99 Bayaran

"Apa itu bisa membayar enam puluh persen harta yang akan kau berikan kepada istrimu?" Kira bertanya pada Ryan sebelum melakukan apa yang diminta oleh Ryan

"Tidak sebanding! Kau tahu berapa banyak enam puluh persen itu?" jawab Ryan jujur, tanpa basa basi

Kira menggeleng.

"Seberapa banyak jumlah kekayaanmu juga aku tidak tahu! Aku bahkan sampai sekarang masih berpikir-pikir orang seperti apa kau ini! Bagaimana bisa kau memiliki kekayaan sebanyak itu! Apa pekerjaanmu sebenarnya! Kenapa manusia bisa menjadi ultra kaya sepertimu, sedangkan banyak manusia lainnya yang bahkan untuk makan satu hari aja mereka harus bekerja satu hari full!" Kira bergumam di dalam hatinya tak tahu apa jawaban untuk semua pertanyaan itu

"Hahaha! Ryan hanya bergelak tawa melihat gelengan kepala Kira dan wajah polos Kira.

"Apa yang lucu?" Kira memberanikan bertanya karena penasaran dengan arti gelak tawa Ryan

"Kau bodoh bukannya lucu!" setelah menyelesaikan kalimatnya, Ryan tanpa basa basi lagi langsung menerjang tubuh Kira. Tak ada persiapan yang dilakukan Kira untuk mengantisipasi apa yang akan dilakukan oleh Ryan, karena Kira sebetulnya masih memikirkan urusan enam puluh persen harta Ryan yang ingin dinegosiasikannya dengan Cassandra. Tapi sepertinya, obrolan itu tak dipedulilkan oleh Ryan dan Ryan lebih tertarik untuk bermain dengan Kira

"Kau ingin aku melakukannya Bagaimana sekarang?" Ryan ada di atas tubuh Kira dengan tangannya masih bermain di bagian atas puncak tertinggi Kira dan milik Ryan juga sudah masuk ke dalam tubuh Kira

"Apa maksudmu?" dengan setengah sadar Kira bertanya kepada Ryan sambil menikmati permainan Ryan

"Kamu ingin aku apakan lagi?"

"Apa aku boleh memilih?" Kira sambil memberanikan diri menatap Ryan

"tentu saja, untuk kali ini kau boleh memilih!"

"Mungkin aku sudah gila! yang ada di dalam kepalaku sekarang adalah bagaimana aku bisa memuaskan wanita ini!" Gumam Ryan di dalam hatinya.

"Kalau begitu aku mau kau di bawahlah sekarang!" Kira dengan sekuat tenaga langsung mendorong tubuh Ryan hingga Ryan berada di bawah dan Kira berada di atas, posisi woman on top.

"Aku berhutang banyak kepadamu, suamiku! Saat ini, biar aku yang bekerja untuk memuaskanmu! aku akan lakukan apapun pagi ini untuk membahagiakanmu! Apa yang aku lakukan tidak akan bisa mengembalikan enam puluh persen dari kekayaanmu, tapi aku akan selalu berdoa dan memohon supaya kekayaanmu akan ditambahkan kembali! Aku juga akan terus memohon dan berdoa supaya umurmu dipanjangkan dan kita bisa terus bersama. Aku juga berharap kau diberikan kesehatan, sehingga kau bisa terus menjagaku dan anak-anakku kelak. Aku berharap kalau hubungan kita tidak sampai hanya di sini. Aku ingin menua denganmu Ryan. Aku ingin hidup bersamamu sampai ajal memisahkan kita. Aku mohon kepadamu, Cintailah aku walaupun tek sebesar cintaku padamu tapi aku sungguh berharap kau bisa memberikan sedikit saja cintamu padaku! Aku juga akan terus berusaha untuk mendapatkan cinta itu darimu. Aku belum pernah mencintai seorang pun melebihi cintaku kepadamu sekarang. Kau mungkin berpikir bahwa aku ini bodoh, Itulah kenyataannya sekarang. aku tergila-gila padamu!" gumam Kira dalam hatinya. kali ini, Kira sengaja meminta posisi di atas supaya bisa memuaskan Ryan. Kira ingin menebus semua kesalahannya kepada Ryan. Karena sikap egoisnya, Ryan sekarang harus kehilangan Banyak sekali kekayaannya. selama satu jam permainan, Kira lebih mendominasi daripada Ryan

