2 Bab 2 : Kelab malam

***

       Rayen sudah siap pergi--dia memakai kaos warna putih polos dibaluti jaket jins berwarna navi. Penampilan Rayen malam ini sangat memukau. Eva membuka mulutnya lebar saat melihat lelaki itu. "Model rambut yang bagus," komentar Eva.

          Rayen membela rambutnya menjadi dua sampai gaya lelaki itu seperti member personil penyanyi grup pria Korea Selatan. Gaya rambut itu mirip rambut khas Chase Hudson--pemain tiktok terkenal di seluruh dunia. Rayen terlahir kaya raya. Dan tampaknya punya banyak uang serta paras menawan adalah perpaduan yang sempurna.

          "Oh ya. Aku suka gaya rambut ini," kata Rayen sambil memegangi rambutnya. Dia memerhatikan Eva yang memakai blus abu-abu ditutupi blazer warna coklat tua. Rayen bisa memahami bahwa mungkin Eva cukup tomboi sebab setahu Rayen, semua cewek tergila-gila akan warna merah jambu. Seperti mantan pacarnya Scarlett yang sangat menyukai warna tersebut.

         "Kau lebih cantik kalau kau mengurai rambutmu," bisik Rayen. Lelaki itu melepas ikat rambut Eva--membuat gadis di hadapannya merona. Eva tidak mengatakan apa-apa karena merasa cukup tegang.

        "Sudah siap berangkat?" Rayen bertanya sembari mengukir senyuman. Eva menjawab semangat, "Tentu." Entah apa hubungan mereka. Rayen hanya mengajak dia jalan-jalan tanpa tahu kemana lelaki itu membawa Eva. Tanpa memahami seperti apa status sosial Eva di mata Rayen. Apakah Eva hanyalah anak pelayan bagi Rayen? Eva tidak mengerti karena Rayen menggandeng tangan Eva menuju mobil lelaki itu.

          Ferrari Italia. Eva baru pertama kali merasakan duduk di dalam mobil mahal. Baunya benar-benar wangi, entah karena mobil itu sering dicuci atau karena Rayen memakai parfum mahal? Sebab Rayen punya aroma khas. Lelaki itu tidak bau badan sama sekali.

          "Apa kau sudah legal mengendarai mobil?" tanya Eva. Gadis itu menyadari bahwa dia dan Rayen masih terlalu muda. Seingat Eva, surat izin mengendara diberikan kepada remaja yang sudah berumur 18 tahun.

           Rayen meringis, dia berujar, "Segala sesuatu legal bagi siapa pun yang memiliki banyak uang." Eva terkejut mendengar jawaban Rayen. Dia ingin menegur lelaki itu tapi Eva tidak berani. Lagipula dia hanyalah anak pelayan yang ditugaskan menemani Rayen mencari udara segar. Bukan pacar lelaki itu.

        Ibunda Eva, Zaenab sebetulnya tak mengizinkan putrinya ikut bersama Rayen tapi karena Rayen merupakan majikan, dia bisa menekan asisten rumah tangga itu supaya membiarkan Eva pergi dengan dia. Di dalam mobil, Rayen memutar lagu Alex Benjamin berjudul "Let Me Down Slowly" agar suasana di antara antara dia dan Eva lebih santai.

         "Ngomong-ngomong aku berniat membawamu ke kelab malam bagaimana menurutmu?" Rayen mengumumkan dan Eva terkesiap--merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengarkan. "Aku bukan cewek seperti itu. Aku cewek baik-baik," sela Eva. Dia berpikir bahwa dia bukanlah cewek yang suka menghabiskan waktu di kelab malam.

           "Aku tidak mengatakan kau jenis cewek apa," ucap Rayen. Lagu Alex Benjamin masih terputar di dalam mobil mahal itu. "Apa kau tidak pernah penasaran dengan kehidupan orang dewasa? Kita tidak akan minum-minum. Kita cuma melihat-lihat suasana kelab malam, Maksudku kita mesti tahu gambaran kehidupan orang dewasa sebelum kita menginjak fase itu," tambah Rayen.

          Meskipun Rayen sudah menenangkan dia, Eva tetap merasa was-was. Mereka berdua masih 15 tahun dan Eva belum siap mengetahui kehidupan orang dewasa. Dia masih senang hidup sebagai gadis remaja. "Apa kita berdua bisa masuk ke dalam kelab dengan mudah? Kita berdua masih di bawah umur," tutur Eva. Dia menyadari bahwa usia remaja seperti mereka memiliki banyak batasan dalam melakukan sesuatu.

