48 Izin Ke Mall

"Lo harusnya ga usah ikut keluar, Rin! Tujuan Farid cuman gue. Dia ada dendam kusumat ama gue, kayanya! Hahaha!" Kira mengomentari santai tingkah sahabat kesayangannya di kelas tadi. Mereka berjalan pelan menyusuri koridor kampus yang lengang.

"Ya gimana enggak kesel, coba.. Dia jealous kayanya ama lo, Ra! Dia pernah ngaku suka ama lo kan di depan kelas dulu!" Rini mencoba mencari alasan kemarahan Farid.

"Bodo amat! Tapi mau ngapain kita sekarang, ya? Praktikum masih tiga jam lagi!" tanya Kira tak peduli dan mencoba mencari kegiatan. Kira sudah sangat kesal dengan Farid yang akan mengajukan banding untuk menggagalkan beasiswanya.

"Nge-mall yuk! Kita ke Millenium Mall, kan paling deket jaraknya dari sini." Rini memberikan ide.

"Haaaah.. Mana gue diizinin ke sana!" Kira menolak dengan cepat.

"Nyonya Muda, Anda bisa pergi ke Millenium Mall! Tuan Muda sudah mencabut larangan untuk Nyonya Muda berjalan-jalan bersama teman, asalkan tidak ada teman laki-laki dan Saya selalu mendampingi, Nyonya Muda sudah bisa ke Mall!" Kata-kata Sari bagai angin surga bagi Kira. Sesuatu yang sudah dirindukannya selama tiga bulan ini.

"Aaaaaaakh!" Kira dan Rini berteriak berbarengan dengan wajah Rini menunjukkan kegembiraan dan kemudian mereka berpelukan bersama seperti teletubbies. Berpelukan sambil loncat-loncat berputar.

"Asiiiik. Asiiiiiik.. Yok Yok. Cepet.. Kapan lagi bisa cabut dari kelas terus nge-mall!" Rini semakin senang dan raut wajah kebahagiaan terpampang jelas di matanya.

Rini menarik tangan Kira, supaya Kira berjalan cepat.

"Nyonya Muda, pelan-pelanlah, Anda baru saja mendapat tindakan Kuretase kemarin." Sari yang cemas mengingatkan Kira.

"Eh, sorry.. Ra! Gue lupa beneran kalo lo baru keguguran!" wajah Rini agak tegang mengingat sahabatnya baru saja keguguran dan dia baru saja menarik tangan Kira untuk berjalan kencang.

"Terima kasih Sari, sudah mengingatkanku!" Kira menengok kebelakang melihat Sari dan menengok lagi ke Rini. "Udah, tenang aja.. Yuk, waktu kita tinggal sedikit sebelum kelas praktikum!" Kira mengingatkan dan menggandeng sahabatnya lagi untuk bergegas ke luar gedung kampusnya. Mereka menyusuri lorong dengan langkah cepat, tapi tidak berlari. Diselingi obrolan ringan, menentukan tempat yang akan mereka kunjungi di sana.

"Ra.. Beneran kita naik mobil ini?" Rini menelan ludah tak percaya memandangi mobil biru telur asin yang ada di depannya.

"Iye, emangnya lo mau ngesot ke Millenium Mall? Hahahaha... Yuk naik!" Kira mencolek sahabatnya menyuruh untuk masuk.

Klek

Andra sudah menutup pintu mobil. Sari duduk di depan di sebelah Andra dan Rini duduk di sebelah Kira.

"Ra, asli suami lo sultan abis! Gila.. Gila.. Gila!!! Asli kan ya gue ga ngimpi naik mobil beginian?" Rini sudah memukul-mukul pipinya sendiri.

"Seneng lo? mau selfie?" Kira tergelak tawa melihat kelakuan sahabat baiknya.

"Mauuuuu!" Rini segera mengeluarkan handphonenya. "Engkel yang bagus ya nek!" Pintanya ke Kira sambil memberikan handphonenya.

Klik .. Klik .. Klik

Kira beberapa kali mengambil foto Rini, termasuk Rini yang selfie dibelakang Andra, agar lambang di kemudi mobil yang mereka tumpangi terlihat. Rini juga membuat video hebohnya untuk tiktok. Setelah selesai, Kira menyerahkan handphone kembali ke Rini.

"Iiih, kereeen..." Rini langsung meng-upload foto termasuk video ke instagram dan akun tiktoknya. Rini sibuk meng-edit, dan Kira hanya geleng-geleng kepala, lalu melihat ke jendela luar.

