1 Bab 1: Buku Misterius

Di sebuah tempat di Dunia Bawah, sebuah tempat yang terhormat dan terkemuka. Tempat itu adalah sebuah sekte, sekte yang bernama Sekte Formasi Jiwa. Sebuah sekte yang di bangun pada 1.000 Tahun yang lalu, sekte yang pertama kalinya di pimpin oleh dewa kehidupan dan kematian dunia bawah. Dan sekarang di pimpin oleh sang pembawa bencana dunia bawah.

Sekte formasi jiwa saat ini telah mengalami kemunduran, walaupun tidak begitu drastis, kemunduran itu telah membuat para murid sering tidak mengalami kemajuan dalam kultivasinya. Yang membuat mereka cukup kesal karena sumber daya yang mereka dapat hanya sedikit, dibandingkan dengan yang dulu.

Di sebuah tempat yang berada di sekte formasi jiwa, terlihat seorang pemuda yang sedang tertidur di bawah pohon berdaun orange hingga jingga. Dan ada sebuah kolam ikan koi di dekatnya yang kedalamannya 1,5 meter.

Pemuda itu memegang sebuah botol labu dan pedang yang tersandar di pohon. Dia lalu membuka matanya secara perlahan, angin lalu berhembus membuat dirinya merasa segar. Daun-daun berguguran menimpa kepalanya, saat ini adalah musim gugur. Jadi wajar saja jika Daun berubah warna menjadi orange hingga jingga dan berguguran.

"Musim gugur... adalah musim yang indah.." dia bergumam, dia melihat matahari dan menyipitkan matanya. Namanya adalah Yan Je, seorang pelayan di sekte formasi jiwa, dia memakai jubah berwarna ungu dicampur dengan sedikut warna biru. Pupil matanya berwarna merah, dan dia sangat tampan.

Dia adalah pelayan yang dihormati oleh murid luar, itu karena dia bisa mengajari mereka untuk bisa menjadi murid yang sebenarnya. Walaupun dia tidak mengajari mereka sebuah teknik, dia mengajari mereka dengan buku-buku yang ia tulis. Dia bukanlah immortal atau dewa yang bereinkarnasi, dia adalah jenius yang di sia-siakan oleh sekte formasi jiwa.

Dia lalu menghela nafas, mengambil pedangnya dan memasukkan botol labunya ke dalam jubahnya. Sebelum meninggalkan pohon itu, Yan Je mengucapkan sesuatu yang tidak dapat diuraikan. Setelah Yan Je selesai mengucapkannya, dia berharap bahwa suatu hari nanti pohon itu akan berbuah dan membuat sekte formasi jiwa kembali ke masa kejayaannya.

Waktu berlalu, terlihat sebuah tempat yang cukup megah, tempat itu bernama Menara Ilahi. Sebuah menara yang ketinggiannya mencapai langit dan menembus awan, itu adalah menara tertinggi di sekte formasi jiwa. Menara itu tidak akan bisa hancur, bahkan jika menara itu di serang oleh kekuatan yang setara dengan kuatnya matahari. Menara itu sekarang diabaikan karena dianggap tidak berguna, bahkan menara itu tidak mempunyai penjaga yang menjaganya.

"...Ini adalah tempat yang di bangun oleh patriak pertama sekte ini. Mungkin... menara ini masih menyempan kekuatan ilahi di dalamnya, jika itu benar, maka aku harus masuk ke dalam untuk mendapatkannya." gumam Yan Je sambil menyentuh menara.

Dia lalu masuk ke dalam menara itu, nampak tekad yang kuat diwajahnya. Tiba-tiba, pintu masuk menara itu tertutup, lentera-lentera yang berada di sana mulai menyala satu per satu. Lentera-lentera itu bercahaya biru terang, yang membuat Yan Je teringat sesuatu, dia lalu melupakannya dan fokus dengan tujuannya.

Dia berjalan, sambil memperhatikan sekitarnya. Dia melewati jebakan-jebakan yang ada di dalam menara itu, dia juga menyelesaikan teka-teki yang ada disana dengan waktu yang mencukupi. Ia merasa bahwa dirinya akan segera selesai dan akan bisa masuk ke inti dari menara itu.

Namun, secara tidak sengaja, dia memicu formasi yang bisa di bilang itu adalah formasi jebakan yang menakutkan. Tapi itu tidak membuatnya gemetar ketakutan, dia malah merasa bahwa dirinya akan menjadi kuat dengan bertarung dengan makhluk yang muncul dari formasi itu.

Tidak lama setelah formasi itu dipicu, sebuah boneka yang memakai armor besi muncul. Boneka-boneka itu berjumlah sekitar 10-15, dan masing-masing dari mereka memakai tombak dan pedang. Dan ada 1 boneka yang berbeda dari mereka semua, dia memakai armor tingkat menengah, serta senjata magis yang berbentuk seperti pedang. Yan Je menyebutnya 'Blade'.

"Hmm...? sepertinya itu bos mereka" gumam Yan Je.

Yan Je kemudian menarik pedangnya dari sarungnya, pedang Yan Je itu berbeda dari kebanyakan pedang lainnya, itu adalah senjata magis tingkat tinggi yang merupakan warisan dari orangtuanya sebelum mereka meninggal.

"Pedang ini... lagi-lagi mengingatkanku sesuatu yang ingin kulupakan... tenang saja, jika aku telah menjadi abadi dan menemukan harta yang bisa membuat manusia hidup kembali, aku akan mencarinya untuk bisa membuat orang tuaku hidup" Ucapnya sambil memegang pedangnya yang gemetaran.

