4 PERFECT 1

Suasana Kota Jakarta tidak pernah ramah, meskipun pada malam hari. Saat ini Alice duduk di halte bus depan kampus , tadinya ia berdua dengan Yeri disini karena mereka berdua habis dari perpustakaan mencari materi untuk mengerjakan tugas yang di beri oleh professor Hanbin tadi siang. tapi temannya itu ternyata di jemput oleh sopirnya duluan, dan dengan terpaksa ia harus sendirian disini.

ia memeluk tubuhnya sendiri karena sedari tadi angin yang di bawa hujan menerpanya tanpa jeda. Udara semakin dingin, dan sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bus tujuannya akan mucul.

Perempuan itu memain-mainkan kakinya dan sesekali menoleh ke arah barat untuk memastikan, takut-takut bus tujuannya lewat begitu saja. namun yang matanya tangkap hanyalah seorang pria berpostur tubuh tinggi sedang berlari ke arah tempatnya duduk, pria itu melindungi kepalanya dengan tas ransel yang ia angkat ke atas.

Pria itu kini berdiri di sampingnya, mengusap-usap kemeja hitam yang ia kenakan Lalu merapkan rambut gondrongnya yang ikut kebasahan hingga jatuh ke pelipsnya .

"Lo lagi nunggu bus juga?"

Alice menoleh. Tunggu? Apakah pria itu sedang berbcara padanya?

Alice menolehkan kepalanya pada pria itu, mata mereka bertemu. Namun sedetik kemudian Alice langsung memutusnya.

"Iya."

"Lo Alice kan? Gue Lucas Ariasetya" pria itu mengulurkan tangannya yang besar ke hadapan Alice berharap gadis di hadapan itu menjabatnya ramah. Namun semesta mengurungkannya dulu, Gadis itu memilih untuk mengabaikan dan membiarkan tangan besar itu di terpa angin dingin saja.

Karena Alice tak kunjung menyambut uluran tangannya, Lucas menariknya kembali lalu menatap Alice bingung. Sedangkan yang di tatap hanya menunjukkan wajah tanpa emosinya seolah tidak ada siapapun di sekitar.

"Emang susah ya buat jabat tangan orang?" Tanya lucas dengan sedikit kekehan, Karena ia masih tidak percaya dengan kejadian barusan.

"Lo gak kenal sama gue? Atau pura-pura gak kenal dan sok jual mahal biar gue tertarik sama lo?"

"Gue suka sih cewek cuek. but sorry, you're not my type"

Alice yang mendengar pernyataan tidak masuk akal itu tertawa kecil. Nada tawanya terdengar meremehkan, seolah mengisyaratkan Lucas adalah manusia termenyebalkan hari ini. Percaya diri sekal dia.

"Lo waras?" Tanya Alice memiringkan kepalanya seraya menatap mata Lucas terang-terangan. Jujur Lucas sedikit kaget karena perubahan ekspresi gadis itu yang tidak bisa ia mengerti sama sekali. Alice tersenyum, namun senyum yang Lucas tangkap bukanlah senyuman biasa, Aneh.

"Lo gak bisa menilai seseorang Cuma dengan cara isi kepala lo aja. Lo pikir lo sepenting apa sampe gue harus tau?"

Lucas terdiam, ia masih menatap gadis itu. Matanya coklat terang, namun yang ia bisa tangkap hanyalah kegelapannya.

"Gak, gue gak terlalu penting. Tapi setidaknya lo harus lebih ramah kalo ketemu orang baru."

Alice berdiri, kemudian melangkah lebih dekat kehadapan Lucas, mereka hanya berjarak setengah meter sekarang. Alice kini tersenyum, namun sedetik kemudian ia menatap tajam pria itu.

