webnovel

Bab 1 Suasana baru

Seorang wanita berjalan dengan santai seraya menyeret kopernya keluar dari stasiun, dia adalah Anyelir Maudy Baskoro, Anyelir mengenakan celana jeans panjang dan dipadukan dengan kemeja berwarna putih, tidak lupa sepatu snikers yang menghiasi kaki jenjangnya, penampilan yang sederhana tidak mencolok, karena Anyelir tidak suka menjadi pusat perhatian, namun dibalik penampilannya yang sederhana itu tidak ada yang tahu kalau Anyelir adalah cucu satu-satunya seorang Malik Baskoro, pemilik perkebunan terbesar di desa.

Anyelir menatap sekeliling, matanya mencari seseorang yang akan menjemputnya, dan datanglah seorang laki-laki yang ditengarai sopir dari utusan keluarga Devan, sopir pun membukakan pintu untuk Anyelir, di dalam mobil sopir tersebut menatap remeh Anyelir yang berasal dari kampung.

"Apa tidak salah tuan besar menjodohkan tuan Devan dengan gadis seperti ini?" batin sopir tersebut.

Selama Perjalanan Anyelir hanya diam, dia tahu supir yang menjemputnya ini tengah memandang remeh dirinya, namun Anyelir tak mau ambil pusing, dia memilih menatap kearah luar mobil, menatap pemandangan kota yang selama 3 bulan ini akan dia tempati.

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, akhirnya Anyelir pun tiba di salah satu rumah yang cukup megah, Anyelir tebak ini adalah kediaman Devan, lelaki yang akan di jodohkan dengannya. Anyelir turun dari mobil dan dari arah pintu ada dua orang wanita yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis dan meremehkan.

" Selamat sore," sapa Anyelir dengan sopan.

"Kamu yang bernama Anyelir?" tanya wanita paruh baya itu seraya menatap remeh kearah Anyelir.

"Benar bu," jawab Anyelir seraya tersenyum.

Senyum wanita itu terbit, namun bukan senyum tulus yang dia tunjukkan, namun senyum yang terkesan merendahkan Anyelir.

"Tante heran Olivia, kenapa papah menjodohkan Devan dengan wanita seperti ini," Farah berbicara dengan Olivia, gadis yang berdiri disampingnya.

"Lihat saja penampilannya," mata Farah mengabsen penampilan Anyelir dari atas sampai bawah, pandangan yang terkesan merehkan dan itu membuat Anyelir jengkel.

"Maaf bu, kadatangan saya kemari atas permintaan kakek Ilham sendiri, dan untuk masalah perjodohan itu semua juga ide dari kakek Ilham, jadi kalau ibu mau protes silahkan ibu protes kepada kakek Ilham," jawab Anyelir dengan tenang.

Farah mulai tersulut emosi, namun tangan Olivia mengelus pundak Farah seraya mengatakan, "tante sabar … kalau sampai tante emosi nanti kakek Ilham marah," lirih Olivia menasehati Farah.

Farah menuruti perkataan Olivia, dia pun mengatur nafasnya dan memilih masuk kedalam rumah, kalau dia terus berada disana maka dia akan sulit mengatur emosinya, Olivia pun mengajak Anyelir untuk masuk kedalam rumah. Anyelir menatap sekeliling, ruang tamu yang nampak luas dilengkapi parabotan yang modern.

"Oh iya dimana kamarku?" tanya Anyelir, pasalnya dia sudah merasa lelah dan ingin beristirahat. Olivia tersenyum devil, " ayo ikut aku," ajak Olivia. Dia pun mengajak Anyelir kelantai dua, dan berhenti disalah satu pintu.

"Masuklah," ucap Olivia, Anyelir pun masuk kedalam kamar dan melihat sekeliling, kamar dengan cat dominan abu-abu.

"Beristirahatlah, pasti kamu lelah kan? Kalau begitu aku keluar dulu," Olivia pun keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Anyelir sendirian.

Olivia menatap pintu kamar tersebut, "bodoh, aku yakin kak Devan akan sangat marah kalau melihat ada oorang lain dikamarnya, karena kak Devan paling tidak suka kamarnya atapun barang-barangnya di sentuh oleh orang lain," batin Olivia seraya tersenyum smirk, dia pun segera pergi dari sana, karena takut aka nada orang yang melihatnya mengantarkan Anyelir kekamar Devan.

