1 Serangan Monster

<p>Menurut Legenda, ratusan ribu tahun yang lalu, dewa kegelapan menguasai bumi dan bersikap kejam kepada semua makhluk bumi, dewa matahari dan dewa petir bekerja sama untuk mengalahkannya.<br/><br/>Setelah pertarungan yang panjang, akhirnya dewa kegelapan bisa di kalahkan dan di segel oleh kedua dewa tersebut di pulau misterius.<br/><br/>Untuk berjaga-jaga, semua dewa yang terlibat sepakat untuk meninggalkan sebuah buku sihir kepada manusia agar manusia memiliki kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri. kemudian buku itu dikenal sebagai buku sihir Dewa.<br/><br/>Namun setelah puluhan ribu tahun berlalu, monster tiba-tiba muncul dan mulai membuat petaka bagi semua penghuni bumi, para monster di duga mendapatkan kekuatan dari dewa kegelapan yang telah tersegel.<br/><br/>Untuk melindungi diri dari monster, manusia mulai mempelajari buku sihir dewa dan mereka yang mempelajarinya akan menjadi seorang penyihir.<br/><br/>***<br/><br/>Di sebuah desa kecil yang berada di pesisir laut, seorang anak bernama Virgo hidup tanpa memiliki bakat sihir, meski begitu ia hidup dengan nyaman bersama keluarga kecilnya, sampai malam itu pun tiba!"<br/><br/>"Virgo kenapa kau tidak tertarik dengan sihir? Apakah menurutmu menjadi penyihir itu merepotkan?" Tanya Loren kepada anak laki-lakinya yang baru berusia 10 tahun.<br/><br/>"Mmm, sihir itu benar-benar merepotkan dan melelahkan, aku selalu tertinggal dari teman-temanku, itulah kenapa aku tidak menginginkannya.<br/><br/>Lagi pula sihir itu juga tidak terlalu berguna, aku tidak ingin menjadi penyihir, aku ingin hidup biasa-biasa saja seperti ayah dan ibu". Jawab Virgo dengan ringan.<br/><br/>"Benarkah? Itu tidak buruk, tapi jika kau menjadi penyihir, kau bisa menemukan sesuatu yang lebih besar, kau juga bisa melindungi dirimu dan orang lain, bukankah itu sangat luar biasa?" Lanjut Loren tersenyum lembut sambil mengelus kepala anak tersayangnya.<br/><br/>"Aku akan memikirkannya nanti, bagiku selama ayah dan ibu baik-baik saja dan selalu bersama ku, itu sudah cukup." Jawab Virgo tersenyum kecil.<br/><br/>"Ibu aku sudah ngantuk, bolehkan tidur lebih awal!" Virgo menguap, dia merasa matanya mulai berat karena mengantuk.<br/><br/>"Mmm, baiklah, ini sudah larut, kau boleh tidur!" Loren tersenyum tipis, dan membiarkan anaknya beristirahat. <br/><br/>Tengah malam yang sepi, di saat Virgo sedang tertidur lelap, dia dikejutkan oleh kedua orang tuanya.<br/><br/>"Virgo ... Virgo bangun!" Tangan lembut ibunya menggoyangkan tubuhnya dengan cukup keras, itu pertama kalinya dia di bangunkan dengan kasar.<br/><br/>"Ibu, apa yang terjadi? Aku masih ngantuk!" Virgo memijat mata dnegan tangan kecilnya ketika tubuhnya di paksa untuk bangkit.<br/><br/>"Sayang, jangan bersuara!" Ekspresi Loren terlihat panik dan ketakutan, dan tanpa menunggu jawaban dari Virgo, Doris yang berperawakan langsing berambut hitam langsung menyeret istri dan anaknya keluar rumah melalui pintu belakang.<br/><br/>"Cepat ... Cepat!" <br/><br/>Suara panik dengan napas ngos-ngosan dari Doris yang berlari menenteng tangan istri dan anak laki-lakinya, mereka segera melompat dan duduk bersembunyi di belakang pohon besar, mengintip ketakutan ke arah gelap di samping rumah tua.<br/><br/><br/>Loren dengan kuat menutup mulut Virgo yang masih merengek ketakutan, keluarga kecil itu terlihat pucat dengan tubuh gemetar ketakutan.