"Aku tidak menyangka wanita bodoh sepertimu bisa melakukan ini semua! tapi aku sungguh puas dengan permainanmu! Semakin hari kau semakin pintar! Pagi ini, kau memberikanku kepuasan! Aku suka kalau melihatmu seperti ini! Semoga apa yang kita lakukan ini bukan hanya karena kau merasa tidak enak atas kerugianku, Kehilangan enam puluh persen dari kekayaanku tapi aku berharap ini semua kau lakukan karena kau mencintaiku Shakira Chairunisa! Aku ingin mendapatkan cintamu, bukan cuma menjadi teman tidurmu!" Ryan bergumam di dalam hatinya tapi tak ada keinginannya untuk menceritakan apa perasaan yang sebenarnya kepada Kira. Walaupun Kira sudah berkali-kali menyatakan rasa sayang dan cintanya kepada Ryan, Tapi tidak untuk Ryan... menyatakan cinta bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan Ryan. Tak semudah dulu dirinya menyatakan cinta kepada Cassandra. Setelah sepuluh tahun mengalami masa-masa sulit, Ryan sudah menjadi pribadi yang berbeda. Ryan yang dulu bertemu dengan Cassandra adalah Ryan yang polos dan sangat menghargai seorang wanita. sedangkan Ryan yang bertemu dengan Kira adalah Ryan yang sudah dikhianati oleh wanita, memiliki dendam atas kematian orang tuanya juga Ryan yang sudah tidak menghargai wanita lagi. untuk Ryan yang bertemu Kira, wanita adalah alat pemuas kebutuhannya saja, tidak perlu dicintai, tidak perlu disayangi, dan tidak perlu dipedulikan.

"Apa kau lelah?" Tanya Ryan kepada Kira setelah mereka berdua mendapatkan kepuasan

"Sangat lelah dan lapar!" Kira tertawa kecil sambil menatap Ryan dengan posisi Kira masih ada di atas tubuh Ryan

"Shakira Chairunisa, kau sudah bekerja keras Pagi ini, aku akan memberikanmu sarapan pagi!" Jawab Ryan masih dengan nada penuh kuasanya

"Apa kau puas, suamiku?" Wajah Kira menunjukkan sedikit ekspresi keingintahuan yang besar saat bertanya kepada Ryan

Ryan Mengangguk. Ryan juga tersenyum kecil dengan tangan kirinya menarik kepala kira mendekat dan menempelkan Bibirnya di kening kira." Kau di luar batas kebiasaanmu Hari ini! Aku suka kau melakukan yang tadi kau lakukan, tapi lain kali biarkan aku yang melakukannya! Jangan Paksa tubuhmu sampai terlalu lelah seperti ini! Apa kau paham?" Ryan berbicara di luar kebiasaannya. Beberapa hari ini, Ryan berbicara sangat lembut dan sekarang bahkan sangat merdu tepat ditelinga kira

"Aku tidak menyesal, karena aku memang ingin melakukannya. Kau sudah sangat baik kepadaku, suamiku. Dan aku belum memberikan apapun kepadamu sebagai balasannya. Maafkan aku, mungkin aku tidak akan bisa membalas apapun kebaikanmu, tapi aku berjanji kepadamu aku bisa memberikan kesetiaanku kepadamu seumur hidupku." Kira mengatakan seluruh isi hatinya kepada Ryan. Tak ada maksud apapun yang disembunyikan oleh Kira, semua yang dilakukan dan dikatakan oleh Kira adalah tulus udah di dalam hatinya

"kata-katamu sangat manis! Semoga kau tidak mempermainkan perasaanku Shakira Chairunisa! Kau harus tahu, aku bukanlah orang yang sangat baik hati! Mungkin kau bisa bilang kalau aku adalah iblis berwajah tampan! Dan aku akan membalas sedikit keburukan dengan balasan yang setimpal! apalagi perbuatanmu ini kalau sampai aku tahu kau menipuku dan berbohong, kau harus tahu seberapa besar hukuman yang akan kau peroleh nantinya!" Ryan bergumam di dalam hatinya sendiri. Ryan selalu mengingatkan hatinya sendiri setiap kali merasakan sesuatu yang bergetar akibat perbuatan dan perlakuan Kira. Ryan tidak ingin terjadi lagi apa yang telah terjadi pada hubungannya dengan Cassandra. Hubungannya dengan Kira, dilakukannya dengan sangat hati-hati. bahkan, untuk menyatakan perasaannya pun, Ryan tidak mau gegabah.