Setelah Yan Je bilang bahwa dia akan menghidupkan kembali orang tuanya, pedangnya menjadi berhenti gemetaran dan pedang miliknya mengeluarkan aura yang bisa menebas angin.

"Pedang Pembunuh Naga, mari kita menjadi lebih kuat untuk bisa menghidupkan orangtuaku yang sudah mati serta melindungi orang-orang yang dekat denganku!" Ucap Yan Je dengan rasa penuh semangat yang membara.

Pedang itu kemudian bertambah kuat, dan energi spiritualnya menyebar lalu menyatu dengan kulit Yan Je yang membentuk sebuah pelindung yang bisa menahan serangan senjata magis tingkat menengah.

"Majulah!" Ucap Yan Je sambil tersenyum gembira.

Swoosh—!!! Tang—!!! Swoosh—!!!

"Dua lawan satu!?" batin Yan Je.

Tang—!!! Syut—!!! Ting—!!! Tang—!!!

Yan Je yang dikepung oleh mereka merasa bahwa dirinya benar-benar rendah, ia merasa walaupun sudah memakai pelindung yang kuat serta senjata yang hebat, namun masih tidak bisa mengalahkannya. Yan Je lalu melepaskan amarah yang ia pendam dalam hatinya, hawa mulai menjadi dingin, rasa takut mulai mengelilingi sekitar, membuat beberapa boneka gemetar dan tak bisa bergerak.

Kabut-kabut berdatangan menutupi sekitar, membuat halangan bagi boneka untuk bisa melihat.

Syut—!!! Bam–!!!

"Satu..." gumam Yan Je.

"Dua.... Tiga.... Empat... Lima... Enam..." gumam Yan Je sambil menggertakan giginya.

Dengan waktu yang sangat singkat, 14 dari mereka telah hancur dan tak tersisa. Kabut-kabut perlahan mulai pergi, terlihat Yan Je yang memegang kepala dari salah satu boneka yang ia hancurkan, lalu kepalanya di genggam dan dihancurkan.

"Hah... tersisa satu, ya...?" gumam Yan Je sambil melirik ke boneka yang dianggap sebagai bos dari para boneka.

Yan Je kemudian melesat ke arah boneka itu dan menebasnya, namun tak ada goresan. Dia lalu ditebas dengan blade oleh boneka itu, saat boneka itu ingin menebasnya lagi, Yan Je menangkap tebasannya. Telapak tangannya berdarah, namun hal itu tidak membuat Yan Je gemetar. Dia lalu menendang dada dari boneka itu dan mengambil senjatanya.

Buk—!!!

Dengan cepat, boneka itu terlempar jauh dan menabrak dinding di sekitarnya. Yan Je lalu memegang senjata boneka itu. Dia lalu menghembuskan nafas, darahnya terus mengalir keluar. Yan Je dengan cepat bergerak dan muncul di belakang boneka itu dengan keadaan hampir tak sadarkan diri, dia lalu menusuk armor boneka itu dengan senjatanya dan menembus dadanya. Lalu memenggal kepala boneka itu dengan pedangnya, dia lalu berjalan dan pergi ke dalam inti tower.

Waktu berlalu, dengan darah yang terus mengalir keluar, dia akhirnya sampai ke dalam inti dari menara. Di depannya adalah gerbang yang sangat besar, dia lalu menyentuhnya dan membuka gerbang itu. Nampak beberapa retakan di dinding, serta lentera yang tak terhitung jumlahnya terpajang lalu menyala. Sama seperti saat dia pertama kali masuk ke dalam menara, lentera itu bercahaya biru terang. Dan di tengah dari itu semua, ada sebuah meja yang diatasnya terdapat sebuah buku.

Yan Je lalu berjalan ke arah dimana buku itu berada. Badannya gemetaran, dan penglihatannya menjadi buram. Namun, tekadnya tak gentar, dia terus melangkah maju dan akhirnya sampai ke meja. Dia lalu menyentuh buku itu dan memegangnya, dia merasa buku itu sudah lama tak dibuka dan dibaca, mungkin sudah 500-1000 Tahun tidak pernah digunakan. Dia lalu membuka buku itu, dia tak bisa membacanya karena matanya yang buram.

Ia lalu tersenyum dan bergumam, "Sepertinya aku tak bisa membacanya, jika hidupku berakhir disini, aku akan tenang dan pastinya akan melupakan semuanya, bahkan jika aku terlahir kembali ke dunia lain" sambil menutup buku. Tiba-tiba, buku itu terbang, membuat dinding-dinding bergetar. Buku itu menjadi bercahaya, tulisan-tulisan yang ada di buku itu keluar satu per satu. Dan masuk ke dalam tubuh Yan Je. Yan Je lalu terbang ke atas, dan sebuah fenomena yang tak pernah terjadi menjadi terjadi.

Menara Ilahi mengeluarkan pancaran cahaya yang sangat terang, membuat langit bergemuruh dan awan menjadi gelap. Sebuah guntur menyambar di langit, membuat petir-petir berkumpul dan menjadi satu, lalu menyambar menara ilahi. Yan Je yang tak sadarkan diri kemudian terkena sambaran dari petir itu, membuat dirinya bercahaya. Setelah itu awan gelap mulai pergi dan langit berubah menjadi terang.

avataravatar
Next chapter