1 18+ KEGIATAN PANAS (Prolog - mature)

"Jadi kau memiliki dua pekerjaan selama ini? Pegawai kantor lalu bekerja di bar?" tanya Jevan yang langsung diangguki oleh Vega.

"Wah, ini sulit di percaya. Aku pikir aku berhalusinasi saat melihatmu di tengah kerumunan karyawan pagi tadi. Aku tidak pernah menyangka kau menjalani kehidupan yang berbeda selama 24 jam."

"Aku juga tidak menyangka kau adalah bosku yang baru."

"Kenapa kau melakukan dua pekerjaan seperti ini?" tanya jevan dengan duduk menyatukan kedua tangannya dan tatapannya yang tajam begitu mengintimidasi.

"Kenapa? Pria dengan banyak uang sepertimu tidak akan mengerti dengan kondisiku saat ini. Tentu saja aku bekerja seperti ini untuk membiayai kehidupanku seorang diri." Vega atau biasa dipanggil Vega mendesis, matanya menatap nyalak pria yang duduk di hadapannya itu dengan penuh keangkuhan.

Jevan terdiam mendengar perkataan Vega, entah apa yang terlintas di otaknya hingga ia bisa memikirkan ide gila yang akan ia katakan kepada wanita di depannya saat ini.

"Tinggal sendiri itu ternyata tidak mudah. Diluar bayanganku, banyak pengeluaran ini dan itu."

"Aku bisa membiayaimu," ucap Jevan.

"Apa kau bilang?" Vega mengerjapkan matanya dengan penuh keraguan.

"Kau harus berhenti bekerja di bar itu dan bekerja untukku."

"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu."

"Aku akan membayarmu 2 kali lipat dari gajimu di bar itu jika kau bekerja untukku. Aku menginginkanmu, Rahee." Jevan berdiri memasukkan tangannya ke saku celananya mendekati Vega yang berdiri terdiam.

"Jika aku menolaknya …?"

"Jika kau menolak, kau mungkin akan kehilangan pekerjaanmu juga di kantor. Tidak baik untuk citra perusahaan jika ada yang tahu bahwa perusahaan memperkerjakan wanita yang memiliki pekerjaan lain di bar malam," ejeknya dengan nada penuh meremehkan.

Vega, wanita dengan rambut tergelung itu memicingkan matanya menatap tubuh tinggi yang menjulang di depannya itu. "Kau sedang mengancamku?" desisnya.

"Lebih tepatnya mengajukan penawaran yang lebih menguntungkan untukmu dan juga untukku. Aku bisa memberikanmu fasilitas yang lebih baik jika kau menerima penawaranku, Rahee."

Vega tahu dia tak bisa mengabaikan hal itu, karena pria itu bisa mendominasinya dan menghancurkannya dalam sekejap. "Aku akan menerimanya dengan satu syarat yang harus kau penuhi."

"Baiklah, katakan apapun syaratnya," ucap Jevan dengan entengnya.

"Jangan berharap lebih kepadaku. Aku hanya akan menjadi partner seksmu, bukan pasangan hidupmu dan sebagainya. Aku tidak akan membuka hati kepada pria berhubungan denganku."

*****

"Kau bisa tinggal di apartemen ini mulai sekarang. Ini milikku secara pribadi jadi kau tidak perlu khawatir akan ketahuan tinggal di apartemen bosmu," ucap Jevan sambil meletakkan tas berisi barang-barang Vega di atas sofa.

"Kau tidak perlu repot-repot memberikan aku tempat tinggal baru yang mewah ini. Aku sudah membiasakan diri tinggal di rumah sewaku yang dulu," kilah Vega sambil berjalan melihat isi kamar.

"Aku tidak merasa di repotkan dan lagi, jika kau tinggal disini akan mudah untukku bertemu denganmu," balas Jevan sambil meletakkan kedua tangannya di atas pundak Vega.

Kedua tangan Vega yang berada di kedua sisi tubuhnya langsung terkepal saat kedua tangan Jevan yang berada di atas pundaknya mulai meremasnya pelan, bahkan ia bisa merasakan napas hangat pria itu di tengkuk belakangnya.

Apa pria itu ingin melakukannya malam ini juga?

Tentu saja ia tahu ini akan terjadi karena setelah pria itu mengiyakan syarat yang ia tawarkan. Ia tidak bisa menolak dengan alasan apapun karena ia sudah menerima tawaran Jevan untuk menjadi partner bosnya di atas ranjang.