"Bangunlah! Aku akan menyuruh Andi untuk menyiapkan sarapan untukmu!" Perintah Ryan pada Kira. Ryan tidak merespon sama sekali atas apa pernyataan Kira tadi dengan bibirnya. Perasaannya dipendam jauh di dasar hati Ryan. Dan saat ini, Ryan lebih memilih mengalihkan jalan pikirannya.

"Tidak perlu suamiku! Biarkan Aku memasak untukmu saja, tidak perlu menyuruh asisten Andi untuk menyiapkan sarapan pagi untukku!" Kira buru-buru mengkoreksi apa yang ingin dilakukan oleh Ryan. Kira ingin mempersiapkan sarapan paginya dan sarapan Ryan dengan kemampuannya sendiri.

"Kau tidak boleh masak lagi! Tidak di villa ini! Kau tahu ada siapa saja di sini kan? Kedua dokter menyebalkan itu dan Andi juga ada disini! Aku tidak ingin kau masak untuk semuanya! Kau bukan pembantu mereka, Kau hanya boleh memasak untukku!"

"Hahaha! Apa kau ingin mengingatkanku kalau aku adalah budakmu? Baiklah suamiku, aku tidak akan memasak untuk orang lain, kecuali untuk tuanku Ryan Adiantara!" Gumam kira di dalam hatinya mendengar kalimat pernyataan yang baru saja dikatakan oleh Ryan

"Baiklah, Aku tidak akan memasak di sini Kau boleh lakukan Apapun yang kau mau! Dan aku akan menuruti much suamiku!"

Ryan akhirnya meminta Andi untuk menyiapkan sarapan pagi yang harus diantar ke kamar. Sarapan untuknya dan sarapan untuk kira. Ryan tidak ingin Kira melakukan sarapan di meja makan. Ryan tahu apa maksud kedua dokter yang menurutnya menyebalkan itu menginap di villa tempat dirinya menginap. Ryan sadar, kedua dokter itu ingin menanyakan atau berbincang dengan Kira. Karena itu, Ryan memutuskan untuk menjaga Kira selalu ada di dekatnya. Setelah mandi dan makan pagi selesai, Ryan langsung meminta Andi menyiapkan helikopter dan langsung mengajak Kira bergegas kembali ke Millenium Tower. tak ada celah yang diberikan oleh Ryan untuk dokter Farida berkomunikasi dengan Kira. Ryan sangat menjaganya, membuat tidak ada lagi kesempatan bagi Tante Lusi untuk bersiasat.

"Suamiku, apa kita akan kembali ke apartemen itu lagi? "Tanya kira sebelum naik ke atas helikopter .

"Ada apa, Apa kau takut?"

Kira menggeleng. "Aku tidak takut, aku hanya sedikit gugup, mengingat Kejadian beberapa hari lalu di sana. Aku juga sedikit khawatir, karena Ini pertama kalinya bagiku naik helikopter

*********

hai kakak semua.. apa kabar? untuk hari ini, aku izin promosi untuk novel ke-5 ku yang akan launching tanggal 1 januari besok ya..

dengan judul perjalanan cinta nada..

Klek

Pintu kamar telah di buka

Langkah kaki seseorang yang berjalan memasuki kamarnya, membuat Nada sangat ketakutan. Jantungnya berdetak sangat kencang, sudah tergambar jelas apa yang akan terjadi dalam bayangannya. Nada hanya tertunduk, dengan kedua jari tangannya saling berpegangan dan meremas. Keringat dinginpun sudah tak terelakkan. Nada begitu takut, tapi saat ini, sudah tak ada lagi yang dapat menolongnya. Ini sudah menjadi keputusannya. Pilihan yang terpaksa dipilihnya untuk menyelamatkan ibunya.

Aroma parfum maskulin sudah tercium dari tubuh pria yang mendekat kepadanya. Pria itu berdiri satu meter di samping kiri Nada, entah apa yang dilihatnya, dia diam di sana mengamati Nada yang masih menunduk, meremas dan memainkan jari tangannya.

"Apa yang dilakukannya di sana? kenapa dia berdiri dan hanya diam seperti itu?" Nada tak menatap wajah pria yang berdiri tadi. Nada hanya menunduk dan semakin dalam menunduk. Nada berusaha menutupi semua rasa yang mencuat dihatinya.

"Denada Aprilia?" suara serak, khas pria dewasa yang tegas menunjukkan aura rajanya terdengar di telinga Nada.

"Iya, Tuan." jawab Nada dengan suara yang bergetar.

