20 Peri

"Apa? Kakek memasukkan Crystal ke sekolah milik Nyonya Mary?" Reagan yang baru saja selesai meeting memekik keras saat mendengar laporan Jarvis.

Setelah menghadiri pesta Marco tadi malam Reagan tidak pulang kerumah, dia memutuskan untuk menginap di apartemen Jarvis karena itulah dirinya tidak tahu menahu soal Crystal yang masuk ke sekolah kepribadian.

"Kakekku benar-benar sudah keterlaluan."

Jarvis tersenyum. "Sepertinya Tuan Roman benar-benar menyukai Crystal, sikapnya yang manis dan penuh kasih itu sama sekali tidak pernah aku lihat sebelumnya. Kau tentu masih ingat dengan apa yang terjadi pada semua mantan kekasihmu yang dikenalkan pada Tuan Roman sebelumnya, bukan?"

Reagan mengangguk, pertanyaan Jarvis mengingatkan Reagan tentang beberapa kejadian dimasa lalu dimana saat itu semua mantan kekasihnya diperlakukan begitu dingin oleh sang kakek. Saat itu Roman West bahkan secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada semua gadis yang dibawa Reagan pulang, padahal mantan kekasih Reagan bukanlah gadis yang berasal dari kalangan biasa. Mantan kekasih Reagan adalah para wanita cantik yang berasal dari kelas atas, mulai dari supermodel hingga artis kelas atas. Namun tetap saja sikap Roman West sangat tidak bersahabat pada mereka, berbeda dengan perlakukan Roman West saat ini pada Crystal.

"Kalau terus begini rencanaku bisa gagal, aku benar-benar bisa terjebak dalam pernikahan ini selamanya. Aku harus segera melakukan sesuatu…"

"Melakukan apa?" Suara seorang pria yang sedang berdiri diambang pintu mengejutkan Reagan dan Jarvis, secara otomatis kedua pun langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kedatanganku tidak mengganggu kalian, bukan?" tanya pria berkacamata itu kembali seraya mengangkat satu tangannya ke udara.

Alih-alih menjawab pertanyaan sang tamu tidak diundang itu, Reagan justru beranjak bangun dari tempatnya duduk dan langsung menghampiri sang tamu dengan wajah sumringah.

"Bajingan sialan, kapan kau pulang? Kenapa tidak memberi kabar padaku?" Reagan langsung memeluk sang tamu dengan erat. "Apakah kau sudah bosan tinggal di Amerika?"

Sang tamu yang tidak lain adalah Virgo Kane, sahabat dan teman bermain Reagan sejak mereka ada di bangku kindergarten itu tersenyum lebar. "Iya, aku sudah bosan tinggal di Amerika seorang diri. karena itulah aku pulang."

Reagan tersenyum lebar, setelah puas melepas rindu pada teman baiknya itu secara perlahan Reagan melepaskan pelukannya pada Virgo dan membiarkan Jarvis melakukan hal serupa pada Virgo.

"Kau sedang sibuk?" tanya Virgo pelan.

"Tidak, aku baru saja menyelesaikan meeting."

"Pantas saja kau tidak membalas pesanku," ujar Virgo kembali.

Reagan tersenyum. "Kebiasaan lama yang tidak bisa hilang, aku harap kau bisa mengerti."

"Aku paham dan aku tidak marah," ucap Virgo sambil tertawa. "Aku hanya menggodamu saja Reagan."

Reagan melingkarkan tangannya ke pundak Virgo. "Ayo duduk, aku ingin mendengar bagaimana pengalaman hidup sang profesor muda di Stanford University ini lebih banyak. Aku dengar professor muda ini menjadi idola di salah satu kampus terbaik di Amerika itu."

Virgo terkekeh geli. "Aku menjadi seorang pengajar disana, bukan menjadi aktor yang digilai banyak wanita. Jangan bicara sembarangan, seharusnya akulah yang harus mengkonfirmasi kabar bahagia darimu."

Reagan menipiskan bibir, setelah duduk di sofa Reagan lantas meminta Jarvis untuk memesan kopi untuk mereka bertiga. Reagan bahkan meminta Jarvis untuk mengosongkan jadwalnya siang ini, dia ingin bernostalgia bersama Virgo yang sudah meninggalkan London cukup lama. Setelah kopi yang dipesan datang, Jarvis lantas bergabung bersama Reagan dan Virgo. Mereka bertiga terlibat pembicaraan ringan yang disertai sisipan kenangan dimasa lalu saat mereka masih sering bermain bersama.

"Ok, sekarang ceritakan apa alasanmu baru mengunjungiku hari ini jika kau sudah pulang ke London tiga hari yang lalu."

Virgo tersenyum. "Mengurus tempat tinggal baru membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena itulah aku baru datang padamu. Aku juga baru pagi ini mengunjungi bibiku."

"Bibimu?"

"Iya, Bibi Mary disekolahnya," jawab Virgo singkat.

"Akhh…"

"Dan kau tahu, sepertinya aku menemukan jodohku." Virgo memotong perkataan Reagan dengan cepat. "Aku melihat peri di sekolah itu."

"Peri?" Reagan dan Jarvis mengulangi perkataan Virgo secara bersamaan.

Virgo menipiskan bibir, perlahan dia melepaskan kacamatanya. "Iya, gadis itu seperti peri. Begitu polos dan mengagumkan."

"Bagaimana bisa kau tahu jika dia masih polos?"

"Matanya Reagan, kedua mata indahnya itu mengatakan semuanya padaku. Dan aku bertekad akan mengejarnya…."

Bersambung

avataravatar
Next chapter