84 Pakaian favorit

"Dia bilang bisa menggajiku sepuluh kali lipat gaji."

"Dan kau bodoh, terus langsung percaya, kan? Lihat senyum diwajahmu itu.. Berapa kali aku bilang, Aku tak suka melihatmu menunjukkan dirimu dihadapan orang lain, kau bahkan membuka dirimu seperti ini, membuat setiap orang melihatmu! Hufffffhh!" Ryan menghela napas, masih dalam posisi video pause di saat Kira tersenyum.

"Maafkan aku.. Aku ga tau kalau dia bermaksud meminta tubuhku!" Kira menjelaskan.

"Aarghh.. Aku tak suka melihat adegan ini.. Kurang ajar.. Kau.. Liat saja.. Pembalasanku tak akan menunggu sampai besok!" api di hati Ryan sudah sangat membara. "Beruntung wanita menyebalkan ini masuk.. Kalau tidak, aku tak tahu bagaimana kekejamanku akan membunuhnya!" Ryan melanjutkan menyaksikan video saat tunangan Leo masuk dan melihat perbuatan Leo.

"Apa dia memfitnahmu?" tanya Ryan lagi.

Kira mengangguk.

"Dia bilang aku yang menggodannya. Aku yang memintanya menyetubuhiku." Kira melanjutkan.

"Kau liat ini.. Kenapa begitu bodoh.. Menaruh tasmu sembarangan, kenapa kau tak melawan? Kenapa tak kau gesek saja kartunya?" Ryan begitu kesal dengan video yang disaksikannya.

"Ehmm.. Aku tak ingin mereka tahu siapa aku. Lagipula, nilai yang mereka minta gesek itu seratus juta.. Aku ga mungkin melakukan itu." Kira menunduk.

"Lain kali, lakukanlah! aku suka dengan perbuatanmu saat kau menyelamatkan temanmu! Aku tak suka melihatamu lemah seperti ini. Ingat siapa dirimu.. Kau adalah istriku.. Ryan Adiantara. Kau adalah Shakira Chairunisa Adiantara! Kau tak boleh menundukkan pandanganmu selain kepadaku, apa kau mengerti?" Ryan menatap Kira, sangat frustasi mengatakan ini ke Kira.

"Apa dia mengerti penjelasanku, ya? Dia sangat bodoh.. Aku khawatir kebodohannya menyimpulkan hal lain.. Tapi aku sudah pakai bahasa sederhana, kan? Haaah.. Kenapa aku harus jatuh cinta pada wanita bodoh macamnya?" Ryan hampir hilang kesabaran dalam hatinya. Dia sudah mencoba mengatakan hal yang harus dikatakannya. Tapi selalu salah diartikan oleh Kira.

Kira mengangguk

"Hah, istri.. Kau hebat sekali bersandiwara suamiku.. Bahkan kata-katamu begitu manis untuk tak menyebutku sebagai budakmu. Kata Istri.. membuatku hampir melayang ke langit ketujuh. Baiklah, di luar. Aku akan mengangkat kepalaku sesuai maumu.." Kira berceloteh dengan dirinya sendiri.

"Bagus kalau kau mengerti!" Ryan mengambil handphonenya, menghubungi seseorang

"Andi! masuk ke dalam ruangan!"

Klik

Ryan mematikan teleponnya.

Klek

Asisten Andi masuk ke dalam ruangan, membawa kotak ukuran empat puluh kali tiga puluh sentimeter, dengan tinggi lima belas sentimeter dan menaruhnya di meja.

"Ini pakaian ganti untuk Nyonya Muda, Tuan Muda." asisten Andi lalu berjalan mundur menjauhi meja dua langkah dan menunggu Ryan mengatakan perintah selanjutnya.

"Ambil kotak itu, ganti pakaianmu! Pintu itu sepertinya kamar mandi. Cepatlah!" Ryan menatap Kira dan di jawab dengan anggukan Kira.

"Terima kasih, Suamiku.." Kira segera mengambil kotak dengan bahagia dan membawanya ke pintu yang tadi di tunjuk oleh Ryan.

Klek

Kira menutup pintu. Sibuk membuka kotak, dan sangat senang dengan apa yang dilihatnya di dalam sana.