"Ya Tuhan.. Dia mulai mengajakku berbicara!" hati Nada ciut. Nada sangat khawatir dan tambah gemetaran.

"Kamu tahu siapa saya?" tanya pria yang berdiri dan masih menatap Nada dengan tangan melipat didadanya.

"Tahu, Anda Tuan Raditya Abimanyu Prayoga." Nada masih menunduk tak berani menatap pemilik suara.

"Apa hubungan kita?" Tanya Radit masih memandangi Nada.

"Rahim saya akan menjadi tempat dimana Tuan akan menaruh benih, dan saya akan melahirkan anak untuk tuan."

"Sssssh.." Radit mendesah. "Yang saya tanyakan, apa kamu tahu hubungan kita?" Radit mengulangi pertanyaannya.

"Hubungan?" Nada mengulangi kata-kata Radit.

Radit tersenyum simpul, lalu duduk di ujung kasur, di samping Nada, menatap ke arah tembok yang ada di depan mereka.

"Apa tadi yang saya lakukan di bawah dengan ayahmu dan penghulu sebelum datang ke kamar ini?" tanya Radit, mencoba memberi pengertian pada Nada.

"Anak ini, terlalu polos. Dia juga terlalu takut padaku, apa dia bisa, ya? Huffffh.. Viola.. Maafkan aku.. Kalau bukan karena permintaan keluargaku supaya aku memiliki seorang anak yang berasal dari benihku sendiri, aku tak akan menyakitimu dengan ini. Aku sangat mencintaimu, Viola. Kaulah satu-satunya wanita yang aku cintai, dan ini akan selesai setelah wanita ini melahirkan anakku. Kau tak perlu menangis lagi, sayang!" hati kecil Radit bergumam. Dia sangat mencintai istri yang sudah dinikahinya selama sepuluh tahun, Viola Andromeda. Wanita blasteran, dari kelas bangsawan dengan darah keturunan Asia, Rusia dan Spanyol, sangat cantik dan merupakan sebuah keberuntungan bagi Raditya, bisa menikah dengan wanita sepertinya. Kehidupan rumah tangga Radit dan Viola juga sangat harmonis. Sayangnya, karena kecelakaan di Spanyol delapan tahun lalu, terjadi sesuatu yang sangat mengerikan bagi rumah tangga mereka. Viola yang saat itu sedang mengandung anak Radit, mengalami keguguran dan pendarahan hebat. Rahimnya sudah tak lagi bisa diselamatkan, sehingga tim dokter melakukan operasi bedah untuk pengangkatan rahim.

Saat itu, hari-hari kebahagiaan rumah tangga mereka menjadi berkurang. Kecaman dari keluarga Radit, sangatlah mengganggu. Raditya Abimanyu Prayoga, berasal dsri Keluarga Prayoga yang bukanlah keluarga sembarangan. Keluarganya memiliki kekayaan di luar batas wajar. Bisnis yang besar, baik di bidang pariwisata, penambangan minyak, batu bara, emas, dan nikel, transportasi baik di darat, laut maupun udara, properti, elektronik, IT, media elektronik, dan berbagai macam sumber bisnis lainnya, membuat keluarga Prayoga menjadi keluarga dengan kekayaan nomor satu di Indonesia, dan menduduki peringkat nomor enam di dunia. Raditya adalah satu-satunya penerus kerajaan bisnis mereka. Anak satu-satunya dari pasangan Riyanti dan Bambang Prayoga, cucu satu-satunya dari Prawiryo Prayoga, membuatnya mengemban beban yang cukup berat dipundaknya. Penerus dengan darah keturunan Prayoga, ini tak lagi bisa untuk dinegosiasi.

Prawiryo tidak bisa menerima saran keluarga Viola untuk mengambil anak angkat. Prawiryo ingin cucu dari darah Raditya. Dia tak peduli, kalau Viola, istri Radit tak lagi bisa memiliki anak. Dia tetap menginginkan cucu dari darah Raditya. Sejak Viola kehilangan rahimnya, Prawiryo selalu berusaha untuk menekan Radit untuk menikah lagi, tanpa meninggalkan Viola. Tapi, Radit enggan dan menolak, bahkan Radit memilih hengkang dari mengurus perusahaan keluarganya dan memilih untuk bersusah payah selama delapan tahun ini untuk membangun usahanya sendiri. Hingga akhirnya, Radit tak lagi dapat menolak, karena Prawiryo menekan perusahaan yang didirikan Radit hingga mengalami krisis. Prawiryo juga menekankan akan menghancurkan karir Viola, istri Radit yang merupakan seorang designer papan atas di kelas Internasional, apabila menolak permintaannya yaitu Raditya memberikan cicit dari benihnya.

