14 Satu Juta Dollar Untuk Foto Itu

Pada hari kedua tetap saja Gwen tidak keluar dari kamarnya. Rasa kesal sekaligus kecewa Sean pada istrinya masih teramat mendalam. Bagaimana mungkin baru menikah sudah ada masalah apalagi istrinya dikenal dengan perempuan paling jahat karena telah melukai adik tirinya sendiri.

Dia sedang sarapan sendirian, bahkan selama itu juga dia tidur di kamar lain karena Gwen tidak mau membukakan pintu. Pelayan menundukkan kepalanya di dekat Sean. "Ada apa? Kenapa wajahmu sangat murung?"

"Begini Tuan, sudah dua hari ini Nyonya Muda tidak mau keluar kamar dan bahkan tidak pernah makan sama sekali,"

Sean beranjak dari tempat duduknya yang sedari tadi menunggu kedatangan istrinya tapi tidak kunjung datang. Perempuan itu mungkin memang memiliki masalah yang teramat serius sampai tidak mau menemuinya.

Sean memanggil beberapa anak buahnya untuk diajak ke kamar mendobrak pintu itu hingga hancur jika Gwen tidak mau keluar.

Sebelumnya dia sudah meminta kepada pelayan untuk menyiapkan makanan untuk Gwen. Di depan pintu bercat putih dengan ukiran yang dicat dengan warna kuning emas yang membuat paduan warna putih dan kuning itu terlihat sangat mewah. "Jika kau ingin mati. Maka bunuh diri saja!" kata Sean dengan kesal.

Dia tidak mau jika nanti dia yang disalahkan oleh orang tuanya dan juga orang tua Gwen mengenai perempuan ini tidak mau keluar. "Ada apa?" tanya Gwen dari dalam.

"Makanlah! Aku tidak ingin memperburuk keadaan, Gwen. Aku tidak ingin jika Ibuku menyalahkanku jika kau sakit,"

Terdengar suara langkah kaki yang menjauh dari pintu itu. "Aku tidak lapar,"

"Dobrak saja pintunya, aku akan membunuhnya sekarang juga jika dia tidak keluar untuk makan. Dibandingkan aku yang akan kena masalah oleh keluargaku dan juga keluarga dia!" perintah Sean ketika sudah diambang kesabarannya.

Ketika anak buahnya sudah bersiap terdengar suara, "Tunggu, aku keluar sekarang,"

Gwen merasa benar-benar sudah hancur karena keinginannya untuk membawa foto bersama ibunya itu harus dihancurkan oleh adik tirinya sendiri. ketika dia keluar, dia berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan Sean. Jika sedikit saja dia terlihat bersedih, maka dia akan benar-benar dihancurkan oleh pria itu. Mendengar Sean yang akan membunuhnya sangat terdengar tidak enak ditelinga Gwen.

Mau tidak mau dia harus keluar dari kamar itu untuk menemui suaminya.

"Makan di sini sekarang! Aku akan menunggumu sampai makananmu habis!" perintah Sean ketika dia baru saja membuka pintu kamarnya.

Selama dia tidak keluar dari kamar. Dia membiarkan Sean tidur di kamar lain, padahal sudah ada perjanjian bahwa dia dan Sean tidak boleh tidur terpisah. Ini sebenarnya jauh dari pikiran Gwen tentang dia ingin bunuh diri juga. Namun dengan cara konyol seperti ini.

Sean memberikan kode kepada anak buahnya agar pergi dari sana. Dia membawakan makanan itu untuk Gwen ke dalam kamar.

Di dalam kamar yang begitu luas, ada sofa tempat bersantai. Ditambah lagi dengan televisi yang ukurannya sangat besar menempel pada tembok. "Kau terlihat kurus tidak makan selama dua hari, apa kau sakit?"

Gwen tahu jika suaminya pura-pura peduli terhadapnya. Ini semua karena perjanjian menikah dengan orang tua Gwen pastinya. Maka Sean tidak mau dianggap sebagai pria tidak bertanggungjawab jika Gwen sakit. "Sean, apa aku boleh keluar dari rumah ini?"

Yang tadinya dia sedang bersantai di sofa tiba-tiba mendengar pernyataan itu. "Ada apa memangnya?"

"Aku mau mencari seseorang,"

"Siapa?" Sean bertanya untuk memastikan siapa yang akan dicari oleh Gwen. Jika itu Ibunya, maka Sean tidak akan mengizinkna. Sebab Ibunya Gwen telah tiada.

Dengan ekspresi yang sedikit takut jika suaminya marah, Gwen menunduk. "Aku ingin mencari Ibuku,"

Tepat sekali tebakan Sean barusan bahwa yang akan dicari oleh Gwen adalah ibunya. "Tapi apa kau tahu bahwa Ibumu sudah tiada, Gwen?"

Ia menggeleng sambil mengunyah makanannya dengan perlahan. "Aku yakin dia masih ada, Sean. Karena tidak ada yang tahu pemakamannya ada di mana. Ayah berbohong padaku selama beberapa tahun ini,"

"Aku tidak bisa memberikanmu izin, karena kau akan dalam bahaya jika keluar dari sini. Kau tahu bukan kau sudah masuk ke dalam keluarga ini sebagai istriku?"

