3 Kebingungan

Tiba-tiba ada seorang gadis yang menyapaku di toko baju tersebut, aku kaget dan menoleh ke arah gadis tersebut dan aku tertegun melihat perawakan gadis muda itu, ia benar-benar sangat cantik!

Saat ini mungkin kau bertanya-tanya bagaimana perawakan gadis tersebut, namun tenang saja kawan, berikan aku waktu sejenak untuk memikirkan kata apa yang pantas untuk menggambarkannya.

Mata coklat indah berpadu dengan rambut panjangnya yang senada dengan warna matanya, terlihat dari raut wajahnya bahwa ia adalah gadis yang sederhana namun entah mengapa terpancar keindahan yang begitu dalam dari dalam dirinya.

"Tu-tuan?"

"?"

"...A-ah maaf?"

"Saya mau menggunakan cermin itu..." katanya sambil menunjuk dengan lengannya.

"O-oh? iya silahkan.." kataku sambil memberinya tempat untuk berkaca di cermin itu.

Lamumanku sama sekali belum buyar saat itu, sampai saat pada terdengar ada suara ledakan di tengah kota itu.

Aku kaget akan suara dentuman keras yang tiba-tiba muncul itu, terlihat para pengunjung toko bajupun ikut panik dan berhamburan kesana kemari menyelamatkan dirinya masing-masing, termasuk dengan gadis yang kulihat tadi.

Tuan pemilik tokopun akhirnya menutup tokonya itu menyisakan aku yang masih bingung dengan kejadian ini.

Kira-kira apa yang terjadi? dan lagi apapun itu aku sama sekali tidak tertarik, mungkin sebaiknya aku menjauhi suara ledakan yang terletak ditengah kota itu.

Aku berjalan dengan sedikit cepat sementara yang lain berlarian dengan panik, kuperhatikan sekali lagi bahwa memang benar mereka terlihat seperti NPC dari game yang kumainkan namun tidak aku kenali semua.

Setelah cukup berada jauh dari area suara ledakan itu, aku memutuskan untuk pergi ke gang sempit yang terletak diantara dua bangunan, aku tidak merencanakan yang aneh-aneh melainkan ingin merenung memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padaku.

Aku duduk di samping bangunan di jalan gang sempit yang gelap karena cahaya matahari enggan masuk kesana. Kondisinya jalan kecil itu cukup kotor namun aku mencari-cari tempat yang sekiranya bersih untuk kududuki.

Setelah mendapat tempat yang nyaman, aku mulai mereview- asik bahasanya keren begitu haha- ehm ok serius ya, aku melihat sekelilingku dengan seksama untuk memastikan bahwa yang kulihat itu benar-benar nyata tak lupa juga aku mengucek kedua mataku namun yang kulihat tetap sama tidak ada bedanya sama sekali.

Untuk lebih memastikannya lagi aku mencubit tanganku, dan rasanya sakit. Itu artinya indera perasaku bekerja dengan baik, dan membuatku semakin heran.

Selanjutnya aku menampar berkali-kali kedua pipiku dengan tanganku, untuk lebih memastikan yang dapat dipastikan dari kejadianku itu, sementara aku berpikir mungkin aku akan segera bangun dari mimpiku ini.

Bahkan setelah beberapa menit aku menampar kedua pipiku itu, aku tidak lekas bangun juga dari tidurku. Malahan sekarang kedua pipiku memerah dan terasa panas.

Akhirnya aku menyadari bahwa memang benar aku terlempar ke dunia lain, lebih tepatnya dunia game.

Aku tidak dapat protes apa-apa soal hal yang terjadi padaku ini, namun aku khawatir jika ada hal menyusahkan yang akan terjadi nantinya. Namun apapun yang terjadi aku harus selalu siap.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki yang tercampur dengan air becekan jalan sempit ini menyisakan pertanyaan siapa yang sedang berjalan kearahku itu.

Perlahan namun pasti langkah kaki itu mulai terdengar jelas dan semakin mendekat ke arahku. Aku tidak melakukan apapun selain duduk dan dengan seksama memerhatikan siapa yang akan datang.

Beberapa langkah kaki yang terdengar, aku mulai waspada dan mulai mencari celah lain di gang itu agar tidak ketahuan oleh orang asing itu.

"To-tolong jangan lakukan ini..." rintih seorang gadis muda

Aku mulai menyadari apa yang terjadi, kulihat ada seorang gadis muda, oh tunggu dulu! ia tadi yang kutemui di toko baju itu!

Dan tiga pria besar menyeramkan berdiri didepan gadis itu, entah apa yang akan mereka lakukan saat ini, namun aku terus memperhatikan mereka sambil menjaga jarak agar tidak terlihat.

"Hei! kau yang disana!"

"!"

Oh sial! salah satu dari mereka mengetahui persembunyianku.

"Lebih baik kau keluar sekarang, atau..."

"!"

Perlahan aku mulai menunjukan diri pada mereka. Mereka tertawa

"Hahaha! siapa anak muda yang pipinya merah itu?"

"Apa kau habis ditampar mamamu?"

"Hahaha!"

Mereka tertawa karena wajahku yang kutampar terus-terusan tanpa henti menyisakan bekas yang memalukan.

Gadis itu melihat aku dan menyadari bahwa kita pernah bertemu sebelumnya. Terlihat raut wajahnya ketakukan, dan terlebih lagi ia terus-terusan memperhatikanku seolah ia sedang menyuruhku segera lari sementara dirinya saja yang tetap berada disana.

Aku membalas tatapan gadis itu, kulihat hal ini bukanlah hal yang harus dihindari, saat ini kepedulianku meningkat dengan drastis begitupula dengan perasaanku saat ini.

"Aku tidak boleh bimbang!" batinku terus berteriak

"Saat ini... saat yang menyusahkan!"

"Tapi aku akan melakukan apa yang kubisa saat ini!"

Sementara bingung bukanlah pilihan! tatapan ketiga pria besar itu terus mengintimidasi, namun tekadku tidak boleh kalah!

avataravatar