9 Menghargai Sebagai Seorang Suami

Tiba-tiba terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi.

Dengan berat Gwen membuka matanya lalu menyalakan lampu yang melihat ke arah jam ditaruhnya di dekat lampu tidur itu. "Kenapa dia mandi jam segini?" tanya Gwen pada dirinya sendiri saat melihat jam menunjukkan pukul dua dini hari.

Gwen mematikan lampu lagi dan menutup matanya setelah mendengar suara air itu berhenti.

Tak lama setelah air itu berhenti suara pintu dibuka pun membuat Gwen khawatir.

Sampai tiba pagi harinya ia sarapan dan mengajak Lucy untuk ikut sarapan bersama waktu itu. "Gwen, aku akan pergi ke luar negeri selama beberapa hari. Kuharap kau tidak akan kesepian di rumah," ucap Sean ketika Gwen sedang menikmati sarapannya.

Bukannya Gwen tidak suka ditinggal. Akan tetapi dia memang tidak suka sendirian di rumah yang sangat besar ini. "Jangan pernah berpikir jika ada orang yang ingin menjahatimu,"

"Apa aku boleh ikut?"

Sean tentu tidak akan pernah mengizinkan istrinya ikut. Karena ini adalah perjalan bersama dengan Freya—teman baiknya. Jika Gwen ikut, sudah pasti semuanya akan menjadi berantakan. "Gwen, kau tidak bisa ikut ke perjalanan bisnisku. Bukannya aku tidak mengizinkanmu, tapi karena aku ingin fokus pada pekerjaanku. Kau boleh pergi ke manapun kau mau, aku tidak akan melarangmu selama aku tidak di rumah. Tapi ingat! Kau harus menjaga nama baik keluarga Harvey!"

Sean akan selalu mengingatkan betapa berharganya keluarga besar yang nama baiknya harus dijaga dengan sangat istimewa itu. Apalagi Gwen yang sudah masuk ke dalam keluarga ini. Tidak mudah bagi seorang Gwen bertahan dengan keadaan sekarang. Apalagi jika suaminya yang terus pergi dan entah ke mana.

"Apa aku boleh menginap di apartemen Lucy?"

Sean nampak percaya pada teman baik istrinya. "Tentu, kau boleh menginap. Tapi tidak untuk melakukan hal bodoh, terutama mabuk. Aku tidak suka perempuan pemabuk, dan sebelum aku pulang kau harus minum obat yang sudah kubelikan beberapa waktu yang lalu. Itu adalah obat penyubur kandungan yang di mana kau akan terus ditanya kapan kau akan memiliki keturunan denganku, maka ketika aku pulang bersiaplah!"

Raut wajah Gwen memerah dengna ucapan suaminya yang berusaha dia sembunyikan dari pria itu. Bukan karena dia tidak mau melakukannya, akan tetapi karena Gwen masih merasa canggung jika harus memiliki anak dengan segera.

Lucy yang mendengar percakapan itu membayangkan dirinya tidak ada di rumah ini. Dia senang sekaligus merasa bahagia juga mendengar percakapan dari Sean untuk Gwen barusan. Memiliki anak? Bukankah itu yang menjadi tujuan juga ketika menikah? Maka tidak boleh ditolak lagi oleh Gwen.

Memiliki suami yang pengertian, dan juga pria yang sangat berkharisma. Apalagi pria itu yang sangat dipandang baik oleh semua orang.

Usai sarapan, Gwen mengantar suaminya keluar. "Kau akan berangkat hari ini?"

Sean mengancingkan kancing jasnya lalu mengeratkan rahangnya dengan sangat kuat sebab dia tidak mau jika berlama-lama di sini dengan Gwen. "Kau keberatan?"

Gwen menggeleng cepat. "Bukan itu maksudku, tapi aku hanya ingin tahu. Apakah kau berangkat hari ini?"

Pintu mobil sudah terbuka dan ada pengawal yang tetap bersama dengan pria itu. "Tentu saja aku berangkat hari ini, maaf memberitahumu dengan sangat mendadak. Terlebih kau Lucy, ajukan saja nanti CV pada orang kepercayaanku di perusahaan. Katakan padanya bahwa aku yang memintamu datang dan juga kau harus melampirkan beberapa bukti desain yang kau buat sendiri. Aku memberimu waktu satu minggu dari sekarang, jika tidak bisa kau tidak termasuk dalam kualifikasi,"

Lucy mengangguk cepat dan sangat senang bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. "Baiklah, aku akan melakukan itu semua. Terima kasih sebelumnya, Sean!"

Pengawal Sean melotot mendengar Lucy berkata demikian. "Apa kau...."

Baru saja pengawalnya ingin mengatakan sesuatu tapi Sean mengangkat tangannya untuk memberikan kode bahwa pria itu harus berhenti bicara sebab tidak diminta oleh Sean. "Aku tidak memintamu bicara! Aku yang memintanya memanggilku seperti itu," kata Sean dengan santai.