"Terima kasih, sudah mengizinkanku untuk jalan-jalan.. Terima kasih, suamiku." Setetes bening kembali mengalir dari sudut mata Kira. "Aku ingin bertemu denganmu.. Aku mohon.. Maafkan Aku.. Aku merindukanmu.." Lagi, rasa sedih kembali menghantui dan menyayat hati Kira.

"Ra, lo bisa bayangin ga kalau Deby liat ni.. Pasti iri banget dah tu anak. Hahahah.. Gue ga sabar mau pamer di kost entar! Eh, bentar lagi juga dia bakalan online terus liat live story ig gue ama tiktok, hahahah.. Mampus tu anak! Pasti mupeng banget dah! Hahahaha" Kehebohan Rini berhasil mengalihkan pikiran Kira. Dia kembali menengok kesahabatnya dan memperhatikan tingkah sahabatnya yang masih Mengulik dihandphonenya.

"Udeh puas belom?" tanya Kira, sambil cekikikan melihat tingkah Rini.

"Puas pake banget! Hahaha.." Rini kembali tertawa. "Ra, beruntung banget sih, lo! Suami baek, kaya, ganteng, duuuh.. Udah kaya Kate Middleton aja hidup lo, Ra!" Celetuk Rini yang tak di gubris oleh Kira.

Kira memilih menyenderkan kepalanya di sandaran kursi dan memejamkan matanya.

"Beruntung.. Haissshh.. Andai lo bisa lihat semua luka berdarah di hati gue sekarang, masih berani lo bilang gue beruntung? Kemewahan ni semua, gue ga butuh.." Kira memang tak ingin semua ini. Buat Kira, hidup biasa- biasa saja, tapi bisa menikah dengan orang yang mencintainya, membina keluarga dengan suami yang mencintainya, adalah hal yang sangat indah daripada hidup dalam sangkar emas yang dipenuhi oleh emas, diamond, pearl, dan segala kemewahan dunia tapi kosong dari cinta seperti yang dirasakannya sekarang.

"Ra, kita dah sampe ni.. Lo tidur?" Tanya Rini menggoyangkan tangan Kira. Rini memang menyangka Kira tidur, karena dia memejamkan matanya.

"Enggak!" Kira membuka matanya dan menegakkan duduknya. Mengambil tasnya bersiap untuk turun di Foyer.

Klek

Sari sudah membuka pintu mobil, Kira dan Rini segera keluar.

"Hoaaaaah.. Freeedom! Gue jadi bersyukur banget nih, si Farid mau ngusir kita dari kelas! Hahahaha..." Rini mulai bicara serampangan. "Ra, ngapain lo diem di situ, mo masuk ga?"

"Haaah, iya ayok!" Kira menelan ludahnya. Hatinya sedikit sakit untuk masuk ke dalam Mall ini. Pusat perbelanjaan di mana Kira pergi beberapa hari lalu bersama Ryan. Hatinya terasa sakit mengingat semua memory itu. Bayang-bayang Ryan. Membuat Kira hampir menumpahkan air matanya untung saja.. Rini ada di sana. Menarik tangan Kira. Berceloteh kemana-mana mengisi kekosongan hati Kira.

"Ra.. Liat ada baju model baru di butik tu! Masuk yok!" Rini menggeret tangan Kira.

Seperti biasa yang sering mereka lakukan dulu, mereka keluar masuk butik, Rini mencoba baju yang disukanya, lalu mengambil foto di ruang ganti dan menaruhnya lagi baju yang sudah di cobanya. Begitupun dengan sepatu, tas, hanya mencoba, mengambil foto, dan membuat penjaga toko kesal dengan tingkah laku mereka.

"Kapan sih, mereka akan pergi?" Bisik salah satu pegawai toko ke temannya yang sudah kesal di meja kasir.

"Ehm, kita buat sedikit masalah aja sama mereka!" Satu penjaga toko mengedipkan matanya. Menaruh baju yang sama yang terakhir di ambil Rini di meja kasir.

Mereka berdua tersenyum senang, penuh dengan kemenangan

"Kak, ini bajunya! Makasih ya, tapi maaf.. bajunya ga ada yang cocok sama aku, lain kali kalau ada yang pas, aku pasti beli!" Rini memberikan baju yang sudah dicobanya dan tersenyum ramah ke penjaga toko. Lalu, menggandeng tangan Kira. "Yuk, Ra!"

"Tunggu!" Beberapa langkah sebelum Rini keluar, penjaga toko sudah memanggil kembali. Kali ini, dia memasang wajah sangat marah.

"Anda harus membeli baju yang sudah Anda rusak seperti ini!" Penjaga toko menunjukkan baju dengan robekan besar di baju dengan model dan warna yang sama seperti yang tadi di coba Rini.

avataravatar
Next chapter