Anyelir baru saja membersihkan diri, dia ingin istirahat dulu meregangkan ototnya yang kaku karena terlalu lama duduk selama perjalanan, Anyelir merebahkan tubuhnya diatas ranjang, dia kembali teringat dengan perdebatannya dengan kakek Malik yang meminta Anyelir untuk segera menikah, dengan alasan umurnya yang sudah memasuki usia 23 tahun.

Flashback on

"Apa? Dijodohkan?" tanya Anyelir terkejut.

"Iya, kamu tenang saja Anyelir Devan ini cucu dari sahabat kakek, dia anak yang baik, dan lagi pula ini adalah permintaan dari kakek Ilham sendiri, sahabat baik kakek dari dulu, yang sampai sekarang hubungan kami masih terjalin baik," jelas Malik.

"Kek … tapi aku nggak mau, aku masih bisa mencari jodohku sendiri," tolak Anyelir halus.

"Kapan? Sampai usia kamu menginjak 23 tahun saja, kakek tidak pernah melihat kamu membawa kekasih kerumah ini."

Anyelir nampak bingung untuk menjawab, karena apa yang kakeknya ucapkan memang benar, sudah 23 tahun tapi Anyelir nampak enggan menjalin hubungan, bahkan ketika dia menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Jakarta dulu, Anyelir sangat mnjaga jarak dengan lelaki, alasannya karena dia ingin fokus dengan pendidikannya, dan sekarang? Anyelir pun masih betah sendirian.

"Dengarkan kakek Anyelir, teman-teman seusia kamu, sudah memiliki tunangan, menikah, bahkan ada yang sudah memiliki anak, sedangkan kamu kapan? Kakek ingin melihat cucu kakek satu-satunya ini menikah dengan lelaki yang tepat, karena kamu hanya punya kakek, lalu kalau kakek pergi, siapa yang akan menjaga kamu?" suara Malik kini mulai bergetar karena menahan isakannya, raut wajah Malik pun mulai berubah sendu.

Anyelir nampak tak tega melihat wajah Malik yang mulai sendu, apa yang Malik katakana memang benar, Anyelir hanya punya kakeknya sekarang, karena kedua orangtuanya sudah meninggal dunia akibat kecelakaan.

"Kakek … jangan berbicara seperti itu," ujar Anyelir Sendu.

"Maka dari itu, kakek mohon terimalah perjodohan ini," ucap Malik dengan penuh permohonan.

"Tapi Anyelir tidak mengenalnya Kek," keluh Anyelir, dia berharap kakeknya akan bisa mengerti dengan apa yang dipikirkan Anyelir, kalau Anyelir saja tidak mengenal lelaki itu, lalu bagaimana cinta akan tumbuh?

"Untuk masalah itu mudah, kakek Ilham sudah berbicara dengan kakek, dan dia bilang kalian diberi waktu selama 3 bulan untuk tinggal bersama dan kamu juga harus menjadi sekretaris Devan, jika dalam waktu 3 bulan tidak ada perasaan yang tumbuh antara kalian berdua, maka perjodohan ini dianggap batal," jelas Malik.

Anyelir nampak berpikir sejenak, "3 bulan? hanya 3 bulan kan? Itu waktu yang cukup singkat, aku yakin tidak akan mungkin cinta tumbuh dalam waktu sesingkat itu," batin Anyelir.

"Baiklah kek, aku setuju," jawab Anyelir.

Senyum Malik terbit, "benarkah?" tanya Malik memastikan, Anyelir mengangguk sebagai jawaban.

"baiklah kalau begitu kakek akan menghubungi kakek Ilham, dan mengatakan kalau kamu setuju dengan perjanjian 3 bulan itu," setelah itu Malik pun menghubungi Ilham untuk menyampaikan berita baik itu.

Anyelir menatap punggung kakeknya yang nampak mulai menjauh itu, dalam hati kecilnya Anyelir bertanya apakah ini semua kaputusan yang tepat? namun Anyelir juga tak tega melihat kakeknya yang nampak menaruh harapan besar kepada Anyelir.

Flashback off

Next chapter