Gwen ingin menjelaskan tapi tidak bisa bicara lagi jika Sean sudah berkata seperti barusan. Itu artinya satu kali penolakan akan tetap menjadi penolakan. "Aku tidak bisa di sini terus menerus,"

"Jika kau keluar dari rumah ini, artinya kita bercerai," kata Sean dengan nada dingin yang beranjak dari tempat duduknya.

Baru saja menikah beberapa minggu sudah mau diceraikan begitu saja. Apa salahnya jika dia mencari keberadaan Ibunya Gwen?

Sean keluar dari kamar, berpikir jika itu adalah hal yang sangat mustahil jika Ibunya Gwen masih ada. Dia hanya tahu kabar bahwa Ibunya Gwen sudah tidak ada sejak lama.

Jika dipikirkan bagaimana kejahatan yang dilakukan oleh Gwen dengan menghancurkan kaca lemari dengan kepala adiknya, barangkali tidak bisa dia salahkan sepenuhnya sebab perasaan Gwen jauh lebih hancur ketika mengetahi foto itu sudah dibakar.

Dia memerintahkan anak buahnya untuk ke rumah itu. Bahkan akan memberikan apa pun jika memang foto itu masih ada.

Kedua anak buah Sean tiba di rumah orang tuanya Gwen.

Valeria yang keluar menemui anak buah Sean itu memicingkan matanya. "Ada urusan apa kalian berdua datang kemari?"

"Maaf menganggu waktu anda Nona, tapi ini adalah perintah dari Tuan Sean. Jika Anda masih menyimpan foto itu, maka Tuan akan membayarnya,"

Dia pura-pura tidak terlihat bahagia. Dia sendiri tidak melakukan kebodohan itu dengan cara membakar foto Gwen bersama dengan ibunya. Dia mengajak anak buah Sean untuk masuk lalu membiarkan keduanya untuk duduk di dalam. "Apa yang menjadi jaminannya?"

"Satu juta dollar, Tuan Sean akan memberikannya langsung,"

Valeria tentu saja sangat bahagia mendengar itu. "Apa Sean gila?"

Anak buah Sean menggeleng perlahan. "Itu yang menjadi permintaan Tuan. Karena Nyonya Muda jatuh sakit pasca tahu fotonya dibakar dengan mendiang Ibunya. Itu foto satu-satunya yang dimiliki,"

Markus keluar ikut bergabung di ruang tamu. "Siapa yang kalian cari?"

Alex selaku tangan kanan Sean menoleh kepada ayahnya Gwen. "Maaf Tuan, kami datang kemari mencarikan foto untuk Nyonya muda karena perintah Tuan kami, Sean. Karena Nyonya Muda jatuh sakit setelah fotonya dibakar,"

Markus mendengar kabar itu langsung marah besar. "Kenapa kalian tidak membiarkan dia mati sekalian? Apa kalian tidak tahu bagaimana kesalahan yang sudah dilakukan oleh Gwen?"

Dalam pikiran Alex pria ini benar-benar tidak punya perasaan. Yang salah itu adalah anak tirinya, tapi masih membela kesalahan yang dilakukan oleh Valeria.

Jika tidak ada yang menyentuh Gwen, tidak akan ada kejahatan yang dilakukan oleh Gwen kalau bukan Valeria yang melakukannya terlebih dahulu. "Sampaikan salamku kepada Sean. Jangan terlalu manjakan Gwen! Karena dia semakin dimanjakan akan menjadi lebih manja lagi. Biarkan saja foto itu dibakar, lagipula tidak akan pernah kembali orang yang sudah mati bukan? Ibunya Gwen itu tidak perlu kalian cari lagi, karena dia memang sudah tidak ada,"

Valeria merasa sangat senang mendapatkan pembelaan dari Markus. Tetapi foto itu masih ada di kamarnya. Dia akan mendapatkan satu juta dollar jika dia memberikan foto itu. "Jadi bagaimana? Foto itu masih ada atau tidak?" tanya Alex memastikan.

"Sudah dibakar oleh Valeria. Jadi tidak ada lagi, kalian berdua pergilah! Aku tidak ingin ada orang yang datang hanya untuk membela anak kurang ajar seperti, Gwen!" Markus berkata demikian lalu pergi dari ruang tamu.

Mereka berdua berpamitan dengan sopan kepada Veleria.

Valeria mencoba mencari alasan ketika foto itu sebenarnya masih ada. "Kalau begitu nanti aku carikan ditempat pembuangan barang bekas di rumah ini. Ayah pasti menyimpan foto Gwen dengan Ibunya. Aku pasti akan menemukannya," Valeria terlihat sangat girang lalu memberikan kartu nama yang berisikan nomor telepon di sana.

Dalam dunia bisnis ini dia tidak akan mengatakan apa pun kepada ibunya tentang hadiah yang dijanjikan oleh Sean.

Uang seperti itu tidak akan ada artinya bagi Sean. Karena dia tahu bahwa kekayaan Sean tidak akan pernah habis.

Dia akan menyembunyikan foto itu dari Ibunya lalu memberikannya kepada Sean secara diam-diam untuk bisa mendapatkan uang sebesar itu. Bahkan Valeria bisa membeli mobil baru dengan uang hasil usahanya sendiri. bisa dia pamerkan kepada teman-temannya yang ada di club nanti.

Valeria tertawa girang karena tidak sabar mendapatkan uang sebanyak itu dari kakak iparnya.

Mengenai Ben, dia tidak mendapatkan kabar lagi dari pria itu sejak beberapa hari terakhir. Tidak tahu kabar dari Ben.

avataravatar
Next chapter