Jevan memutar tubuh Vegq agar berhadapan dengannya dan tanpa perlu waktu lama, bibir Jevan langsung memagut penuh bibirnya. Bibir Jevan bergerak liar melumat dan menikmati bibir Vega yang seperti candu untuknya. Tidak ada perlawanan yang ditunjukkan Vega, ia seolah menikmati ciuman Jevan dan ikut membalasnya.

Bibir Jevan perlahan bergerak turun ke leher putih Vega, membenamkan wajahnya sebentar di sana sambil sesekali bibirnya menghisap leher putih itu hingga meninggalkan bekas. Vega benar-benar tidak menunjukkan perlawanan, wanita itu hanya berdiri tegak meladeni semua perlakuan Jevan. Bahkan ketika tangan Jevan mulai membuka satu per satu kancing kemejanya, ia juga tidak menolak.

Jevan melempar asal kemeja Vega yang berhasil ia lepaskan, begitu juga dengan bra hitam Vega dengan cekatan. Jevan menundukkan kepalanya, bibirnya menyesap lembut dada Vega seperti bayi yang sedang menyusu sementara tangan kanannya meremas dada Vega yang bebas dari bibirnya.

"Euuhmmm .…" Vega mengerang pelan, tangannya meremas lembut rambut Jevan ketika bibir pria itu masih bermain di dadanya. Kedua mata nya terpejam saat rasa panas mulai terasa di sekujur tubuhnya. Sudah lama ia tidak merasa gairah setinggi ini, ah ... Jevan benar-benar membangunkan gairahnya yang sudah lama tertidur lelap.

Posisi Jevan kini berlutut di depan Vega yang masih berdiri di depannya sementara tangannya mulai melucuti rok Vega hingga ia bisa melihat jelas celana dalam hitam Vega.

"Jevan, kakiku mulai kram ... Biarkan aku duduk," pinta Vega dengan suara serak karena menahan gairah ketika tangan Jevan mengusap dan membelai lembut pahanya.

"Eungh ... Uhh ...." Kedua tangan Vega meremas seprei putih itu dengan kuat, kepalanya terdongak ke atas dengan mata terpejam ketika merasakan bibir dan lidah Jevan mencumbu di area kewanitaannya. Astaga, sensasi gairah ini benar-benar membuat Vega merasa pening.

Setelah yakin Vega sudah sangat siap, Jevan segera melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya sementara Vega berbaring di tengah-tengah ranjang, menunggu untuk di mangsa.

Jevan beranjak naik ke atas ranjang atau lebih tepatnya beranjak naik ke atas tubuh Vega, ia memposisikan tubuhnya di antara kedua kaki Vega dan menatap penuh gairah wanita yang berada di bawahnya itu. Ia selalu memimpikan hal ini dan sekarang akan menjadi kenyataan.

"Kau pernah melakukan ini sebelumnya?" tanya Jevan sambil mengecupi bibir Vega.

"Heum. Sudah sangat lama sejak terakhir kali aku melakukannya," jawab Vega sambil menggeliat ketika merasakan milik Jevan menggesek kewanitaannya.

"Kalau begitu ini tidak akan begitu menyakitkan untukmu," ucap Jevan dengan nafas terengah ketika ia mulai menggerakkan pinggulnya, memasuki kewanitaan Vega.

"Ahh ...." Vega memekik keras ketika milik Jevan sudah terbenam sempurna di dalam kewanitaannya. Sudah lama ia tidak melakukan hal ini jadi rasanya masih sedikit sakit ketika Jevan memasukinya.

"Kau menyukainya?" bisik Jevan saat pinggulnya mulai bergerak. Vega hanya mendesah nikmat, kedua tangannya bergerak-gerak tak karuan di punggung Jevan dengan kedua kakinya yang melingkar di kedua pinggang Jevan.

"Hhh ...." Kejantanan Jevan bergerak lincah di dalam kewanitaan Vega, benda keras itu mendorong dan menekan hingga menyentuh titik sensitifnya. Kedua tangan pria itu juga meremas sensual buah dadanya, bibirnya terus bergerak menciumi leher jenjang Vega tanpa henti.

Pinggul Vega juga mulai bergerak berlawanan arah dengan gerakan Jevan membuat percintaan mereka semakin panas. Jevan tersenyum puas melihat wajah nikmat Vega saat ini, ia kembali memagut bibir Vega, mencium dan melumatnya penuh nafsu sambil terus mendorong miliknya memenuhi kewanitaan Vega hingga beberapa saat kemudian miliknya berkedut-kedut menandakan jika sebentar lagi ia akan mendapatkan orgasmenya.

avataravatar
Next chapter