45 Salah Paham

"Hah, jadi sekarang Aku adalah tahanan.. Bahkan untuk ke kampus, Aku harus dikawal oleh para bodyguard ini?" Hati Kira seakan tak bisa menerima. Tapi, apa Dia punya pilihan? Tak perlu ditanya, Kira sudah tahu jawabannya.

"Tentu saja, Kalian bebas mengikutiku sesuai yang diperintahkan Tuan Muda." Jawab Kira sangat tegas. Matanya yang masih bengkak dan sembab tak lagi mengeluarkan air mata. Kira tak peduli.

TING

Kira memasuki pintu lift yang telah terbuka, tanpa memperdulikan para bodyguardnya.

"Sari, kenapa Kita ga ke basemen?" Kira agak bingung, karena yang di pencet Sari adalah L yang berarti Lobby. Padahal, apartemen semewah ini, ga mungkin dong mengizinkan mobil untuk parkir di lobby seperti angkot yang ngetem?

"Betul, Nyonya Muda. Andra, sudah menunggu di Lobby. Jadi, Kita menuju Lobby." Sari tersenyum pada Kira.

"Andra?" Kira mengulangi perkataan Sari.

"Betul Nyonya Muda. Andra, adalah supir pribadi Nyonya Muda sekarang. Tuan Muda sangat berbelas kasih, beliau ingin Anda aman. Beliau takut, apabila Saya menyetir dan menemani Nyonya Muda kemana-mana, Saya akan kelelahan dan keamanan Nyonya Muda dipertaruhkan. Oleh karena itu, Saya sekarang hanya menjadi asisten Nyonya Muda untuk menemani semua aktivitas Nyonya Muda."

"Hahahahah.." Kira justru tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Sari. Tubuhnya bergetar dan tak berhenti tertawa..

"Maumu apa, hah? Apa kali ini Kau mau memastikan Aku benar-benar menjadi istrimu dan memastikan keamananku? Ah.. Pasti bukan.. Kau ingin mereka semua ada didekatku untuk memastikan gerak gerikku tak akan lepas dari pandanganmu, kan? Kau tak ingin melihatku lagi.. Tapi kebencianmu padaku, Kau masih ingin tunjukkan dengan membuat orang-orang ini menyusahkan hidupku dikampus? Hufff.. Baiklah... Aku memang budakmu.. Akan Aku ikuti semua permainanmu tanpa terkecuali!" Kira sangat kesal dalam hatinya. Perbuatan Ryan, menurutnya sudah berlebihan dengan mempersempit ruang geraknya.

"Nyonya Muda.. Kau semakin mengerikan seperti Tuan Muda!" Sari bergidik ngeri melihat tingkah Kira.

"Maafkan Aku, Sari.. Hahaha.." Kira masih tak tahan untuk tak tertawa.

TING

Lift terbuka. Kira keluar lebih dulu, dan bergegas menuju pintu luar Lobby.

Rolls-Royce Phantom berwarna biru, dengan hammer berwana hitam dibelakangnya telah siap di Lobby.

Kira menghentikan langkahnya setelah apa yang dilihatnya.

"Apa maumu? Jelaskan padaku.. Apa maumu? Kenapa Kau seperti ini? Pergi meninggalkanku dan membuatku menderita dengan semua kemewahan ini? Kau.. Kau jahat! Kau jahat sekali! Siksaanmu lebih baik Aku terima daripada semua ini! Kau justru menyiksaku lebih dalam dengan ini! Bahkan Aku tak bisa melihat dimana Kau sekarang. Kau menyebalkan, arghhhhh!" Beberapa saat, untuk Kira waktu seakan berhenti. Kira tak bodoh melihat kendaraan didepannya. Itu semua bukanlah barang murah.

"Nyonya Muda.." Sari kembali menyadarkan lamunan Kira.

"Ehmm. Maaf.. Ayo Sari!" Kira melangkah mendekati mobil biru dengan lambang kebanggaan bangsawan Inggris.

"Selamat Pagi Nyonya Muda. Saya Giandra, Nyonya bisa memanggil Saya Andra. Saya sangat senang mendapat kesempatan untuk menjadi driver Nyonya Muda." Andra membuka pintu dan memperkenalkan siapa dirinya.

"Terima Kasih." Hanya itu yang dikatakan Kira. Lalu masuk ke dalam mobil.

"Senang. Hah... Kau pikir Aku yang menggajimu? Tak perlu menjilatku. Aku tak akan peduli." Kira masih sangat kesal dengan Ryan. Sehingga reaksinya tak terlalu ramah pada semua ajudan barunya.

Klek

Sari menutup pintu disebelah Kira.

"Mohon maaf Nyonya Muda, berdasarkan perintah Tuan muda, saya harus menemani Nyonya Muda, supaya Nyonya Muda tak kesepian dan ada teman untuk mengobrol." Sari menjelaskan perihal kenapa Dia duduk disebelah Kira.