<br/><br/>Lalu, dari kegelapan di samping rumah kayu, sosok monster dengan tubuh hitam besar dan kepala seperti kendi tua yang di penuhi lumut pun muncul.<br/><br/>Tubuhnya berwarna hijau setinggi 3 meter dan berdiri dengan sedikit membungkuk, 2 tanduk seperti golok di lengannya.<br/><br/>Mata monster tersebut meruncing berwarna merah seolah bisa melihat segalanya, mulutnya terbuka lebar hingga gigi-gigi tajam seperti gergaji bisa terlihat dengan jelas.<br/><br/>Doris kembali mengintip dengan hati-hati, dan tubuhnya langsung bergidik ketika melihat monster itu mendekat ke arah mereka.<br/><br/>Loren melihat mata suaminya yang di penuhi ketakutan dan khawatiran. <br/><br/>"Apakah monster itu menemukan kita?" Tanya Loren dengan hati-hati, berharap kekhawatirannya tidak terjadi.<br/><br/><br/>Doris hanya bisa menatap mata istrinya dnegan lekat, "Aku tidak boleh diam saja!" Batinnya, dia melihat ke segala arah berharap ada cara untuk selamat dari monster yang mengancam keluarganya.<br/><br/>Matanya pun terhenti pada sebuah perahu kayu kecil di pantai.<br/><br/><br/>"Masih ada harapan, kalian pasti akan selamat." Ucap Doris pada istri dan anaknya sambil memegang kedua pundak istrinya. <br/><br/>"Dengarkan aku baik-baik, kamu dan Virgo harus tetap hidup, gunakan perahu itu melarikan diri, aku akan memancing perhatian monster itu." Ucap Doris dengan cepat sambil menunjuk ke arah perahu kecil tersebut.<br/><br/><br/>"Tidak, jangan lakukan itu, monster itu akan membunuhmu!" Loren menggelengkan kepala tidak setuju, pipinya telah penuh air mata, dia tidak ingin suaminya berkorban demi mereka berdua.<br/><br/>Sedangkan Virgo masih terlalu ketakutan, dia bahkan tidak memerhatikan ucapan ayahnya.<br/><br/><br/>"Tidak ada waktu lagi aku pergi sekarang." Doris mengecup kening istri dan anaknya, lalu memeluk mereka erat untuk terakhir kalinya.<br/><br/>Namun saat ia bersiap untuk pergi, Loren langsung meraih tangannya dengan cepat dan menggenggamnya erat, dia pun spontan menoleh dan melihat pipi istrinya telah dipenuhi linangan air mata.<br/><br/><br/><br/>Meski ia juga sangat sedih, dia dengan sigap menghempaskan tangan istrinya, "Ini demi keselamatan Virgo, kamu harus merawatnya dengan baik." Tegasnya meyakinkan istrinya.<br/><br/>Kemudian ia pun langsung melompat keluar dari balik pohon, berlari menuju ke semak- semak dekat hutan yang masih terlihat cukup lebat untuk bersembunyi sambil meneriaki monster tersebut.<br/><br/><br/>Seperti yang di harapkan, monster kepala kendi bereaksi dengan cepat, ia mengalihkan pandangannya ke arah pria paruh baya yang berlari.<br/><br/>"Wussst." <br/><br/>Gerakan cepat dari Monster kendi membuat debu dan dedaunan kering beterbangan tak beraturan di sepanjang jalur yang di laluinya.<br/><br/><br/>Sementara itu Loren yang tidak mampu menghentikan suaminya kini tidak punya pilihan lain, ia segera berlari terlunta-lunta menuju perahu kecil, mengusap air mata sambil menenteng anaknya.<br/><br/><br/>Tangannya dengan cepat meraih Virgo dan meletakkannya di atas perahu, dia tidak lupa membuka selendang merah yang melilit lehernya untuk menutupi tubuh Virgo.<br/><br/>"Ibuuuu ... Aku takut!" Suara rengekan kecil Virgo.<br/><br/>"Jangan takut nak, ibu akan melindungimu." Jawab Loren meyakinkan anaknya, namun tangannya tidak berhenti gemetaran.