          Rayen tersenyum miring. Seperti yang sudah lelaki itu ucapkan sebelumnya, Rayen mengulang, "Segala sesuatu legal bagi orang kaya." Dia tertawa pelan, Eva pun tertawa. Baru kali ini dia bertemu cowok pemberani seperti Rayen. Dia benar-benar nekat melakukan sesuatu, tak peduli dia berasal dari keluarga berada. Rayen tak memikirkan orang tuanya.

          "Dan kini kau sudah mengajari aku bertindak nakal," canda Eva. Gadis itu berusaha mengusir perasaan takut dalam dirinya. Dia agak takut kalau ibunya bertanya kemana dia pergi bersama Tuan Muda Rayen, apa yang akan dikatakan Eva? Apakah dia harus jujur kalau Rayen mengajak dia ke kelab malam? Tentu itu jawaban buruk.

          "Beberapa kenakalan mendewasakan seseorang." Mendengar jawaban Rayen, Eva bungkam. Benar, Eva pun berpikir bahwa dia dan Rayen tidak akan melakukan apa-apa. Dia hanya mengunjungi kelab malam. Mereka sampai di kelab beberapa menit kemudian.

           Rayen dan Eva berhasil masuk ke dalam klub berkat uang Rayen. "Aku menyadari betul kekuatan dari uangmu," cetus Eva sembari menyaksikan beberapa orang  sedang asyik berjoget diiringi alunan musik DJ yang sangat keras. Eva menyadari pakaian cewek di tempat itu sangat seksi. Eva tidak percaya bahwa pakaian dalam yang sering dia gunakan di rumah justru dipakai sebagai pakaian santai di klub tersebut.

          "Semua orang butuh uang." Rayen menggenggam tangan Eva--mengajak gadis itu berjoget di kerumunan orang. "Aku tidak tahu cara berjoget," bisik Eva. Rayen memberikan senyuman.

         "Kau hanya perlu seperti ini." Rayen mempraktekkan gerakan bebas. Eva merasa itu lucu ketika melihat gerakan cowok itu. Dia berusaha meniru gerakan Rayen dan gadis itu merasa sangat aneh. Dia berpikir dia begitu kaku dalam berjoget.

           "Astaga, aku tidak bisa," teriak Eva sembari terbahak. Sangat sulit bicara pelan dibtempat se-ramai itu. Eva menertawakan kebodohan dia dalam bergoyang. Bagaimana bisa semua orang bisa berjoget dengan santai sementara Eva tidak bisa seperti itu?

           "Kau pasti bisa," seru Rayen sembari terus menerus menggoyangkan tubuhnya. Eva melakukan hal yang sama. Malam ini Eva lupa semua kecemasan yang sedari tadi mengganggu dirinya. Kelab malam membuat Eva merasa begitu bebas. Kelab tidak seburuk yang dia duga.

           "Maaf," kata Eva ketika dia menubruk seseorang. Dia terlalu bersemangat berjoget dan tidak menyadari menyiku tangan seorang cowok dewasa. "Hei, berapa usiamu? Kau masih di bawah umur!" tegas laki-laki itu ketika melihat pakaian Eva yang tertutup.

          "Jangan ganggu dia," timpal Rayen. Dia menarik tangan Eva menjauhi dari cowok itu. Mereka belum keluar ke dari kelab malam. Rayen mengajak Eva ke sudut kelab yang lain. "Terima kasih sudah membantuku," ucap Eva merasa bersyukur.

         "Sama-sama. Aku yang bertanggung jawab atas dirimu." Rayen merasa harus buang air kecil. Jadi dia mengatakan akan ke kamar kecil. Rayen takut ada masalah menimpa Eva sehingga dia meminta Eva menunggu di depan toilet pria. Setidaknya Rayen dan Eva bisa dekat. Eva bisa berteriak bila ada cowok asing yang mau mengganggunya.

Eva merasa risih karena di depan toilet banyak sekali cowok genit yang berbicara mesum. Eva bergidik ngeri. Eva berusaha tidak peduli. Dia masih bergeming saat cowok dewasa yang sempat dia tubruk muncul. "Jadi inilah anak di bawah umur yang menjajakan tubuhnya dibkelab malam. Kalian bisa memesan dia dengan harga murah." Pria itu mereka video sampai wajah Eva terekspos.

"Apa yang kaulakukan?" Eva berseru sembari menutup wajahnya. Dia tidak mau potret dirinya disebar luas. Eva benar-benar takut karena media sosial sangat kejam dewasa ini. "Hei, apa yang kaulakukan padanya?" Suara tegas Rayen terdengar. Dia menonjok pria tadi. Sepertinya pria itu mabuk sehingga Rayen mampu memukulinya. Setelah itu, Rayen membawa Eva keluar dari kelab itu.

          

avataravatar
Next chapter