"Gue gak peduli"

Setelah Alice mengucapkan kalimat pendek itu, ia langsung melangkah masuk ke dalam bus yang kebetulan sudah berada tepat di depan halte. Ia meninggalkan Lucas dengan segala kebingungannya dan rasa penasarannya. Jujur, ini pertama kali ia bertemu dengan perempuan seperti Alice, penampilan perempuan yang belum ia ketahui namanya itu terlihat seperti perempuan pada umumnya. Namun tatapan matanya, ekspresi wajahnya dan semua yang ada padanya tidak bisa di tebak.

Lucas mengembuskan nafas, lalu memilih untuk duduk. Hari ini terasa melelahkan untuknya. Kesialan datang bertubi-tubi menghamprinya.

Tadi siang ia harus di hukum karena salah membawa tugas, sehingga pria itu di keluarkan dari kelas. Dan tadi mobilnya mogok tepat saat ia akan pulang dari kampus. Dengan terpaksa ia harus pulang dengan taksi karena memang tidak ada pilihan lain lagi, sebenarnya ia bisa saja pulang dengan bus, tapi yang benar saja, Lucas tidak pernah naik bus. Tapi kenyataan membuatnya mundur dari keinginanya. Tiba-tiba hujan turun. Dengan terpaksa lagi Lucas harus mencari tempat berlindung, ia tidak mungkin membiarkan tubuhnya basah kuyup di terpa hujan.

dan pilihan terakhirnya adalah berlari ke halte bus.

Lucas tidak tahu saja jika semesta sedang merencanakan drama indah untuknya, dimana ia akan menjadi seorang peran utama. Lucas tidak tahu saja jika nanti akan banyak sesuatu yang akan ia atasi lebih dari ini. Hari ini bukanlah hal yang harus di sesali. Harusnya ia bersyukur karena semesta sudah menemukannya dengan takdir.

Hujan tiba-tiba saja reda, padahal beberapa menit sebelumnya ketka ia sedikit berdebat dengan Alice masih sangat deras.

sebuah mobil BMW i8 berhenti tepat di depanya. seorang pria dengan wajah tegas membuka kaca mobil lalu memperhatikan Lucas heran karena selama ini ia tidak pernah melihat pria itu sendirian di halte bus. Di tambah dengan penampilannya yang basah kuyup.

"Ngapain lo disini cas?"

"Gak tau."

" Lah, gak jelas lo. Mobil lo mana?"

"Mogok"

"Yaudah buruan masuk, gue anterin balik"

Lucas bangkit dari duduknya, tanpa bicara lagi pria itu langsung masuk ke dalam mobil.

-

"Sebenernya lo lagi ngapain sih disana?" Tanya Jaehyun setelah Lucas duduk dengan anteng di sampingnya.

"Lo tau Alice?" pria itu memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.

" Alice mana? Anak fakultas kedokteran?"

"Hmm.."

"Terus?"

"Tadi gue ketemu sama dia di halte."

"Terus apa masalahnya?"

" Dia nolak gue, padahal gue Cuma ngajak kenalan."

"Serius lo? " Jaehyun menahan tawanya, rasanya aneh mendengar kejadian langka seperti ini. Biasanya Lucas yang akan di kejar-kejar oleh wanita karena ketampanannya. Dan juga wanita-wanita itu yang akan mengajaknya berkenalan.

"Asal lo tau aja cas, Alice itu emang anaknya gak bisa di deketin. Satu kampus aja tau kok kalo sifat dia gak ramah."

"Laksud lo?.." Lucas tertarik mendengar penjelasan Jaehyun mengenai Alice,

"Lo gak tau kalo di kampus dia suka jadi bahan hujatan? Banyak yang gak suka, terus suka dapet terror gitu deh. Banyak banget yang benci sama dia."

"But why?"

" Gue denger-denger sih katanya dulu dia pernah ngebully junior kita sampe meninggal. tapi gak tau juga sih, gue baru denger-denger aja."

Lucas termenung mendengar penuturan Jaehyun, tapi... untuk apa dia pusing memikirkan masalah orang lain.

ah sudahlah

-

avataravatar
Next chapter