"Aaaakh.. Ini baju yang mau aku kenakan.. Terima aksih suamiku.. Kau sungguh tahu apa yang aku mau!" Kira mengambil bajunya, gamis panjang berwarna putih gading, dengan bordir dan sedikit renda membuatnya terlihat mewah. Kainnya berbeda dari pakaian biasa yang dipakai Kira di rumah, Kira sangat menyukainya dan segera membuka bajunya, untuk mengganti dengan gamisnya. "Astaghfirulloh.. Harganya.." jantung Kira berdegup kencang melihat harga di bajunya. "Lima puluh lima juta? Hahaa... Kau jadi sultan Kira.. Apa yang ada di otak asisten gila itu.. Sampai berani menghabiskan uang tuannya sebanyak. ini untuk baju! Dan sepatu ini.. Haaah... Lima belas juta? Gila.. Kalian berdua memang sudah gila! Kau hidup dengan orang gila, Kira! Hahahahah!" Kira tertawa sendiri sambil memakai baju termahalnya, setelah tadi Kira berwudhu terlebih dahulu. Karena sudah masuk jam solat zuhur. Asisten Andi menyiapkan benar-benar sesuai dengan selera Ryan. Tak lupa dia menyiapkan kaos kaki, dengan bahan kaos babyterry berwarna putih gading dan niqob untuk Kira. Bahkan kali ini, ada sarung tangan dibuat dari renda bordir berwarna putih gading yang senada dengan renda di baju.

"Waaaah.. Aku suka melihat penampilanku di kaca.. Pakaian seperti ini yang ingin aku pakai.. Tapi.. Bukan pakaian semahal ini.. Hufffh.." Kira memalingkan wajahnya dari cermin, dan memasukkan baju yang tadi dipakainya ke dalam kotak. kemudian keluar dari kamar mandi

Klek

Kira menutup pintu kamar mandi.

Asisten Andi sudah tak ada di sana. Hanya ada Ryan yang sedang menatapnya. Tatapan Ryan tak ada ekspresi. Hanya memandang Kira dari atas ke bawah dan sebaliknya, hingga akhirnya mata mereka kembali bertemu.

"Suamiku, kenapa kau meihatku seperti itu?" Kira masih berdiri di tempat yang sama. Tempat di mana dia berdiri setelah keluar dari dalam kamar mandi.

Tak ada jawaban dari Ryan. Hanya berjalan mendekat ke Kira,

"Hmm.. Suamiku.. Aku mau solat zuhur." Kira memegang lengan baju Ryan yang tertutup kemejanya.

"Kau solat lagi?" Ryan mengernyitkan dahinya

"Bukankah kemarin-kemarin dia sudah ga solat?" Ryan mencoba berpikir dan berdiskusi dengan hatinya.

"Iya, aku solat lagi. Darah sudah ga keluar lagi, jadi aku bisa solat lagi." Kira menjelaskan.

"Maksudmu, sudah tak ada darah dari bawah sana?" Ryan memakai dagunya untuk menunjuk

"Hmm.." Kira mengangguk. "Jam dua tadi malam aku mandi. Aku sudah bersih, dan langsung solat tahajjud." Kira menjelaskan.

"Jam dua malam.. Apa yang kau lakukan hingga mandi jam dua malam? Kau bersama seseorang?" Ryan menatap Kira meminta penjelasan lebih.

Kira menggeleng.

"Aku ga bisa tidur. Kau mengganggu pikiranku. Jadi aku bangun dan mandi tadi malam!"

"Haaaah.. Kau merindukanku?" Ryan tersenyum menggoda.

"Aku juga tak bisa tidur tadi malam.. Dan mandi di jam yang sama dengan dirimu.. Merindukanmu seperti orang gila. Bahkan aku bicara sendiri. Tapi jangan harap kalau aku akan menceritakan ini kepadamu.. Hahha!" Ryan menyembunyikan isi pikirannya ini dengan senyum menggoda yang disunggingkan ke Kira saat ini.

"Hmmm. Suamiku.. Jangan menggodaku sekarang. iya aku memang merindukanmu. Aku bodoh semalaman bahkan tak bisa tidur. Tapi sekarang cepatlah tunjukkan padaku ke mana arah kiblatnya." pinta Kira ke Ryan.

"Aku ga tahu.. Kan ada di handphonemu. Andi sudah mensetting aplikasinya Supaya kau bisa lihat arah solatmu." Ryan melipat tangannya di depan dadanya.

"Hmmm... Handphonenya .."

"Kau jual!" jawab Ryan sebelum Kira menyelesaikan kalimatnya, lalu berbalik arah kembali ke kursinya.

