webnovel

BAB 5. BELAJAR HIDUP MANDIRI

( PERAWAN CINTA)

Tak terasa aku sudah sebulan tinggal di rumah bibi Imah daerah Malang,Jawa Timur. Setiap pagi membantunya memasak dan membawa makanan ke ruko untuk berjualan masakan matang buatan bibi Imah. Setiap hari aku membantunya berjualan. Meski seringkali aku di jadikan sebagai kasir oleh bibi Imah karena masih belum hafal takaran kalo melayani pelanggan yang beli di warung makan Bibi Imah.

" Non,bibi pamit sholat ashar dulu ya ke rumah. Sekalian bibi juga mau mandi. Minta tolong ya,Non. Nitip jagain warung ya. Nanti sehabis bibi sholat kamu gantian ya ke rumah" ujar bibi minta tolong.

" Oh iya,bibi. Silahkan sholat dan mandi ke rumah. Biar warung makanan nya aku yang jagain. Mumpung lagi belum banyak yang beli" ujar sambil menghitung pemasukan berjualan hari ini.

" Iya makasih ya,Non. Bibi nitip sebentaran kok." ucap bibi sambil bergegas ke rumahnya.

" Iya,agak lama juga enggak apa-apa. Santai aja bibi" ujarku sambil mengelap meja makan yg kotor.

Lalu aku bergegas merapihkan meja dan menyapu lantai yang kotor serta tak lupa mengepel lantainya juga agar pembeli yang ingin bersantap di warung merasa nyaman. Dan setelah membereskan warung. Saat aku sedang asyik melihat sosial media. Tiba-tiba ada seseorang laki-laki tampan dengan memakai kemeja abu-abu lengan panjang,serta celana bahan kain warna hitam dan sepatu pantofel memberhentikan motor nya di warung bibi Imah.

" Assalamualaikum!! Permisi mbak!! Saya mau makan di tempat bisa kan? Lauk dan sayur masih ada kan?! " tanya sosok Pria berkemeja abu-abu padaku.

" Waalaikum salam,mas. Iya masih ada. Lauk dan sayur masih ada. Tapi sudah tak lengkap. Mau?! " jawabku sambil bengong melihat ketampanannya.

" Iya gak apa-apa mba. Tapi ada lauk dan sayur apa ya?!" tanya pria berkemeja abu-abu lagi padaku.

" Adanya sayur SOP, kentang balado, ayam serundeng,sayur asem,sayur daun singkong, telur dadar dan sambel goreng terasi mas" jawabku sambil memperlihatkan masakan.

" Oh ya udah. Saya mau nasi nya satu porsi, kentang balado, ayam serundeng dan sambel goreng terasi nya ya mbak" ucapnya sambil duduk dekat pintu warung.

" Iya siap mas. Saya ambilkan makanan pesenan mas. " ujarku yang menyiapkan makanan untuk pembeli.

Lalu setelah menyiapkan pesenan makanan buat si mas berkemeja panjang warna abu-abu. Aku mengantarkan makanan tersebut di depan mejanya.

" Mau pesen minuman apa ,mas?! tanyaku ramah.

" Saya pesen es teh manis ya mba. Tapi jangan manis-manis. Gulanya satu sendok aja" jawab si mas berkemeja abu-abu.

" Iya siap mas" ucapku sambil membuat kan segelas es teh manisnya.

Lalu setelah membuat kan es teh manis pesenan mas berkemeja panjang warna abu-abu. Aku kembali melihat hape sambil menunggu bibi Imah datang.

" Mbak, anaknya bibi Imah?! tanya si mas berkemeja abu-abu.

" Iya mas. Saya anaknya bibi Imah" jawabku ramah.

" Tapi kok saya baru ngeliat kamu ya. Sebelum nya tinggal dimana?!

" Oh saya dari kecil sampai SMA tinggal di Jakarta bareng ibu. Dan kuliah di daerah Malang. Setelah lulus kuliah saya balik lagi ke rumah" ujarku mengeles.

" Owh begitu ya. Pantas saja saya belum terlalu kenal sama si mbaknya. Maaf ya. Orangtua saya dulu temen kecilnya ibu kamu. Jadi saya sudah kenal banget dengan ibu kamu dan almarhum bapak kamu. Semenjak menikah dan menetap di Jakarta. Hampir 25 tahun lebih saya tidak bertemu ibu kamu. Dan baru 6 bulan ini dia balik lagi kesini dan buka usaha masakan matang" ujarnya menjelaskan.

" Berarti ibuku terkenal juga ya mas di daerah sini" ujarku kagum.

" Jelas pasti terkenal. Masakan buatan ibu kamu yang paling enak di wilayah daerah sini. Makanya dulu kalo ibu kamu maen ke rumah saya pasti selalu masakin aku dan orangtuaku" ujarnya.

Dan saat kami sedang asyik mengobrol. Bibi Imah pun akhirnya datang.

" Eh,mas Valir. Apa kabarnya?! Sudah makan apa belum?! tanya Bibi Imah ramah.

" Alhamdulillah baik bibi Imah. Kabarnya bibi Imah gimana?! Dan Alhamdulillah baru selesai makan dan kenyang sekali. Tadi abis di layani oleh anaknya bibi.

