1 Teman Mabuk

Dentum musik yang sangat nyaring di salah satu Klub di pinggir kota Berlin, tak membuat semua orang terganggu akan kebisingan itu. Yang ada mereka sama-sama menikmati lantunan musik yang terus berputar, sambil menggoyangkan tubuh mereka.

Bahkan banyak dari mereka saling bercumbu bebas, seperti tak memiliki malu sedikitpun. Semua orang melakukan itu semua bertujuan untuk menghilangkan beban pikiran mereka, dan memutuskan untuk datang ke Klub ini.

Seperti wanita yang duduk di meja barista dengan keadaan acak-acakan, dia adalah Mei Chin, wanita asal China yang terdampar di kota Berlin demi mencari sang kekasih. Oh, jangan tanya betapa bodohnya dia sampai terdampar di kota lain demi lelaki sialan itu.

Kenapa Mei harus memanggilnya lelaki sialan, karena memang sialan. Dengan teganya, sang kekasih meninggalkannya di saat pesta pertunangan akan dilangsungkan dua bulan lagi.

"Lagi!" seru Mei Chin sambil menyodorkan sebuah gelas pada lelaki bernama Cruz itu.

"Tapi, Nona—"

"Jangan cerewet, cepat tambah atau aku pukul kamu!" Potongnya langsung.

"Baiklah." Cruz hanya bisa menurut, terpenting wanita ini bayar setelah selesai minum.

Cruz menuangkan segelas wiski, pada gelas baru untuk Mei Chin. Setelah selesai barulah minuman itu Cruz sodorkan pada, Mei Chin.

"Ini, Nona."

Tanpa menunggu lama, Mei Chin langsung meminum Wiski dalam satu tegukan. Tenggorokannya terasa sangat panas, tapi dia suka dengan sensasinya.

"Ahh, pahit sekali!" Oceh Mei Chin terus memukul-mukul meja.

Cruz hanya bisa geleng-geleng melihat Mei Chin, sungguh baru kali ini dia melihat wanita minum Wiski dengan cara seburuk itu.

"Cruz, beri aku Vodka!" seru lelaki bertubuh atletis itu.

"Kau, datang lagi?" tanya Cruz tersenyum mengejek.

"Oh, ayolah Cruz. Aku sedang pusing, dan Kau tega sekali menertawakan aku," balas Morgan. Bahkan lelaki itu langsung menarik rambutnya sendiri, sangat frustasi. Oh, dia benar-benar sakit hati saat ini.

"Jangan terlalu pikirkan dia, lagian kau ini tak jelek-jelek sekali. Lebih baik lupakan dia, dan cari wanita lain," kata Cruz menyodorkan segelas Vodka.

"Tak segampang itu."

"Iya, tak segampang itu! Melupakan seseorang itu sangat sulit, bukan seenaknya bisa lupa lalu cari lainnya. Kau sungguh payah jika menyarankan itu pada temanmu, jika ini terjadi padamu sendiri, apakah bisa setegar kami!" seru Mei Chin tiba-tiba.

Morgan menatap mata Cruz langsung, sedangkan Cruz hanya menaikan kedua pundaknya pertanda tak tau apa-apa.

"Dia terlalu mabuk, Morgan," bisik Cruz sangat pelan.

"Oh ...."

Morgan menatap lekat wajah Mei Chin. Sungguh berantakan itu yang ada dalam hati Morgan, tetapi Morgan tak memungkiri jika Mei Chin sangat cantik.

"Kau bukan dari sini, ya?" tanya Morgan tiba-tiba.

"Kau pasti sudah tau, kenapa pakai tanya segala!" jawabnya dengan nada kesal.

"Oh, kau sungguh pemarah. Jadi, kenapa kau bisa sampai sini? Tidak biasanya ada wanita, se frustasi dirimu," ujar Morgan terus menelisik Mei Chin.

Terdengar helaan nafas sedih setelah Morgan bertanya. Tetapi, tak lama setelah itu Mei Chin langsung menatap Morgan dan menceritakan semuanya, tak tertinggal sedikitpun.

"Aku kesini gara-gara lelaki sialan itu! Dia meninggalkanku di saat seperti ini, astaga bahkan aku sudah memberitahu seluruh keluarga jika aku akan bertunang. Tetapi, lelaki sialan itu tiba-tiba hilang di kota ini!" serunya terus menangis.

Morgan mendadak bingung, pasalnya Mei Chin menangis sangat kencang seperti anak kecil. Iya, kalau menangis saja dia masih bisa tenang. Tetapi, ini sangat berbeda.

