

_

_

_

avataravatar
Next chapter