"Baiklah, aku setuju untuk menikah dan mengikuti keinginan eyang.. Tapi dengan beberapa syarat!" Radit berupaya bernegosiasi dengan Prawiryo. Viola di samping Radit, sudah menangis dengan keputusan yang di buat Radit.

"Pertama, aku ingin kekuasaan penuh sebagai penerus Prayoga. Kedua, aku ingin menikah dengan wanita yang akan melahirkan anakku, walaupun pernikahan itu hanya sah menurut agama. Aku tak ingin anakku lahir sebagai anak haram. Ketiga, setelah anak itu lahir, wanita itu akan pergi meninggalkan aku dan keluargaku, sejauh mungkin hingga tak memungkinkan lagi baginya untuk menemui anakku dan mengakuinya sebagai anaknya di kemudian hari kelak. Keempat, cari wanita yang mudah di atur, karena aku tak ingin ada wanita pengganggu nantinya." inilah permintaan Radit di depan Eyang Prawiryo, yang akhirnya disanggupi oleh Eyang.

Malam ini.. Adalah malam di mana Radit akhirnya menikahi wanita pilihan Eyang, sesuai dengan kriteria yang Radit inginkan.

"Fuuuuuuh..." Radit menghela napasnya, mencoba melupakan perjanjiannya dengan Eyang Prawiryo yang baru saja melayang diotaknya. "Baiklah, aku ingin ini cepat selesai, aku akan melakukan sesuai dengan keinginanmu, eyang.. dalam satu bulan aku harus bisa membuatnya hamil, sehingga aku tak perlu lagi menyentuhnya. Viola sayang, bersabarlah.. Aku akan lakukan secepatnya, dan aku tak akan menyakitimu terlalu lama, Viola.." Gumam Radit.

"Saya menunggumu menjawab, tapi lama sekali jawaban itu keluar, Nada?" Radit menengok ke arah Nada dan kembali menyadarkannya kalau dirinya belum menjawab pertanyaan Radit.

"Maaf, Tuan.. Ehmm.. Tadi, Tuan sudah melakukan ijab qabul pernikahan dengan orangtua saya dihadapan penghulu." jawab Nada, masih menunduk, bahkan Nada terlihat semakin ketakutan.

"Jadi apa hubungan kita?" Radit memberikan penekanan.

"Suami Istri." jawab nada lirih

"Oh Tuhan.. Berat sekali aku mengatakan itu.. Suami.. Hahaha.. Aku bahkan tak mencintainya. Tapi aku ga ada pilihan.. Demi ibuku.. Kuatkanlah hatiku.." doa Nada dalam hatinya.

"Bagus, kalau kamu sudah paham, Nada. saya akan menjadi suamimu, hingga benih saya tumbuh menjadi bayi dan kamu melahirkan bayi itu untuk saya. Setelah itu, kamu bisa pergi, kamu bebas pergi kemanapun kamu inginkan. Dengan satu syarat, kamu tak boleh lagi muncul dihadapan saya, istri saya, dan anak dari benih yang saya titipkan di dalam rahimmu. Apa kamu paham?"

Nada menggigit bibirnya dan mengangguk.

"Saya paham, Tuan."

"Bagus kalau begitu.. Kamu jangan khawatir, setelah bayi itu lahir, saya akan memberikan materi yang cukup untuk memenuhi kebutuham hidupmu, bahkan kamu tak perlu lagi bekerja untuk hidupmu. Hanya menjauh dan menghilanglah, itu saja syaratnya." Radit kembali menekankan maksud hatinya.

Nada mengangguk.

"Oh Tuhan, semoga yang dikatakannya benar, setelah anak itu lahir.. Setelah anak itu keluar dari rahimku, aku akan bebas kembali. Aku rela menjauh darinya, sejauh-jauhnya." bisik hati Nada lirih.

"Kalau begitu, bersikap rilekslah, lakukan tugasmu, dan Saya akan melakukan tugas saya. Kita selesaikan setiap harinya dengan cepat, supaya benih itu segera ada dalam rahimmu. Dan Saya, tak akan lagi menyentuhmu setelah benih itu ada di sana! Kamu paham?" kedua tangan Radit memegang kedua pipi Nada, membuat Nada menengok menatap Radit, membuat mata mereka bertemu, dan Nada melihat jelas wajah suaminya.