<br/><br/>Dia pun dengan tergesa-gesa mengambil langkah, mendorong dengan sekuat tenaga perahu kecil tersebut ke laut, hingga perahu menyentuh air.<br/><br/>"Rrrrrrrrr".<br/><br/>Tiba-tiba suara mengerang terdengar tidak jauh di belakangnya, Loren mendengarnya, namun dia tidak berani menoleh ke belakang, ia dengan putus asa mengumpulkan keberanian dan tenaganya lalu mendorong perahu kayu kecil dengan sekuat tenaga.<br/><br/><br/>Perahu kayu kecil sudah mengambang di laut, dan perlahan semakin jauh terbawa ombak, membuat Loren bisa tersenyum lega.<br/><br/>"Kreekkkk."<br/><br/>Suara ranting pohon yang di injak oleh monster kepala kendi sontak membuat tubuh Loren gemetar dan mematung di tempat, wajahnya pucat mengarah pada perahu kayu kecil yang semakin menjauh, ia melepaskan senyuman terakhir yang disertai dengan linangan air mata.<br/><br/><br/>"Rrrrrrrr."<br/><br/>Suara gerangan dari monster kendi kini berada persis di belakangnya, membuat putus asa, dia menoleh pelan ke belakang.<br/><br/>"Hhaaukckkk". <br/><br/>Mulut monster kepala kendi langsung melahap kepala Loren dengan kejam, air laut di sekitarnya pun seketika berubah menjadi merah.<br/><br/><br/><br/>Virgo membuka selendang yang menutupi tubuhnya, berdiri melihat kearah pinggir laut, matanya melotot tajam, air matanya terus mengalir dengan deras tak mampu terbendung, ia hanya bisa meratapi ibunya di mangsa dengan kejam.<br/><br/><br/>Mata merah monster kepala kendi menyala dengan tajam ke arah perahu yang sudah mengambang cukup jauh, seketika itu kaki Virgo gemetar dan melunak hingga tubuhnya langsung tumbang.<br/><br/><br/><br/>Amarah yang meluap-luap, membuat keringat dingin menjadi panas, namun mentalnya telah terkuras habis, ia hanya berlutut lemas di atas perahu kayu kecil.<br/><br/><br/><br/>Memandang langit dengan penuh kebencian, mengertakkan gigi tanpa henti, mengepalkan tangan dengan kuat dan memukul perahu dengan putus asa.<br/><br/><br/><br/>Monster kendi meraung dengan keras, membuka mulutnya lebar, hingga gigi-gigi nya yang runcing terlihat jelas, dan tiba-tiba menjongkokkan tubuhnya, kakinya menancap hingga beberapa sentimeter di pasir putih, membuat butiran pasir dan air di sekitarnya sedikit terangkat.<br/><br/>Tiba-tiba Aura berwarna hijau samar mulai menyelimuti tubuh monster kepala kendi, bersiap untuk melompat ke perahu kayu kecil yang terus mengambang semakin jauh ke tengah laut.<br/><br/><br/><br/>Namun di saat yang sama, sekumpulan awan hitam pekat mulai muncul di tengah laut, angin berembus keras membuat air laut tak beraturan, suara gemuruh dan kilatan petir memperburuk keadaan.<br/><br/>Melihat itu Virgo tercengang dan panik, tidak sulit baginya mengetahui bahwa itu adalah badai besar, ia dengan cepat memperkuat pegangannya pada sisi perahu kecil.<br/><br/><br/><br/>Sementara monster kendi yang melihat keadaan tersebut menjadi ragu untuk melompat ke arah perahu, Aura yang menyelimuti tubuhnya segera meredup, pasir dan air yang sebelumnya terangkat juga berjatuhan.<br/><br/>"Weeerr ... Dbuuus".<br/><br/><br/>Air laut di sekitar Virgo menjadi tak beraturan dengan suara gemuruh terdengar di sekitarnya perlahan membuat pusaran air raksasa, dan perahu Virgo pun mulai di tarik oleh pusaran air raksasa tersebut.<br/><br/>Virgo melotot ketakutan, wajahnya semakin memucat panik, ia tidak bisa melakukan apa pun hanya menutup mata dengan pasrah.</p>

avataravatar
Next chapter