4 Jangan Lengah Dihadapan Lawan

"Baik jika hanya didepanmu, Ayah."

Ucapan itu hanya bisa dia ungkapkan di dalam hatinya. Tahu jika sampai kapan pun sang Ayah tidak akan pernah membelanya jika itu berkaitan dengan Valeria dan juga Jane. Dia mencoba untuk melahap makan siangnya dengan tenang tanpa peduli dengan kedua iblis di dekatnya.

Tidak ada yang bisa menyalahkan sikap buruk Gwen selama ini karena perbuatan ibu tirinya yang sudah keterlaluan itu. Menguasai ayahnya tanpa memberikan sedikit ruang untuknya. Utnuk bicara berdua pun tidak akan ada waktu. "Lalu kapan rencana pernikahan itu akan dibicarakan?"

Apa menikah? Siapa yang akan menikah? Adik sialannya itukah? Jika benar tentu akan menyenangkan bagi Gwen karena tidak akan ada yang mengganggunya. "Kapan akan ada pesta pernikahan itu Ayah? Aku akan sangat menantikannya," Gwen dengan bersemangat mengucapkan kata itu kepada ayahnya.

Valeria tertawa namun tidak menampakkan itu karena mungkin Gwen berpikir bahwa yang akna menikah itu adalah Valeria. Namun kenyataannya adalah Gwen yang dijodohkan dengan pria yang ada bersama dengan mereka kali ini.

Raut wajah Gwen juga sepertinya sangat bahagia jika menyingkirkan dirinya dari rumah ini. Sayangnya yang akan tersingkir itu adalah Gwen dari rumahnya sendiri.

Sedangkan Markus juga sangat senang mendengar anaknya yang begitu antusias dengan hal ini. "Putriku, bisakah kau sedikit bersabar? Karena kau kan belum melihat gaun pengantin dan kau harus mencobanya dulu bersama dengan Sean,"

Mata Gwen membelalak ketika dia mendengar bahwa yang akan mencoba gaun pengantin itu adalah dirinya. "Siapa yang Ayah maksud?"

Sean sebenarnya tidak masalah dengan perjodohan ini asalkan sang wanita tidak memberontak dan keras kepala ini juga demi permintaan sang Ayah yang sudah memintanya untuk menikah sejak lama. Bukan karena dia tidak laku, dia butuh waktu menemukan perempuan yang cocok dengannya. Yang tidak gila dengan hartanya. Sayangnya dia tidak ada waktu untuk hal itu. Kesibukannya membuat dia harus menyingkirkan perihal pencarian kekasih itu.

Menatap ke arah Gwen yang nampaknya terkejut barusan setelah tahu bahwa yang akan menikah dengan dirinya itu adalah Gwen sangat terlihat jika Tuan Markus belum mengatakan hal sebenarnya bahwa yang akan menjadi pengantin itu adalah Gwen.

"Apa kau tidak bersedia? Jika tidak, maka jangan lanjutkan hal ini. Aku tidak mau jika kau terpaksa,"

Pria yang bernama Sean itu tiba-tiba saja menoleh ke arahnya lalu bicara seperti itu.

Tentu saja Gwen tidak tahu dengan pilihannya. Dia merasa sedang dijebak oleh ayahnya sendiri mengenai pernikahan yang tidak pernah dia tahu sebelumnya. "Gwen, kau terlihat sangat cantik. Akan senang jika kau yang menjadi menantu untuk putra kesayanganku ini,"

Wilona hanya ingin keturunan, dia tidak peduli perempuan mana yang akan dinikahi oleh putranya. Yang dia inginkan adalah penerus dari bisnisnya. Dia tidak mau jika perempuan itu tidak berpendidikan.

Siapa yang tidak tahu seluk beluknya Markus yang punya anak perempuan sangat cantik.

Sangat disayangkan ketika mereka menyia-nyiakan Gwen yang sudah jelas dari mana asal usulnya. Walaupun terlihat bahwa perempuan ini sepertinya tidak terima dengan pernikahan yang sudah direncanakan itu.

Ini seperti mimpi buruk bagi Gwen yang akan menikah dengan orang yang dibangga-banggakan oleh Lucy yang akan menjadi pasangannya untuk menikah nanti. Sebenarnya dia tidak pernah setuju akan hal itu. Tetapi melihat raut wajah ayahnya yang terlihat memohon namun tak diungkapkan.