"Oh Tuhan... Dia ini manusia atau malaikat ya? Kenapa dia tampan sekali.. Jantungku.. Kenapa jadi bedetak kencang sekali.. Apa ini ga salah? Dia.. Raditya? Dia.. Suamiku?" Nada tak tahu apa yang ingin diperintahkan hatinya kepada pikirannya sehingga membuat respon saraf tubuhnya, menghasilkan loncatan- loncatan listrik diseluruh neuron sarafnya membuat Nada hampir kehilangan akal saat menatap wajah bak malaikat dihadapannya.

"Denada, apa kamu paham?"

"I.. Iya.. Paham tuan.. Sangat paham." Nada akhirnya merespon dan bicara setelah kesadarannya telah kembali.

"Baiklah, kita mulai sekarang!"

Radit segera membuka jas, dasi dan kancing bajunya

"Ah!" Nada memalingkan wajahnya kembali menatap tembok dan menutup matanya.

"Kenapa memalingkan wajahmu?" tanya Radit, yang masih membuka pakaiannya.

Nada hanya menggigit bibirnya, dengan air mata mengalir membasai pipinya.

"Ya Tuhan.. Aku habis malam ini.. Inikah nasibku yang tertulis dalam suratan nasib sebelum aku lahir ke dunia? Apa tak ada takdir lain yang bagusan untukku?" Nada memprotes nasibnya sendiri.

"Jangan buang waktu, kita harus selesaikan cepat, karena saya harus kembali menemui istri saya!" tangan Radit sudah memegang kancing kebaya Nada, dan membukanya satu persatu, dengan Nada yang hanya bisa pasrah menangis dan diam saja membiarkan tangan Radit melucuti pakaiannya satu persatu. Radit juga membuka sanggul rambut Nada, yang menurutnya dapat mengganggu kalau nanti Nada akan menolak dan menggunakan sesuatu disana untuk menusuknya.

"Hmmm.. Tubuhnya boleh juga, kulitnya putih bersih, sesuatu disana masih sekal, dan hufff.. Cukup menggoda, walaupun tak sepeti milik istriku.. Ah, Kamu tetap yang terbaik untukku, Viola. Anak ini hanya untuk menaruh benihku. Kamu jangan khawatir. Aku tak akan kemana-mana.. Hatiku akan selalu menjadi milikmu!"

"Aduuuuh.. Bagaimana ini, dia sudah membuka hampir semuanya, aku harus bagaimana? Aaaakh.. Berpikirlah Nada.. Aduuh.. Aku harus bagaimana?" Air mata Nada sudah mengalir, Nada memalingkan wajahnya ke Kiri, enggan memandang Radit yang ada di sebelah kanannya. Nada juga enggan menunduk melihat tubuh bagian atasnya yang polos.

"Berdiri!" Radit memerintahkan Nada untuk berdiri.

"Hufff.. Mau apa dia? Haaaah.. Andai aku punya pilihan, tapi kali ini.. Aku benar-benar tak punya pilihan!" hati kecil Nada sudah menyerah. Walaupun enggan, Nada akhirnya melakukan apa perintah dari Radit. Nada berdiri, menghadapkan tubuh bagian depannya ke Radit.

"Buka sandalmu!" Perintah Radit lagi

"Hahah.. Anak ini apa sedang mencari perhatianku? Dia berdiri menghadapkan tubuh bagian depannya padaku. Padahal dia bisa berdiri memunggungiku. Apa dia memang ingin aku melihat tubuh depannya. Huuh.. Aku tak akan tergoda. Aku pria beristri! Dia harus sadar itu!" Gumam Radit di dalam hatinya.

Nada segera membuka sandalnya.

"Tembok.. Ya.. Ya.. Tatap tembok saja, Nada. Tembok di depanmu.. Jangan tatap apapun, biarkan dia melakukan apapun dengan tubuhmu, jangan dipedulikan. Yang penting, kamu cepat hamil. Dia sudah berjanji tak akan meyentuhmu lagi kalau kamu hamil dan kamu akan bebas darinya setelah bayi itu lahir.." Nada menguatkan hatinya. Membiarkan Radit menjamah kain yang melingkar dipinggang Nada, membuka kain itu dari tempatnya, hingga menyingkap bagian bawah tubuh Nada dan hanya menyisakan kain segitiga.