Pembawaannya yang santai, terlebih karena Sean juga termasuk orang yang tidak suka bicara banyak hal jika itu tidak penting. "Baik-baik di rumah, Gwen! Aku berangkat." Ucap suaminya.

Ya Gwen tentu saja sekarang bukan lajang lagi yang bisa pergi ke manapun dia mau. Dia harus mendapatkan izin dari suaminya ketika ingin pergi ke mana yang dia inginkan. Gwen juga bukan orang yang suka membangkang jika lawan bicaranya baik.

Ketika dia dicap sebagai anak durhaka oleh ayahnya dulu. Itu semua karena ibu tirinya yang sangat kurang ajar yang selalu menghancurkan apa saja yang disukai oleh Gwen.

Mobil itu mulai meninggalkan halaman rumahnya. Sekarang dia bisa dengan bebas berkuasa di rumah ini. Akan tetapi tentu dia akan pergi dari sini selama Sean ke luar negeri. "Aku akan pergi ke apartemen Lucy, Sean telah memberiku izin untuk pergi ke sana," kata Gwen ketika dia sedang mencoba menjelaskan itu semua kepada anak buah Sean.

"Nyonya Muda, apa kau tidak di rumah saja? Karena nanti Tuan akan mencarimu ketika dia tiba di tempat tujuan," kata salah satu pengawalnya.

Gwen tentu tidak akan mau tinggal sendirian di rumah ini. Hanya ada beberapa orang yang bisa diajak ngobrol. Sisanya mereka akan patuh kepada Sean karena pria itu adalah Tuan di sini. Walaupun dia juga merupakan Nyonya di kediaman ini. Tapi tidak ingin jika melakukan hal yang semena-mena. "Alangkah lebih baiknya aku pergi selama suamiku tidak ada di rumah?"

"Maaf Nyonya, takutnya nanti Nyonya besar mencari Anda," ucap pria itu lagi sambil menundukkan kepalanya.

Tidak ada yang berani mengangkat wajahnya ketika bicara dengan Sean ataupun Gwen. Karena mereka tetap patuh dengan aturan bahwa harus menunduk ketika bicara dengan Tuan mereka.

Gwen tidak pernah berpikiran sampai disitu. "Hubungi aku ketika Nyonya besar datang. Karena Sean sudah memperbolehkanku untuk pergi, maka aku akan tetap mengikuti opsi awal. Bahwa aku akan tinggal di apartemen Lucy untuk beberapa hari selama Sean tidak ada di rumah," kata Gwen.

Mereka pun ke apartemen diantar oleh orang suruhan Sean.

Tak lama setelah mereka bosan melakukan aktivitas di apartemen. Lucy keluar dari apartemennya dan betapa terkejutnya ia ketika dia melihat ada beberapa pengawal yang berdiri di depan apartemennya. Dan itu seolah sedang mengurung dirinya dengan Gwen. "Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Tuan memerintahkan kami agar Nyonya muda tidak pergi ke mana-mana. Karena Nyonya hanya izin untuk tinggal di apartemen. Bukan izin untuk jalan-jalan," jelas salah satu dari keenam pengawal itu.

Kenapa pria itu sangat gila? Dua saja sudah cukup. Atau bahkan tidak sama sekali. Sebab ketika mereka terus berdiri di depan kamar apartemen Lucy. Tetangga Lucy bisa saja ketakutan dengan para pria bertubuh tinggi dan tegap dengan setelan jas hitam mereka masing-masing.

Lucy memilih masuk lagi dan menemui Gwen yang sedang menonton televisi. "Bisakah kau usir orang-orang suruhan suamimu? Mengapa mereka berdiri di depan pintu apartemen? Apa aku seperti seorang penculik yang sedang membawa Nyonya muda?" tentu saja Lucy kesal karena dia hanya ingin pergi ke minimarket membeli beberapa bawang yang mereka butuhkan.

"Aku tidak tahu itu, Lucy. Jadi jangan protes padaku! Protes pada Sean itu jauh lebih baik," Gwen malah bersikap tidak peduli dengan anak buah suaminya yang dia sendiri tidak tahu bahwa mereka ada di luar.

Dengan gerakan malas dia mencoba berdiri. "Mereka berapa orang?"

Lucy memegang kepalanya, "Enam orang, Gwen. Apa mereka tidak keterlaluan?"

"Entahlah, Lucy. Aku tidak akan berkomentar perihal itu. Karena itu adalah urusan Sean dengan para anak buahnya. Tugasku hanya untuk mengikuti aturannya saja,"

Lucy tepuk tangan. "Whoaaaa hebat, sejak kapan Gwen yang biasanya memberontak menjadi lunak seperti ini?"

Gwen mengikat rambutnya dengan gerang karet. "Tentu saja itu adalah hal yang tidak ingin aku lakukan. Tapi percayalah Lucy bahwa aku ingin menikah satu kali dalam seumur hidup. Maka aku akan menuruti ucapan Sean. Bukan karena dia pria yang kaya, tapi karena aku menghargai dia sebagai suamiku dan juga kepala keluarga."

avataravatar
Next chapter