Gwen membaca dengan jelas ekspresi itu. Tidak ada orang tua lagi yang dia miliki selain Markus. Jika dia menolak, tentu saja dia akan menyesal seumur hidupnya karena mungkin ini adalah pilihan terbaik yang dipilihkan langsung oleh ayahnya. "Aku tidak keberatan," Gwen tiba-tiba bicara seperti itu.

Hati Markus sangat bahagia mendengar pernyatan itu dari putrinya sendiri tanpa ada paksaan. Itu yang dia inginkan selama ini melihat anaknya bahagia karena dia tahu jika Sean akan mampu mendidiknya nanti saat dia sudah gagal mendidik Gwen menjadi perempuan lebih baik lagi.

Barangkali memiliki suami akan membuat Gwen berpikir bahwa hidup tidak selalu tentang sakit hati dan memberontak seperti yang dilakukan seperti biasanya. "Baguslah, besok kau akan dijemput oleh orang suruhanku," ucap Sean dengan dingin.

Benar-benar pria yang tidak bisa ditebak ketika dia melihat calon istrinya yang setuju begitu saja dengan pernikahan yang akan dilangsungkan beberapa hari lagi. Bahkan akan diumumkan di semua media yang akan mengetahui betapa megahnya pernikahan yang akan dilangsungkan oleh pendiri perusahaan terbesar di negeri ini.

Tatapan mata Valeria juga sudah jelas bahwa dia akan pura-pura bersikap sombong nantinya. Adiknya yang sudah merebut Ben darinya tidak akan pernah dia maafkan. Mengenai pria brengsek itu juga sudah dia lupakan sebab dia tidak akan pernah memaafkan jika nantinya Ben tahu tentang pernikahan ini.

Dia tahu bagaimana sikap mantan kekasihnya itu. Dia juga tahu bagaimana adiknya yang hanya mengincar harta. Tidak mungkin Valeria akan bertahan dengan satu perempuan jika bukan tanpa tujuan.

Sudah begitu banyak pria yang dihancurkan hatinya oleh Valeria karena hanya dimanfaatkan tanpa ada tujuan yang jelas. "Kau persiapkan dirimu saja sayang. Kau tidak akan mengecewakan Ibu dihadapan calon mertuamu kan? Kau harus bersikap jauh lebih manis seperti biasanya," Jane berkata seperti itu seolah dia adalah ibu tiri yang sangat baik pada Gwen.

Gwen tahu bagaimana dia harus menghadapi hal ini. "Baiklah Ibu, aku pasti menjaga dengan baik nama baikmu dihadapan calon mertuaku dan juga calon suamiku,"

Jane telah memberi pengaruh besar kepada Markus sampai semua yang dikatakan oleh perempuan itu selalu dipercayai oleh pria tua itu. Kenyataan yang terjadi sebenarnya adalah hidup Gwen sangat tersiksa selama ini. Tidak ada kebahagiaan yang tergambarkan, pura-pura bahagia hanya karena ingin jika ayahnya bahagia walaupun itu harus mengorbankan perasaannya dan juga masa depannya sendiri.

Demi menjaga nama baik sang ayah. Maka dia harus bersikap baik juga kepada calon suaminya—Sean.

"Kak Gwen, apa kau sudah berpengalaman dalam hal mencintai? Maksudku apa kau akan mencintai Kak Sean sepenuhnya tanpa berkhianat?"

Mulut pedas adiknya Sean ini benar-benar tidak bisa disaring lagi. Bahkan ketika dia hendak berbicara adinya Sean menatap ia dengan tatapan yang sangat mengerikan. Begitukah tingkah dari sang adik ipar nantinya jika dia dan Sean benar-benar menikah?

Raut wajah Gwen juga nampaknya sangat sulit dibaca. Dia akan tetap bersikap biasa saja walaupun hatinya ingin memberontak siapa pun yang menganggunya. Tapi dia adalah Gwen Natali. Tidak ada yang bisa menebaknya, sekalipun itu adalah Ayahnya sendiri.

Satu yang masih dia ingat di dalam hidupnya. "Jangan pernah lemah dihadapan lawan, karena ketika sedikit lengah. Dia akan menghabisimu."

avataravatar
Next chapter