1 Bab 1: Pernikahan

"Sahh!" Para saksi berucap lantang menyaksikan pernikahan kedua remaja itu, beberapa dari mereka terlihat sangat antusias. Mereka sangat bahagia, kecuali sepasang pengantin itu. Iranna meremas jemarinya guna mengurangi rasa gugup.

"Kita jadi besan Yo," ujar Dimas Ayah Raka. lelaki dengan peci hitam itu ikut tersenyum menanggapi ucapan sahabat kecilnya. Ini adalah rencana mereka lebih tepat nya keinginan Almarhumah Istri tercinta Tyo, Bunda Iranna yang sudah tenang di syurga.

"Melati pasti bangga melihat putri nya secantik itu." Puji Kenanga, Mami Raka.

"Dia putri mu juga, Nga." Ujar Dimas mengingatkan.

"Ah. iya aku melupakan itu, aku ingin berbicara dengan mantu ku." Ucap Kenanga kemudian menuju altar pelaminan.

Iranna terlihat anggun dengan kebaya putih yang menutupi tubuh ramping nya, pakai yang ia gunakan sangat sopan tanpa ada bagian yang terbuka, seminggu yang lalu Ibu Raka mengatakan jika Raka tidak menyukai wanitanya terekspos dan dapat dinikmati oleh mata lelaki lain. Maka dari itu Iranna memilih kebaya ini. Tidak buruk juga.

"Mantu ku, kau cantik sekali." Puji Kenanga memeluk tubuh Iranna.

iranna membalas pelukan Kenanga kemudian melirik Raka dengan ekor matanya, pemuda itu masih dengan wajah dingin nya. Namun Irrana akui hari ini Raka terlihat sangat tampan dengan balutan tuxedo berwarna senada dengan nya.

🥀🥀🥀

Ruang keluarga sudah terlihat sepi tak seramai beberapa jam lalu, waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Tyo, Dimas dan Kenanga masih mengobrol diruang keluarga. Iranna beranjak ke kamar nya, ya kamarnya karena malam ini ia akan menginap di rumah Ayah nya sebelum ia berpindah rumah bersama Raka tentunya. Raka, jangan tanya setelah acara resepsi pemuda itu tak kelihatan sama sekali.

iranna bernafas lega, akhirnya ia bisa bebas dari segala aksesoris yang melekat ditubuh dan rambutnya. Itu bukan gaya nya, Iranna lebih suka tampil apa ada nya. gadis itu melirik ponsel nya yang berada di atas nakas. Mengecek satu persatu pesan baik dari grup sekolah ataupun sahabatnya. Pernikahan Iranna dilakukan secara diam-diam, Iranna pikir pernikahan nya akan dilalukan setelah mereka sama-sama lulus kuliah nyata nya tidak. Alasannya sangat simpel, para orang tua tidak ingin melihat Iranna dan Raka semakin menjauh, dan asal mereka tau semakin mereka menyatukan kedua remaja itu maka semakin jauh jarak diantara mereka.

Iranna seperti air, mengalir dengan sendirinya siap dengan kondisi apa pun. Tak pernah lelah ataupun menyerah dia Iranna gadis dengan ketangguhan nya sendiri.

Sedangkan Raka, pemuda itu hanya memikirkan keharusan, semua yang Raka ucapkan maka harus terlaksana. Raka tidak suka pembantahan, Raka tidak suka kebebasan dan yang terpenting Raka tidak suka Iranna. karena gadis itu melanggar semua keharusan yang ada dalam diri Raka.

Decit pintu mengusik kegiatan Iranna, gadis itu meletakan ponsel nya setelah membalas beberapa pesan dari teman-temannya. Raka melangkah masuk, melepas kemeja putihnya kemudian memilih kaus oblong yang sudah disiapkan oleh Mami nya tadi di dalm koper.

"Kamu butuh sesuatu?" Tanya Iranna mencoba bersikap ramah pada Raka, tetapi pemuda itu tak menggubris ucapan nya.

"Kamu tidur di atas biar aku yang tidur di sofa," ujar Iranna sekali lagi, masih dengan situasi yang sama Raka masih setia membungkam mulut nya.

Iranna menghela nafas pasrah. gadis itu milih menuju kamar mandi untuk membersihan diri, sepuluh menit berlalu Iranna siap dengan kegiatannya. Ia tampak lebih segar dari sebelumnya, Iranna mencari keberadaan Raka dan ternyata pemuda itu tengah berada di balkon. Iranna mendekat, menyadari akan kehadiran seseorang maka Raka membalikan tubuhnya.

"Jangan berfikir aku menerima pernikahan ini maka aku mencintaimu. aku sama seperti mu, kita menikah dengan keterpaksaan. Jangan pernah mencintai ku atau pun menyalah artikan kebaikan ku." Ketus Raka.

"Terserah apa kata mu, kita menikah bukan berarti kita menyatu!" Sahut Iranna, niat baik nya ia urungkan ketika mendengar ucapan Raka barusan. Sebesar apa kesalahan Iranna sampai pemuda itu sangat membencinya.

Raka meninggalkan Iranna dan milih keluar kamar. mungkin itu akan lebih baik.

Terimakasih sudah membaca!

Spam koment untuk Lanjut!

avataravatar
Next chapter