49 Jebakan

"Ehmm... Tapi aku tadi ga ngerusakin baju itu, kak.." Rini berbicara lirih. Hatinya juga berdegup kencang, ketakutan karena baju yang dipegang penjaga toko sama seperti yang dicobanya.

"Tapi ini kakak yang pakai, dan sudah kakak robek! Kami ga mau tahu. Kakak harus bertanggungjawab!" Penjaga toko menatap dengan wajah sangat jutek, marah dan penuh dengan kebencian.

"Hah, mati kau! Makanya jangan bermain-main di butik mahal kalau ga punya uang!" Hati penjaga toko bersorak girang.

"Ehmm.. Tapi saya ga ngerobek bajunya, kak.."

"Ini buktinya?" Lagi, penjaga toko mengangkat baju yang tadi sudah robek. "Saya ga mau tahu. Kamu harus tanggungjawab atau saya lapor ke polisi supaya kamu di penjara!"

"Hihi.. Pasti udah jiper ketakutan, tuh! Padahal mah, booong.. Gue cuma pengen nakutin lo, biar orang ga mampu kaya lo, ga dateng lagi ke sini!" suara hati penjaga toko.

Dueeeer..

Ancaman penjaga toko sudah membuat wajah Rini semakin pucat.

"Berapa harganya?" Kira menatap mata penjaga toko.

"Dua belas juta lima ratus empat puluh ribu rupiah!" sambil menunjukkan bandrol harga di baju robek tadi. Sebetulnya, apa yang dilakukan oleh penjaga toko, adalah saran dari Pemilik toko ini. Mereka memang sudah menyiapkan baju-baju yang cacat seperti itu untuk menakuti orang-orang Seperti Rini supaya tak kembali lagi ke toko mereka.

Kira menarik napas. Membuka dompetnya, menghitung uang cash, yang ternyata kurang, memang di dompet Kira cuma ada uang cash lima juta awalnya. Tapi, sekarang tentu sudah berkurang lagi. Karena tadi Kira pakai belanja makan di kantin.

"Saya bayar pakai ini, bisa?" Kira mengeluarkan black card dari dalam dompetnya. Seketika, wajah pelayan toko menjadi pucat pasi.

"Ten..tu saja!" pelayan toko segera ke meja kasir dan mempersiapkan semua untuk pembayaran baju. Setelah itu, menyerahkan mesin untuk menggesek kartu kepada kira..

"Silahkan pinnya." Jawabnya kini sangat ramah dan sedikit ketakutan. Dia tak menyangka Kira memiliki kartu dewa itu.

"271290" Hati Kira membaca sambil jarinya mengetik di tombol mesin. "Maafkan Aku, sekarang Aku meminjam uangmu cukup banyak untuk menyelamatkan sahabatku.. Aku mohon.. Maafkan Aku.." Kira bergumam dalam hatinya

Mesin telah menerima pembayaran. Dan akhirnya, penjaga toko mau membungkus baju tadi.

"Tunggu!" Kira menyapa penjaga toko tadi. "Aku mau kau bungkus baju yang dibawah kakimu. Baju yang tadi di coba oleh sahabatku!" Kira memicingkan matanya.

"Eh.. Tta..pi.. Baju yang di coba dia yang ini yang robek!" penjaga toko masih berkelit walau dia sudah panas dingin ketakutan. Hatinya juga sudah sangat takut karena Kira tahu kebusukannya.

"Sari!" Panggil Kira.

"Iya, Nyonya Muda!" Sari mendekat.

"Apa.. Apa tadi orang itu bilang? Nyonya Muda? Mati Aku.. Dia pasti orang penting?" hati petugas toko sudah semakin jiper.

"Sari, orang ini berpikir aku bodoh tak tahu permainannya! Tolong suruh pengawalku di depan untuk mengecek CCTV, panggil security, laporkan perbuatan pegawai ini ke pemilik toko, dan pastikan kau menuntutnya secara hukum semua permainan ini! Upload rekaman CCTV di youtube kalau mereka tak mau tanggungjawab. Buat ini menjadi viral! Aku tak mau tahu, mereka sudah mempermalukan sahabatku dan membuatku membayar barang yang tak ingin aku beli. Buat mereka membayarnya sekarang!" Mata Kira masih menatap tajam ke penjaga toko.

"Haisssshh.. Kalian pikir Aku ga tahu, apa? Sekarang kau harus terima akibatnya! Kau tahu, suamiku akan mencincangku hidup-hidup setelah menggunakan uang sebesar itu, hanya untuk membeli selembar baju! Hah.. Aku tak mau mati sendiri.. Kau harus ikut denganku, ini perbuatanmu, kan? Hahahahah!" Kira merasa senang di dalam hatinya.

"Baik Nyonya Muda!" Sari langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Kira. Tak luput satu perintahpun.

"Duh, betul apa yang sudah aku pikirkan. Nyonya Muda kini tak ada beda dengan Tuan Muda, walaupun Nyonya Muda benar kali ini.. Tetap saja mengerikaaaan.. Huhu.. Pasangan yang mengerikan!" Sari semakin membenarkan penilaiannya tentang Kira.