"Buka ini!" perintah Radit lagi

"Haaaah.. Kini dia menyuruhku untuk membuka sendiri.. Sama saja dia menyuruhku untuk menyerahkan diriku padanya, kan? Huffffhh.. Kurang ajar!" Nada memaki Radit, tapi tetap membuka kain terakhir yang menempel ditubuhnya. Nada berusaha untuk tak melihat tubuh Radit. Airmatanya yang masih mengalir dipipinya, juga tak di hapus oleh Nada

"Bagus.. Kita mulai sekarang. Tak ada permainan awal, aku akan langsung saja, supaya cepat selesai!" Radit memperingati dan berdiri didepan Nada, untuk melepaskan sepatu dan celananya.

"Owh.. Pas sekali mataku di bagian depan tubuhnya.. Kenapa jantungku berdegup kencang sekali.. Huufffh.. Tubuhnya sangat sempurna. Bagaimana dia bisa punya tubuh sesempurna ini.. Aaaah.. Lupakan Nada.. Lupakan... Dia suami orang! Hiiiiii..." Nada sangat kesal dengan pikirannya

"Ayo kita mulai! Berbaringlah" perintah Radit

Kaki Nada seakan lemas, sehingga hampir saja Nada jatuh ke lantai mendengar perintah Radit tadi. Untungnya Radit cekatan memegang tangan Nada.

"Kamu sakit?" Radit refleks memegang tangan Nada yang tubuhnya hampir jatuh ke lantai

"Fuuuh.. Anak ini.. Kenapa dia mau jatuh? Apa dia sanggup menyimpan benihku? Aku tak ingin meninggalkan perasaan dengannya. Aku ingin laukan ini cepat, selesaikan dan melupakan dia pernah hadir dalam hidupku!" Radit sudah berikrar dalam hatinya

Nada menggeleng.

"Aku lemas, menyesali takdirku.. Oh Tuhan kenapa harus seperti ini suratan takdirku? Kenapa tega sekali menulidkan takdir seperti ini untukku!" Nada sangat kesal jauh di dalam sanubarinya.

"Kamu takut?"

Nada mengangguk.

"Kuatkan dirimu, ini tak akan lama!" Radit menggendong Nada.

"Haaah.. Apa yang dilakukannya!" hati Nada menjerit.

Lalu Radit memposisikan Nada dalam posisi tidur di atas ranjang besar dalam ruangan itu.

"Kita mulai, aku akan memasukkaan langsung.. Tak ada permainan awal!" Radit segera membuka kaki Nada hingga dalam posisi seperti seseorang ingin melahirkan anak, dan memaksa miliknya segera masuk ke lubang di tengah sana.

"Aaaaaaakhh..." Nada menjerit dan menagis, dengan tangannya memegang ke sprei. Saat Radit berusaha memasukkan milik ya. Sangat kering dan keset di sana. Karena belum ada cairan perangsang.

"Aah, sulit sekali.. kenapa ini.. Keset dan sulit sekali.. Akau bahkan tak kesulitan seperti ini saat memulainya dengan Viola!" Radit masih berusaha memasukkan, hampir dua menit mencoba, tetapi masih tertutup dan sulit.

"Huffhh... sepertinya aku harus terpaksa membuatnya licin dulu untuk mempermudah.. Haaaah, menyusahkan saja.. Maafkan aku Viola.. Ini sangat terpaksa aku lakukan." Radit bergumam kesal

Radit memegang dua gunung di bagian atas tubuh Nada.

"Aaaakh.. Ssssh..apa yang kau lakukan.. Aaaakh.." Nada yang melihat tangan Radit dibagian atas, sangat ketakutan, apalagi saat Radit mulai mengulum dengan mulutnya.

"Ah, gila.. Ini masuk dalan sekali lep dimulutku. Haha.. Dia kecil sekali, bahkan bagian puncaknya belum terbentuk.. Apa tak ada yang pernah meyentuhnya sebelum aku? Tunggu.. Tunggu.. Jadi benar belum ada yang menyentuhnya sebelum aku? Apa benar begitu?" Radit membuat pertanyaan sendiri dikepalanya melihat tubuh Nada yang masih serba aneh menurutnya. Masih mengkel dan kencang, masih belum keluar sempurna bagian atas dipuncaknya, bahkan sulit untuknya masuk ke bagian bawah.

