49 Si Penggila Makanan yang Manja (2)

Translator: EndlessFantasy Translation Editor: EndlessFantasy Translation

Kakeknya, Chen Yue, dengan jelas mengetahui bahwa Xi Xiaye pergi ke West Park. Setiap kali topik keluarga Xi yang dibahas, Xi Xiaye akan bersikap aneh. Paling memungkinkan adalah dia kurang lebih mengetahui tentang kejadian itu kemarin.

"Aku baik-baik saja, Kek. Semua aman. Aku akan pulang menjengukmu dua hari lagi. Maaf ya, Kek."

Dia terdiam sesaat sebelum membalas itu.

Di sisi lainnya terdengar suara batuk Chen Yue yang berat, kemudian sebuah desahan meratap. Beberapa saat setelahnya, suara yang dalam dan penuh kasih kakeknya itu didengarnya lagi. "Tidak apa-apa. Bukan maksudku menyalahkanmu. Hanya saja saat kau tak bisa dihubungi seperti itu, membuatku khawatir. Ibumu baru saja menyelesaikan laporan akademik dan pulang tadi malam. Dia mengkhawatirkanmu sepanjang hari. Mampirlah kalau punya waktu nanti."

"Mmm, baiklah. Biar kulihat jika aku bisa berkunjung di akhir pekan. Aku sedikit sibuk beberapa hari ke depan ini."

Dia merenung sebentar sebelum menjawab. Lukanya masih belum sembuh. Sejatinya dia tidak mau mereka mengetahui tentang itu. Jika tidak, kakeknya tidak akan membiarkan masalah itu begitu saja dengan tempramen yang dimilikinya.

Lagi, di antara dia dan keluarga Xi, tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk menjaga hubungan. Terus terang saja, memutuskan beberapa hal tidak selalu buruk.

Dia hanya khawatir beberapa hal tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkannya.

Chen Yue melanjutkan berkata-kata yang menyentuh pada Xi Xiaye, namun dia tidak mengingat salah satu dari semua itu. Dia hanya duduk saja di kegelapan beberapa lamanya dan tetap diam. Dia tidak lupa bahwa tindakan impulsifnya itu perlu dijelaskan pada Chen Yue dan ibunya, Chen Wenna.

Bagaimana dia menjelaskannya?

Apakah dia akan benar-benar membiarkan Mu Yuchen mengikutinya kembali ke rumah Chen dalam dua hari?

Xi Xiaye melihat ponselnya yang semakin meredup dan dia tiba-tiba terpaku. Ada sesaat baginya dimana semuanya ini memang nyata, sampai akhirnya didengarnya langkah kaki di luar vila. Kemudian ruang tamu seketika menjadi terang.

Dilihatnya ke arah pintu. Benar saja, seseorang menenteng beberapa bawaan di tangannya.

"Tadi sempat mampir sebentar ke supermarket. kau lapar?"

Ditaruhnya semua itu di atas meja dan membawa masuk barang-barang Xi Xiaye. "Coba lihat jika ada yang ketinggalan."

"Mmm, semuanya ada. Kenapa hanya kau sendirian yang kembali"

Xi Xiaye ingat sebelumnya Ah Mo juga bersamanya, sehingga dia melihat sekitar bertanya.

"Ah Mo tidak tinggal di sini," jawab Mu Yuchen, kemudian menuangkan secangkir air. Diminumnya dan dilihatnya Xi Xiaye. Dia menyadari bahwa pikiran Xiaye seperti masih mengawang, sementara wajahnya yang sedikit memerah. Kelihatan bahwa dia baru saja bangun. "Kenapa tidak tidur di kamar?"

"Aku tidak tahu bisa tidur seperti itu. Kelihatannya makan malam sedikit, terlambat…"

Mata Xi Xiaye melayang pada bawaan di atas meja itu. Seperti beberapa bahan-bahan segar yang baru dibeli. Pasti untuk masak di rumah, namun Nona Wang dan yang lainnya sudah pulang, dan kemampuan memasaknya…

Apa dia akan terkesan?

Dia mengernyit dan berpikir sejenak. Sebelum Yuchen menjawab, disahutinya. "Aku yang akan masak."

Yuchen menatapnya keheranan begitu dia mengatakannya. Cukup mengagetkan Xi Xiaye hingga dia berhenti melangkah.

"Yakin bisa? Duduk sajalah. Nanti ada yang masak di Maple Residence, jadi kau bisa makan dalam satu jam lagi."

Mu Yuchen bangkit, melepaskan jasnya dan menarik lengan baju sebelum membawa bahan-bahan ke dapur.

Xi Xiaye terkejut. Dia baru mengerti setelah berpikir beberapa saat. Tak disangkanya bahwa Direktur Glory World Corporation yang hebat ini, Tuan Mu yang berkuasa di Kota Z, ternyata ahi memasak..

Segera terdengar suara air dinyalakan dari arah dapur.

Dia terdiam sesaat, namun akhirnya bangkit dan berjalan menuju dapur.

Baru saja dia berada di pintu dilihatnya dapurnya luas dengan perlengkapan yang modern dan lengkap. Pria berperawakan tinggi itu sedang fokus mencuci bahan-bahan di depan keran air, membelakangi pintu dapur. Penanak nasi dan kompor telah dipersiapkannya.

Namun Mu Yuchen yang dengan tenang mencuci bahan-bahan itu merasa seseorang sedang mengawasinya dari belakang. Sontak dia berpaling ke arah pintu dan dilihatnya Xi Xiaye berdiri di sana diam-diam, melihatnya.

Dia berhenti sesaat. Tidak mengatakan apapun, dia memalingkan pandangannya sebelum melanjutkan mencuci.

Saat dia tetap terdiam, Xi Xiaye kemudian dengan lembut berkata, "Bi…biarkan aku saja yang mencucikannya."

Dia benar-benar merasa tidak enak membiarkan pria terhormat ini memasak sendirian. Nyatanya, dia bahkan seorang bawahannya. Dia tidak bisa membiarkan ini semua.

Sebelum Mu Yuchen menjawab, tangan Xiaye sudah terlebih dahulu berada di keran namun sepasang tangan besarnya menahan lengannya duluan.

"Tidak apa-apa. Nanti kalau lukau kena air akan sakit. Tak bisakah kau sedikit bersantai?"

Mu Yuchen mengernyit, kemudian dia mengomel dengan lembut mengeluarkan ponselnya. "Tolong charge ini. Kabelnya di sebelah sofa. Putarlah musik. Remote control-nya berada di laci meja tamu."

Xi Xiaye terkejut melihat sedikit ketidaknyamanan itu di matanya, dan dia menarik tangannya kembali dan berpaling meninggalkan dapur.

Namun hanya sesaat setelah semua itu dan suaranya terdengar dari luar dapur. "Di sini banyak kabel. Yang mana untuk ponselmu?"

"Semuanya sama saja," dibalasnya datar.

Diambilnya satu dan dicolokkannya ponsel itu, kemudian menunduk membuka laci meja tamu itu dan melihat remote control di dalamnya.

Diperiksanya sesaat kemudian dinyalakannya.

Seketika lampu-lampu indah di atas kepalanya bersinar mengikuti alunan musik yang lembut. Lagu berbahasa Jerman mengalun dengan indah mengisi seluruh ruangan…

avataravatar
Next chapter