" Owh begitu syukur lah. Di bungkus ya buat mba miya di rumah" ujar bibi Imah.

" Ya udah bu. Aku pamit mandi dan sholat ashar dulu ya" ujarku sambil pamit ke rumah.

Sesampainya di rumah aku mandi dan sholat ashar. Dan kembali lagi ke warung untuk membantu bibi Imah membereskan warungnya. Dan mas Valir pulang saat aku ke rumah .

" Bibi,itu tadi mas Valir ngobrolin tentang bibi loh sama aku" ujarku sambil membereskan wadah tempat masakan yang kotor.

" Ah masa sih?! Mas Valir ngomongin bibi?! jawab bibi yang menutup rolling door warungnya.

" Iya beneran. Katanya orangtuanya sama bibi udah kenal banget dari dari kecil" ujarku sambil menenteng kantong yang berisi tempat wadah kotor.

" Iya emang bener. Orangtuanya sama bibi udah kenal banget. Dan saat bibi pindah ke Jakarta. Mas Valir merasa kehilangan bibi banget"

" Itu mas Valir udah nikah atau belum?! tanyaku penasaran.

" Alhamdulillah udah nikah. Waktu mas Valir nikah bibi kan minta ijin cuti ke nyonya besar untuk hadir ke Pernikahan nya yang udah bibi anggap dia sodara. "

" Owh begitu. Makanya aku baru tau kalo bibi punya sodara".

" Mas Valir udah nikah sama mbak Miya temen sekampus nya selama 4 tahun . Dan telah di karuniai anak satu, perempuan umur dua tahun."

" Kirain aku masih single. Abis gak kelihatan udah nikah".

" Ya kadang begitu. Pria kalo udah nikah terlihat lebih awet muda karena di urus istrinya. Dan istri terlihat tua karena ngurusin rumah tangga dan anak-anaknya.

" Ah masa sih?! Jadi takut ah kalo aku nikah. Ntar aku jadi terlihat tua lagi" Ujar meledek.

" Semua tergantung perlakuan suami sama kita. Kalo suami sayang dan cinta pasti berbagi tugas di rumah ngurus anak juga. Beliin skincare buat perawatan istri. Insyaallah istri jadi awet muda".

" Ah bisa aja nih, bibi Imah" ujarku malu.

Dan obrolan kamipun berlanjut di rumah sambil nyuci perabotan masak dan wadah tempat masakan berjualan di warung.

" Tadi mas Valir minta tolong sama bibi. Buat nyuci baju dan setrika baju. Soalnya istrinya lagi hamil muda. Jadi gak kuat tenaga buat nyuci baju dan setrika baju. Soalnya lagi muntah dan mabok terus. Belum lagi ngurusin anaknya yang pertama. Jadi istrinya kerepotan" ujar bibi Imah memberitahuku.

" Memang bibi engga capek?! tiap hari masak,berjualan dan ngilu cuci baju juga setrika baju?! tanyaku.

" Ya kerja pasti capek,Non. Tapi kalo di jalani dengan happy asmara insyaallah hilang capeknya"

" Udah tolak aja tawaran mas Valir. Aku kasihan sama bibi. Udah berumur masih harus nguli cuci dan setrika baju" ujarku khawatir.

" Ya tapi gimana ya,Non. Bibi udah terima tawaran nya mas Valir. Bibi gak enak kalo nolak. Apalagi dulu Orangtua nya pernah bantu bibi saat susah. Jadi pengen balas Budi".

" Ya kalo begitu mah gak ada abisnya buat bayar balas Budi. Emang nguli baju dan setrikaan setiap hari apa?! tanyaku penasaran?

" Kalo nguli cuci baju dan setrikaan mah dua hari sekali Non. Ya gan terlalu berat lah buat bibi. Apalagi sekarang ada Non Lolita bantuin bibi di warung. Jadi bibi gak terlalu capek.

" Tapi aku gak mau bibi kecapekan. Berjualan sayur matang aja menurut aku udah capek banget. Apalagi di tambah nguli cuci dan setrika baju. Ya udah aku aja yang gantiin bibi nguli cuci baju dan setrika. Hitung-hitung bantu bibi disini. Kan aku dapat makan gratis mulu dan tempat tinggal" ujarku memberikan ide.

" Ya jangan begitu,Non. Apa kata tuan dan nyonya besar kalo tau Non Lolita kerja seperti itu".

" Enggak apa-apa,bibi. Aku dulu kuliah udah terbiasa nyuci baju sendiri dan setrika baju sendiri. Jadi lumayan jago lah kalo kerjaan begitu.

" Ya udah kalo si Non memaksa. Ntar bibi telpon mas Valir bilang kalo non yang gantiin bibi nguli cuci baju dan setrika."

" Nah gitu dong. Aku kan gak mau bibi kerja capek-capek lagi. Cukup 25 tahun kerja di rumah aku jadi asisten rumah tangga. Sekarang ada aku disini. Jadi bibi biar bisa istirahat" ujarku sambil memeluk bibi Imah.

Kemudian bibi Imah menelpon mas Valir memberi tahu bahwa aku yang akan menggantikan peran untuk nguli cuci baju dan setrika baju.

Next chapter