4 Bab 4: Overload

~Jangan membuat ku jatuh cinta jika kau melarang nya.~

🍁🍁🍁

Kesal, lelah dua kata yang sangat mencerminkan keadaan hati Iranna saat ini. Waktu sudah hampir tengah malam namun ia masih bergelut dengan catatan dan beberapa materi lagi yang harus ia selesaikan. Salah sendiri bolos terlalu lama. Iranna membalik buku paket nya mencatat poin yang menurutnya penting. Tadi Iranna pulang pukul enam sore dan ia tak melihat Raka, apakah lelaki itu belum pulang Iranna tidak tau.

Suasana semakin sunyi, hanya suara serangga malam yang terdengar. Karena Iranna tidur terpisah dengan Raka maka ia bebas menghidupkan lampu hingga kapan pun tanpa mengganggu tidur Raka.

"Sedikit lagi, semangat Iranna elo pasti bisa." Iranna mengepalkan tangan nya ke udara dan kembali melanjutkan catatannya. 15 menit berlalu mata iranna semakin berat seperti ada beberapa peri yang menarik matanya untuk tertutup. Gadis itu menggeleng kuat guna mengurangi rasa kantuk, menenggak habis susu coklat nya yang sudah dingin kemudian menjatuhkan kepala nya di atas meja yang berisi tumpukan buku nya. Iranna nyerah ia butuh istirahat, mata nya semakin berat Iranna memejamkan matanya dengan sempurna.

Raka Geraldy, pemuda itu terbangun dari tidurnya tenggorokan nya sangat kering ia butuh air. Langkah lebarnya membawanya menuju dapur, Raka menenggak air dengan rakus. Pemuda itu melihat kamar Iranna sekilas menyadari lampu kamar Iranna masih menyala maka Raka segera mengecek nya. Raka membuka pintu secara perlahan, takut jika mengganggu Iranna. Raka masuk dengan langkah sangat hati-hati karena posisi Iranna membelakangi Raka maka pemuda itu sulit menerka-nerka apa yang sedang Iranna lakukan.

"Anna?" Raka mengguncang bahu Iranna, tidur Iranna sangat nyenyak gadis itu tak merespon tindakan Raka.

Merasa kasihan maka Raka menyelipkan tangan nya diantara tengkuk dan paha Iranna, membawa gadis itu ke atas kasur kemudian menyelimutinya. Melangkah ke meja belajar Iranna, merapikan buku-buku Iranna dan ia melihat jika Iranna belum menyelesaikan catatannya, mau tidak mau Raka harus membantunya. Raka menggeser kursi dan duduk dengan posisi ternyaman, menyelesaikan semua catatan milik Iranna.

Waktu menunjukan pukul satu pagi Raka selesai dengan kegiatannya, setelah merapikan semua alat tulis dan buku Iranna Raka mematikan lampu kamar dan segera meninggalkan kamar Iranna.

Kicau burung samar terdengar, Gadis dalam selimut tebal mulai menggeliat merenggangkan otot tubuhnya kemudian terduduk. Mata nya mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Nyawa Iranna masih belum terkumpul sepenuhnya gadis itu menguap melirik kearah jam sudah menunjukan pukul 6 pagi.

"Masih subuh," gumam nya, merebahkan dirinya untuk kembali tidur tetapi gedoran dari luar mengurungkan niatnya.

"Anna bangun sudah siang!" Raka berucap.

"Iyah," sahut Iranna lesu, gadis itu menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

Pagi ini Raka terlihat sudah rapi dengan kaus putih yang berbalut kemeja biru dengan kotak besar miliknya. Raka memang sangat tampan, lagi diam saja Raka tetap tampan.

"Kamu emang selalu gini yah?" Iranna menghentikan suapannya, menatap Raka penuh minat.

"Maksudnya?" Raka menyahut ketus.

"Ganteng, kamu gak malu punya istri udik kaya aku?"

Raka menelan makannya sebelum berucap, "Tentu saja malu, bukankah dari awal aku tidak menyukai pernikahan kita."

Bahu Iranna melemah, "Benar juga."

"Selesaikan sarapan mu kita pergi seperti biasa," ucap Raka, datar.

Iranna dan Raka memang pergi bersama, tetapi Raka akan menurunkan Iranna di persimpangan jalan menuju sekolahnya setelahnya Iranna harus berjalan kaki.

"Baik lah Mr.Cool!" Tekan Iranna.

"Brehenti memanggilku seperti itu," Raka memberi peringatan.

"Lantas aku harus memanggimu apa? suami ku atau sayang?" Sahut Iranna mengerjapkan mata nya dengan senyum konyol di bibirnya.

Raka mendengus, "Menjijikan."

"Kyah! Aku ini istri mu pantas saja kalau aku memanggimu seperti itu." Iranna tampak kesal, pipi nya menggembung dengan tatapan tajam ke Raka. Sedangkan Raka mala memandangnya dengan sangat datar, tetapi siapa yang tau isi hati seorang Raka Geraldy.

"Cepat bersiap," ujar Raka, pemuda itu menenggak air putih hingga tandas kemudian menyambar tas nya yang berada di atas sofa.

"Cuci piring setelah makan wahai suami," Iranna berucap sedikit keras supaya Raka mendengarnya, tetapi Raka tetap Raka pemuda itu menghiraukan ucapan Iranna.

Iranna mendengus sembari menumpuk piring nya dan milik Raka untuk di cuci.

Raka sudah berada dalam mobil hitam pemberian Papi nya, sebenarnya Raka tak menginginkan benda ini tetapi Dimas terus memaksanya mau tidak mau Raka harus menerimanya. Iranna berlari kecil menghampiri Raka, mengitari mobil kemudian duduk di samping Raka.

"Aku siap," ucapnya antusias, Iranna tampak manis dengan polesan bedak tabur dan lipgloss milik nya, rambutnya sengaja ia kuncir kuda sehingga menampakan leher jenjang nya.

Raka menarik paksa pengikat rambut Iranna membuat gadia itu melotot ke arah nya.

"Jangan kuncir rambut kamu selain sama aku," Raka memakai ikat rambut Iranna sebagai gelang, untung saja warna nya hitam jika tidak pasti sangat memalukan.

"Kamu kok gitu," rengek Iranna, gadis itu ingin merebut ikat rambutnya tetapi Raka selalu saja bisa mengelak.

"Besok aku belikan kamu seragam baru, ukuran Tk gak cocok buat kamu." Raka berucap seolah-olah Iranna tunggul.

"Apa kamu bilang!" Geram nya.

"Gak ada pengulangan dan penolakan, aku terlambat." Seakan tak memberikan Iranna kesempatan untuk menjawab Raka segera melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Iranna hanya bisa pasrah percuma saja bicara dengan Raka. Raka itu melebihi kerasnya batu. keras nya Raka itu uda Overload, gak bisa di ubah. Iranna benci Raka.

🥀🥀🥀

Hai readers makasih buat yang setia nungguin cerita aku, maaf banget kalau cerita aku masih banyak kekurangan dan typo nya.

Dukung cerita aku terus yah, dukungan dari kalian membuat aku bersemangat buat lanjutin cerita aku.

See you...

avataravatar
Next chapter