Mei Chin menangis sambil berguling-guling di atas lantai, yang lebih parah tingkahnya seperti anak kecil.

"Lebih baik kau tenangkan dia, jangan sampai kita jadi bahan gosip. Angkat dia, Morgan dan taruh dia di atas kursi lagi," titah Cruz.

Morgan hanya mengangguk, setelah itu Morgan membujuk Mei Chin agar mau duduk kembali. Setelah bersusah payah, akhirnya Mei Chin mau menurut.

Setelah bersusah payah membujuk, akhirnya Morgan bisa membuat Mei Chin tenang. Morgan mengajaknya untuk duduk lagi, dan berusaha tenang.

"Tarik nafas, setelah itu buang. Ingat, kamu wanita cantik pasti ada jalan. Mungkin Tuhan ingin yang terbaik untukmu, sebab itu Tuhan memberi tahu semua sebelum pertunangan," ucap Morgan berusaha menenangkan Mei Chin.

Oh, sebenarnya dia juga patah hati. Tetapi kenapa sekarang dia yang harus membujuk wanita ini, seharusnya dia yang mendapatkan hiburan bukan dia yang menghibur.

"Aku takut, mamaku akan kaget. Kau tau, dia sudah menyiapkan segalanya. Tetapi, si brengsek itu menghilang. Astaga, aku ingin memutilasi dia!" teriak Mei Chin sangat kencang.

Sungguh Cruz mendadak bergidik ngeri, dia baru sadar jika wanita akan menjadi gila jika disakiti. Sebab itulah dia tak ingin menikah atau menjalani hubungan, pasti akan seperti ini dan itu sangat merepotkan.

"Kau tenang, bukan hanya kau saja yang sedih. Kau masih mending dia menghilang, sedangkan aku ...." Morgan tak jadi melanjutkan ucapkan. Dia tak ingin mengingat-ingat kejadian itu, namun dia hampir saja keceplosan.

"Kau kenapa?" tanya Mei Chin sangat penasaran. Mumpung kesadarannya masih 30℅ dia rasa masih bisa mendengarkan curhatan Morgan.

"Tidak—"

"Dia, diselingkuhi oleh kekasihnya. Lebih parah, Morgan mengetahui Kekasihnya melakukan nana ninu dengan pria lain!" jelas Cruz sangat semangat.

"Oh, Shit! Ingin rasanya aku merobek mulutmu, Cruz!" marah Morgan.

Tetapi, Cruz tak mau tau. Cruz merasa perbincangan ini sangat mengasyikkan, dia jadi lebih banyak menjual minuman jika dia memancing merasa berdua.

Terkesan egois, tetapi Cruz juga butuh bonus demi membeli sebuah apartemen. Apa salahnya juga menjadi pendengar curhatan orang tersakiti, toh dia nanti akan mendapatkan keuntungan.

"Jangan marah, lebih baik saling terbuka. Bagaimana jika saling curhat, mungkin kita bisa lega nanti," ucap Mei Chin dengan mata mulai berkunang-kunang.

"Jangan, lupa minum Vodka dan Wiski," ucap Cruz sangat semangat.

"Ya, kau betul. Kita pesta minuman, dan kau menjadi teman mabukku. Setuju, Tuan?"

Mei Chin langsung menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, tapi Morgan masih belum yakin, apalagi Mei Chin sudah terlihat KO.

"Aku tidak yakin, kau akan bisa mendengarkan curhatanku. Takutnya kau tiba-tiba oleng, dan aku yang repot," ucap Morgan sangat hati-hati.

Tidak lucu juga, jika Morgan harus mengurus wanita ini jika mabuk. Oke, dia pandai minum. Tetapi, Mei Chin?

"Ayolah, hanya sekali ini saja. Bantu aku menghilangkan rasa stress ini, mungkin aku bisa lupa dengan lelaki sialan itu," mohon Mei Chin.

Bahkan Mei Chin masih mengulurkan tangannya, berharap Morgan menjabat tangannya.

"Emm, aku tidak—"

"Setuju, Morgan akan menjadi teman minum mu dan aku akan memberi gelas kalian Vodka dan Wiski!"

Morgan terbelalak kaget melihat keputusan sepihak dari Cruz. Bahkan Cruz langsung menari tangan Morgan agar segera menjabat tangan Mei Chin, dan kesepakatan pun terjadi.

avataravatar
Next chapter