1 Bab 1

Alice Yeon Smith, melajukan mobilnya memasuki pelataran parkiran sekolah dengan kemewahan yang ia pamerkan pada teman-teman sekolahnya, yah.. dia wanita manis, manja, cantik dan penuh dengan kekayaan, siapa yang tak mengenalnya? Putri bungsu dari salah satu pengusaha terkenal di Negara ini, siapa yang tak mengenal Rayoen Smith dan sang istri Lucia Smith, semua orang mengenal mereka… semua majalah bisnis memajang foto keluarga mereka yang di jadikan sampul majalah, tak ada yang memungkiri kemewahan dan keseharian sang Smith family. Alice keluar dari mobilnya dengan banyaknya pasang mata melihat ke arahnya, jika ke sekolah dalam waktu seminggu sekali ia selalu mengganti mobilnya dengan merk-merk terbaru, kali ini ia membawa mobil Lamborgini berwarna merah ke sekolahnya, membuat semua mata melihatnya dengan kagum. Mutia berjalan menghampiri sahabatnya. "Kamu terlihat berlebihan, Alice," bisik Mutia pada sahabatnya yang menurutnya hanya memamerkan apa yang dia miliki di lingkungan sekolahnya. "Bertemu denganku yang hobi menunjukkan kekayaan mungkin bukan barang baru lagi, Mutia. Bahkan di lingkup pergaulan pun kita bisa jadi bertemu lebih dari satu karakter yang seperti aku ini. Kadang penampilan glamour dan omongan tinggi sering kali mengelabui kita untuk tahu apakah orang tersebut benar-benar kaya atau tidak, bener tidak?" tanya Alice seraya berjalan memasuki gedung sekolah. "Tapi … menurutku caramu itu berlebihan, Bebz!" ujar Mutia. "Aku tak pernah merasa seperti itu." "Jangan terlalu memamerkan kekayaanmu, Alice. Itu hanya akan menyakitimu nanti." "Cara bicaramu sepertinya kamu mendoakanku agar miskin, kenapa terlalu mempermasalahkan tentang kekayaan yang ku pamerkan, Mutia? Bukankah di sekolah ini, masih ada yang lebih memamerkan kekayaannya lebih dari aku?" tanya Alice. "Aku sahabatmu, Alice. Tentu saja aku akan terus mendukungmu, tapi entah kenapa caramu kali ini sangat menggangguku, tapi tidak apalah asalkan kamu nyaman," ujar Mutia. Menggaruk leher belakangnya. "Hai Alice … kamu baru datang?" tanya Alex "Apa kamu tak melihatnya?" tanya Alice mendengkus kesal. "Ha ha … kamu seperti biasa tetap menawan. Aku suka itu," ujar Alex. "Jangan menggodaku, Alex. Aku tidak suka sama kamu," ujar Alice. "Aku tidak akan pernah memaksamu untuk menyukaiku, Alice. Aku hanya memujimu." ujar Alex dengan menyunggingkan senyum tampannya. "Kalau begitu silahkan minggir dari pandanganku, aku mau ke kelas," ujar Alice membuat Alex meminggir. Mutia tersenyum kecil. Mutia akui sahabatnya itu walaupun terlahir kaya, Alice tak pernah segampang itu untuk menerima pria yang menyukainya, karena itu sampai saat ini Alice masih jomblo dan tak memiliki kekasih walaupun terlahir cantik dan kaya. Sampai di kelas, Alice duduk di kursinya begitu pun Mutia yang sejak tadi membuntuti sahabatnya sampai ke kelas. "Mut, kapan gurunya masuk?" tanya Alice. "Sebentar lagi." "Terus ada apa dengan tatapanmu itu?" tanya Mutia. "Aku memiliki banyak pertanyaan, Lic, kenapa kamu selalu menolak pria yang menyukaimu? Bukannya jika berkencan di sekolah itu akan menyemangatimu untuk setiap hari ke sekolah?" tanya Mutia. "Karena aku tak suka sama mereka." "Sungguh?" "Sungguh, Mutia. Ada apa?" "Aku heran saja, jika saja itu aku. Aku kemungkinan akan sangat senang memiliki kekasih di sekolah dan aku akan semangat bangun setiap paginya," ujar Mutia. "Aku tidak suka sama pria yang alay, Mut, aku tak suka dengan cara mereka mengungkapkan perasaam mereka dan aku ga suka berpacaran si sekolah, menurutku itu akan merepotkan dan sangt menganggu, satu hal yang sudah tentu kamu ketahui, aku suka pria yang lebih dewasa," ujar Alice. "Kamu memang berbeda, Alice." "Tentu saja, aku 'kan sahabatmu," sambung Mutia. "Kita belanja yuk pulang sekolah nanti, ada yang harus aku beli," ajak Alice. Mutia menganggukkan kepala. ♥♥♥ Dayton Yeon Smith, pria yang terlahir sempurna, memiliki segala yang belum tentu di miliki oleh orang lain, menjadi pewaris tunggal di perusahaan sang ayah dan selalu menjadi pujaan hati para kaum hawa, kenapa tidak? Dayton memiliki sisi karisma yang mematikan bagi para wanita. Dayton dan Alice lahir ke dunia ini dengan sebuah keberuntungan bisa lahir di tengah-tengah keluarga yang kaya raya. Menjadi seorang putra putri konglomerat dan bangsawan yang menjadi salah satu impian setiap orang, bisa mendapatkan apa pun yang di inginkan dengan kemampuan financial di atas rata-rata. Tajir, tampan dan berpendidikan.. wanita mana di dunia ini yang tak ingin menjadi kekasih salah satu dari sang pujaan Dayton. Tapi