"Kenapa harus menyuruh orang lain menemaniku? Aku sangat kesepian karena Kau meninggalkanku!" Kira mengutuk Ryan. Bahkan Kira tak bisa menikmati semua yang diberikan Ryan. Dia tak ingin kemewahan ini. Untuknya, bisa melihat Ryan saat ini adalah yang menjadi keinginan terbesarnya.

"Ehmm.. Baguslah Sari.. Kau tahu betapa bosannya kadang duduk sendiri dibelakang sini. Hahaha.." Kira dengan rasa berat didadanya mencoba menjawab pernyataan Sari tadi.

"Anda pasti kecewa karena yang duduk disini bukan Tuan Muda, kan.. Hmm.. Maafkan Saya Nyonya Muda. Terimalah dulu semuanya. Kesabaran selalu berbuah manis." Sari semakin yakin, bahwa hidup Kira akan menjadi lebih baik kedepannya.

Tak ada yang dikatakan Kira. Jam sudah hampir jam delapan dan Kira harus sampai di lab jam delapan. Tadi Kira meminta Andra untuk ngebut. Karena hanya tinggal tiga puluh lima menit saat mereka meninggalkan apartemen.

"Ayo Sari!"

Klek

Kira membuka pintu dan segera berlari menyusuri koridor, naik ke atas ke lantai tiga. Sari dan bodyguard Kira hampir kewalahan mengejar langkah Kira yang berlari cukup kencang ke lantai tiga. Napas Kira juga sudah senin kamis. Belum lagi, rasa sakit di bagian bawah dan perutnya yang baru saja mendapat tindakan kuretase juga bereaksi. Tapi Kira tak menghiraukan semua itu. Segera dipakainya jas lab, saat sampai lantai tiga dan mendekat ke arah pintu lab.

TOK TOK TOK

Belum ada yang membuka pintu

TOK TOK TOK

Sama. Pintu lab belum dibuka

TOK TOK TOK

Klek

Pintu dibuka.

"Mau apa?" Tanya Farid tanpa senyum dan sangat dingin. Berbeda dengan wajah yang biasa Kira lihat.

"Ehmm.. Bukankah Aku mendapat tawaran untuk menjadi asisten lab?" Tanya Kira berusaha untuk tidak ngos ngosan menjawab pertanyaan Farid.

"Apa Aku menyuruhmu datang hari ini?"

"Ehmm.. Itu.. Maafkan Aku.. Kema.."

"Aku tak suka berhubungan dengan orang yang tak tepat janji. Aku tak suka dengan orang yang suka menyia-nyiakan kesempatan. Yang merasa sudah cukup kaya lalu merasa hebat dan merendahkan waktu orang lain."

"Tunggu dulu.. Ini tak seperti dugaanmu!" Kira berusaha membela dirinya. Kira bahkan memotong perkataan Farid dan berbicara dengan nada agak tinggi.

"Kau tahu, betapa hinanya orang yang hanya bisa panjat ranjang untuk mendapatkan semua keinginannya tanpa kerja keras? Apa kini Kau ingin tunjukkan seberapa besar kuasa suamimu dengan semua bodyguard itu? Kau pikir semua bisa dibeli dengan uang? Apa Kau memakai cadar itu untuk menutupi betapa hina dirimu? Sebaiknya Kau buka itu, dan tunjukkan pada dunia wajah penggodamu!" Farid menatap Kira dengan pandangan sangat hina dan jijik. Bahkan Dia tak membiarkan Kira bicara untuk memberi tahu alasannya dan langsung memotong kata-kata Kira.

"Apa? Apa yang dikatakannya tadi? Argh..." Hati Kira sudah sangat kesal.

"Apa maksudmu?" Kira bertanya dengan tangan terkepal geram pada Farid

"Aku banyak pekerjaan di lab. Tak ada waktu bicara denganmu!"

"Hai kak.. Maafin Aku, tadi macet, jadi Aku telat deh.." Desi sudah ada dipintu tersenyum lebar pada Farid.

"Mau apa lagi sih wanita ini.. Hahahah.. Kau lagi! Tapi, kali ini Aku yakin Farid memilihku!" Kak Desi mendekat ke Farid tanpa memperdulikan Kira, bahkan tak ingin menyapanya.

"Hmm.. Masuklah. Kita harus mempersiapkan bahan praktikum." Farid tersenyum sangat ramah pada Desi

"Okey."

"Tuh, apa Aku bilang. Hahaha.. Farid akhirnya bisa melihat siapa yang pantas dengannya!" Desi dengan bangganya memasuki ruangan laboratorium.

Klek

Farid menutup pintu setelah Desi memasuki ruangan.

avataravatar
Next chapter