"Hmmm maaafkan aku, suamiku..." Kira bicara agak kencang supaya terdengar oleh Ryan, dan Kira berjalan mendekat ke arah Ryan.

"Lihat kompas ini. Ke mana arah yang kau tuju?" Ryan membuka handphonenya dan meletakkan hanphone di atas meja. Aplikasi kompas di handphonenya menunjukkan arah mata angin.

"Aaah.. Terima kasih.. Kau pintar, suamiku!" Kira tersenyum di balik niqobnya.

"Bagus kalau kau tahu aku pintar! Lain kali, bicara denganku dulu sebelum ambil keputusan dengan isi kepalamu yang bodoh itu!" Ryan menatap Kira tanpa ekspresi.

"Baiklah.. Baiklah suamiku.. Aku solat dulu, ya.." Kira berbalik dan meninggalkan Ryan untuk solat di pojok dalam ruangan. Mata Ryan masih mengamati Kira. Tak sedikitpun lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh Kira. Ada senyum di wajahnya.. Ada juga sedikit ketakutan di wajah Ryan.

"Semua ini baru di mulai ShaKira Chairunisa.. Aku harap kau akan kuat.. Cassey tak akan mudah melepaskanmu.. Pesaing bisnisku yang lain cepat atau lambat akan menjadikanmu target saat aku kembali berjuang untuk mencapai puncak.. Masalah dalam diriku juga masih sangat berbahaya untukmu... Hufffhhh... Aku akan berjuang menghindarimu dari semua masalah di depan kita.. Karena aku tak ingin melepaskanmu.. Aku menginginkanmu menemaniku selamanya.." Ryan mencoba menjabarkan kembali masalahnya dan mencoba mencari cara melindungi Kira dari berbagai masalah yang cukup berat di hadapan mereka.

"Sudah selesai?" Ryan menatap Kira yang berjalan mendekatinya.

Kira mengangguk.

"Sudah selesai. Boleh pinjam tanganmu?" Kira sudah berlutut, dengan kedua tangannya dipangkuan Ryan, lalu membuka niqobnya. meraih tangan kanan Ryan, dan mencium tangannya. "Terima kasih, suamiku..." Kira hendak mengembalikan tangan Ryan ke sandaran tangan di kursi yang diduduki Ryan. Tapi belum sempat dilakukannya, Ryan sudah merubah posisi tangan kanannya ke belakang kepala Kira, dan bibirnya melumat bibir Kira. Tak ada sentuhan lembut dari Ryan. Hasratnya sudah terlalu manggebu-gebu sehingga permainannya di bibir Kira sangat kasar dan Ryan bahkan beberapa kali menggit bibir Kira, sehingga rasa darah dapat mereka berdua rasakan.

"Itu hukuman untukmu yang berani membuka pakaianmu di depan orang lain, selain aku!" Ryan bicara setelah melepaskan bibirnya, dan kemudian lidahnya menjilati darah di bibir Kira.

"Kalau hukumannya hanya seperti ini,aku bersyukur, suamiku.. Terima kasih untuk tak menghukumku lebih dari ini." hati Kira sedikit senang karena Ryan tak memberikan hukuman yang lebih menyakitkan.

TOK TOK TOK

"Pakai lagi!" Perintah Ryan pada Kira untuk memasang kembali niqobnya yang langsung dilakukan oleh Kira, lalu Ryan mendudukkan Kira kembali di pangkuannya.

"Masuk!"

Klek

"Tuan muda, sudah siap semuanya.." Asisten Andi datang dan memberikan informasi yang sangat diiinginkan Ryan

"Huuh.. Baguslah kau sudah memakai penutup wajahmu lagi, leherku jadi ga pegel harus terus-terusan menunduk. dan sarung tangan itu, untuk melindungiku dari sentuhanmu yang membuatku kena pukul suamimu " guman Asisten Andi.

"Bagus, kalau begitu, kita ke sana sekarang!" Ryan kemudian bicara pelan ke Kira "Berdirilah aku ada urusan sangat penting!"

"Iya." Kira berdiri dan Ryan juga berdiri, menggandeng tangan Kira keluar dari ruangan CEO. Ryan berjalan cepat.

"Kita mau ke mana, suamiku?" tanya Kira bingung, dengan kangkah kaki Ryan yang sangat terburu

avataravatar
Next chapter