meski Dayton terlahir dari keluarga yang sangat kaya dan berkecukupan, tak lantas harta milik orang tuanya membuatnya menjadi manja dan berbuat semena-mena. Dayton menduduki kursi CEO menggantikan pamannya Samuel yang sudah di pindahkan ke cabang Spanyol, Dayton menduduki kursi itu karena sang ayah adalah pemilik perusahaan dan sekaligus sebagai ketua di perusahaan ini, tapi kemampuan Dayton selalu mengalahkan para senior di dalam bidang bisnis. Suara ketukan pintu terdengar membuat Dayton menghentikan sejenak pekerjaannya, ia mempersilahkan masuk dan melihat ibunya sedang berdiri dengan senyum manisnya seraya berjalan menuju sofa, Dayton begitu senang melihat sang ibu berkunjung ke kantornya. "Siang, Mom, apa gerangan yang membawa Mommy kemari?" tanya Dayton seraya duduk di samping ibunya dan mengecup pipinya. "Mommy tentu saja kemari karena merindukanmu, Nak. Kapan kamu akan pulang ke mansion? Apa tidak sebaiknya kamu tinggal saja bersama Mom, Dad dan adikmu?" tanya Lucia. "Mom, aku ingin hidup mandiri … aku bukannya meninggalkan kalian hanya saja aku ingin hidup sendiri dan tak bergantung pada Mom dan dad, aku akan memberikan kebahagiaan pada kalian ketika aku sukses nantinya," ujar Dayton seraya memeluk sang mommy. "Mom sudah sangat bahagia melihat putra putri Mom yang tumbuh besar," ujar sang Ibu. "Aku akan berkunjung besok, apa Mom sudah menemui dad?" tanya Alvin. "Sudah, Sayang, tapi hanya sebentar karena ayahmu sedang ada meeting." "Selagi Mom di sini, bagaimana jika makan siang bersama? Aku sangat lapar," rengek Dayton. "Tentu saja. Mommy akan sangat bahagia makan siang bersamamu." "Aku akan memanggil Lilian untuk menyiapkan makan siang untuk kita," seru Dayton. "Kapan kamu akan menikah, Day?" Pertanyaan sang Mommy begitu mengganggunya, sungguh. Ia tidak pernah memikirkan pernikahan atau semacamnya. Jangankan menikah, memiliki hubungan special dengan wanita lain saja ia tak pernah. "Mom, aku tidak ingin membahas tentang pernikahan," kata Dayton, seraya berjalan menuju meja kerjanya dan menelpon Lilian sekretarisnya. "Kalau begitu kita tidak usah makan siang di kantor, makan siang di restoran saja," saran Lucia. "Baiklah," jawab Dayton. ♥♥♥ Sampai di salah satu resto dekat perusahaan, Dayton membantu sang mommy untuk duduk berhadapan dengannya, wanita idolanya kini sedang tersenyum manis di hadapannya, seakan Dayton mendapatkan energi yang begitu membara, sehingga melakukan apa pun ia akan bersemangat, apalagi Lucia jarang mengunjunginya ke kantor, jadi ia harus memanfaatkan kedatangan sang ibu. Sepuluh menit kemudian, Dayton dan Lucia menikmati makan siang yang sudah di siapkan waitress, sesekali Lucia menatap sang putra penuh haru, Lucia tak menyangka ternyata putranya itu sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang begitu m andiri dan tak bergantung kepada kedua orangtuanya, ia bangga sekaligus sedih karena harus berpisah tempat tinggal dengan putranya. "Bagaimana kabar Alice, Mom?" tanya Dayton. "Adikmu baik-baik saja, tapi karena kita sudah membahasnya, Mom ingin meminta tolong dan pertimbanganmu pasal Alice," kata Lucia. "Ada apa dengan Alice? Apa dia membuat Mommy sedih?" "Alice tidak membuat Mommy sedih, Sayang. Adikmu itu selalu saja membawa mobil berbeda setiap seminggu sekali ke sekolahnya dan selalu menghabiskan uang untuk hal yang tak berguna, Mom ingin kamu menasehatinya agat tak melakukan itu ketika sekolah," ujar lucia menjelaskan. "Kenapa Dad tak tegas pada Alice?" "Kamu 'kan tau ayahmu itu tak akan pernah bisa tegas kepada anak-anaknya, dan yang di lakukan ayahmu hanya bisa mendukungnya walaupun itu salah, contohnya ketika kamu memilih tinggal di Apartemen, ayahmu malah mendukungmu, mom jadi tak mengerti dengan jalan pikirannya. Kadang juga pikiran Mommy dan ayahmu itu tidak sejalan." Lucia mendengkus membuat Dayton tersenyum. "Meski begitu, Daddy adalah pria yang Mommy cintai," kata Dayton. "Tak ada istri yang tidak mencintai suaminya, Sayang," jawab Lucia. "Karena itu … Mommy ingin kamu cepat menikah, agar kau ada yang urus," lirih Lucia, membuat Dayton menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal. "Aku akan mencari istri, Mom, hanya saja saat ini, memang tidak ada yang cocok dimataku," kata Dayton. "Mommy berharap kau cepat mendapatkannya," kata Lucia. "Iya, Mom," jawab Dayton. "Mommy juga sangat mengandalkanmu pasal Alice." "Baiklah. Aku akan menasehati Alice." "Kamu juga sudah pasti tau jika adikmu itu lebih mendengarkanmu dibandingkan Mommy." Dayton menganggukkan kepala.

avataravatar
Next chapter