"Ah, ini sudah basah.. Bagus!" dengan jari tangannya, Radit mencoba mengecek bagian bawah Nada. Akhirnya, setelah permainan di bagian atas tubuh Nada, bagian bawah sudah basah, Radit tak sengaja memperhatikan wajah Nada yang matanya terpejam. Nada saat ini masih berteriak kesakitan, tapi juga sudah ada sedikit suara lain dari bibir Nada yang menjengkelkan untuk Radit. "Haaah.. Sial! Dia mulai menikmati permainanku! Ini ga boleh dibiarkan! Aku bukan pemuasnya, aku hanya mau memasukkan benihku!" Radit lalu mencoba lagi memasukkan miliknya ke dalam tubuh Nada. Kali ini, dengan tiga kali percobaan tusuk

"Aaaaaaakh..." Nada menangis dan menggigit bibirnya.

"Sakaiiit.. Sakiiit sekali itu, aaaakh! Sial kau.. Raditya Abimanyu Prayoga.. Aku akan terus mengingatmu.. Mulai hari ini.. Aku akan sangat membencimu.. Aku mengutukmu.. Aku membencimu dan seluruh keluargamu yang membuatku seperti ini!" hati Nada terasa perih, dia tak ada pilihan untuk menyelamatkan diri, dan sakit kali ini, sungguh tak tertaham olehnya. Nada sangat kesal dengan Radit..

"haha.. Akhirnya masuk juga.. Fuuuh.. Baiklah, ayo keluarlah!" ada sedikit kepuasan dalam diri Radit yang akhirnya berhasil masuk. Tapi, Radit masih ingat, untuk cepat mengeluarkan benihnya. dia tak ingin bermain lama, semua cepat, yang penting benihnya segera keluar dan masuk ke dalam sana.

Setelah lima menit berusaha, akhirnya, Radit berhasil mengeluarkannya, ditandai dengan denyutan dimiliknya. Lalu, segera Radit mencabut dari dalam tubuh Nada.

"Aaaakh.." Nada memegang sprei dengan sangat kencang, saat radit sudah mengeluarkan milik Radit dari tubuhnya. Saat itu, sesuatu juga keluar dari tubuh Nada, membuat Nada memegang sprei dengan sangat kencang dan menggigit bibir dalamnya.

"Fuuh. Memalukan. Ternyata tubuhku merespon senang terhadap permainannya.. Hah.. Kau memalukan Nada!" Nada menghina tubuhnya sendiri

"Kamu, belum pernah melakukan ini sebelumnya dengan lelaki lain?" Radit bertanya pada Nada saat matanya melihat darah berceceran di sprei putih di kamar tamu rumah keluarga Suwiryo Prayoga.

"Mau apa dia bertanya seperti itu? Harusnya dia tahukan?" Nada malas menjawabnya, dan memilih diam

"Kamu belum menjawab saya, Denada!" Radit memperingati.

"Belum. Saya belum pernah melakukan dengan siapapun, tuan!" jawab Nada akhirnya.

"Bagus kalau begitu.. Jangan lakukan dengan siapapun dulu, sampai benih itu ada di dalam sana dan keluar menjadi bayi dari dalam tubuhmu, mengerti?"

"Iya tuan!" Nada menjawab.

"Dan ini, gunakan setiap pagi, cek dengan ini air senimu." supaya kita berdua tahu, kapan benih itu sudah tumbuh. Sehingga, setelah benih itu tumbuh, tak akan ada lagi permainan seperti tadi diantara kita. Mengerti?" Radit mengeluarkan stick tespect dari kantong jasnya, dan melempar ke samping Nada yang masih belum bergerak, masih di posisi yang sama.

Radit berdiri, membawa semua pakaiannya. masuk ke dalam kamar mandi, lalu membilas tubuhnya di bawah shower. Radit tak ingin ada sisa-sisa tubuh Nada yang dibawanya saat menemui Viola. Setelah lima menit di kamar mandi, Radit keluar untuk kembali ke kamar lain, menemui Viola.

"Ehm.. Pakailah pakaianmu, Denada!" Radit yang melihat Nada masih di posisi yang sama saat ditinggalkannya, merasa riskan.

"Apa yang diinginkannya masih dalam posisi itu? Apa mau menggodaku?"

"Pergilah Tuan, saya akan membereskan urusan saya setalah Anda meninggalkan ruangan ini." Nada berbicara dengan pelan dan lembut.

"Tak perlu basa Basi.. Pergilah cepat.. Pergilah!" Nada sudah kesal dengan keberadaan Radit di kamar yang ditempatinya.

"Hmm.. Baiklah.. Uruslah dirimu, dan buatlah dirimu nyaman selama ada di keluarga ini! Saya akan kembali ke kamar saya, permisi!"

terima kasih kakak semua.. mohon dukungan untuk novel ke-5 ku..

avataravatar
Next chapter