"Nyonya muda.. Maafkan saya.. Ini semua salah saya.." Penjaga toko sudah berlutut dan memegang kaki Kira. Tapi Kira tak bergeming.

"Kau bisa kembalikan uangku?"

"Sudah masuk sistem, sudah tidak bisa, Nyonya." Penjaga toko berbicara lirih.

"Hah, kau ini.. Harusnya kau berhenti berbohong sebelum itu masuk sistem! Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruhku membayar supaya baju yang ga rusak bisa untuk dirimu, kan? Hahahah!" Tebakan Kira yang sesuai dengan isi hati penjaga toko, membuat ketakutan semakin tampak dinwajah penjaga toko tadi. "Kalau sudah begini terima hukumanmu!" Kira berdiri setelah selesai bicara, lalu mengambil baju yang sudah dibayarnya dan keluar dari toko.

"Aku juga akan menerima hukumanku nanti karena menggunakan uang sebanyak itu. Jadi, kita sama-sama lah. Kali ini aku tak ingin tersiksa sendirian. Hufffff." Kira bergumam dan mengingatkan dirinya apa yang akan terjadi setelah Ryan tahu dia menggunakam uang sebanyak itu.

"Nyonya Muda.. Nyonya Muda.."

Kira tak memperdulikan panggilan penjaga toko di belakangnya.

"Ra... Keren banget lho! Bikin tuh penjaga toko ketakutan.. Duit lo banyak banget juga! Gila lho!" Rini terus ngoceh.

"Hahaha.. Apa berani lo bilang gue keren, setelah lo liat penyiksaan yang bakal di kasih suami gue gara-gara gue belanja baju kek gini! Arggghhhh.. Habiiiis.. Habiiiiis.. Udah remuk hati, remuk badan.. Hufffff" Kira kesal sendiri di dalam hatinya.

"Nih, nih ambil.." Kira memberikan kantong baju yang dibelinya..

"Ih, seriusan buat gue?" Rini setengah ga percaya.

"Kapan gue bohong?" Tanya Kira, sambil melirik dan masih memyodorkan baju yang tadi ke Rini..

"Aaaaakh...makasih banget, Ra!" Rini memeluk Kira, berjingkrak-jingkrak kegirangan.

"Iih, apaan sih.. Nih.. Nih.. Pegang!" Kira menyerahkan ke Rini kantong baju untuk dipegang Rini.

"Hoaaaaam.. Sumpah gue ga nyangka bisa punya baju kaya gini.. Makasih banget yaaaa.. Aaaaaakh!" Rini masih histeris dan kegirangan. "Ra, laki lo ga bakalan marah kan, lo beliin gue baju kaya gini?"

Kira cuma melirik Rini dan tak menjawab.

"Ra, ih... Jawab coba!" Rini makin penasaran.

"Hmm... Emang kalo laki gue marah, lo berani nanggung akibatnya?" Kira menjawab asal.

"Hah, marah? Bukan cuma marah.. Aku pasti habis karena ini. Hufff.." Kira sudah tak ingin membayangkan. Hatinya juga bergidik ngeri memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Ryan suaminya.

"Heheh.. Sorry deh Ra, lo rayu aja di ranjang!" Bisik Rini. "Kata Kakak gue, laki tuh kalo udah dapet di ranjang marahnya bakalan ilang!" Rini kembali melanjutkan kata-katanya.

"Sialan lo!" Kira mau mencubit Rini, tapi Rini sudah lari duluan, alhasil, mereka malah main tom n jerry di dalam mall..

Rini.. Awas lo ya.. Dapet gue sarden entar!"

"Hahahah... Bodo amat.. Yang penting gue udah dapet baju mehong!" Rini berlari menaiki eskalator, Kira mengejar ikutan berlari, Sari dan para bodyguard ikut kerepotan mengejar dua anak remaja ini menyusuri mall.

Mereka tak peduli dengan pengunjung mall yang risih. Mereka seperti dua sahabat gila yang sedang bermain. Menghabiskan waktu ga ada kerjaan.

"Ra.. Timezone.. Maen yok! Gue masih ngumpulin kuponnya.. Dikit lagi ni, bisa dapet yang gue mau. Hihi.." Rini mengajak Kira bermain.

"Ih, ga ah.." Kira menolak. Dia cukup tau diri, sudah menghabiskan dua belas juta lebih uang suaminya. Sekarang mau main lagi. Kira sudah ga berani.

"Yaaaa.. Ga seru lo! Gue traktir maen sekarang, deh!" Rini memaksa Kira dengan menarik tangannya untuk main timezone.

Akhirnya, Rini yang juga pemaksa ga bisa di tolak Kira. Dua remaja yang sudah lebih dari tiga bulan ga menghabiskan waktu bersama untuk bermain, mereka benar-benar menjadi gila.

avataravatar
Next chapter