webnovel

Langkah cepat

"siapa??" tanya Aldi penasaran karena perubahan wajah Zara agak ragu untuk menerima telpon. ,

"hmm... kak Tristan..,"

.

Tristan?!!! sudah ku duga.....!!!!

***

"Hallo kak Tristan..." Zara menyahut panggilan telpon CEO Sempurna Grup setelah pamit untuk menerimanya diluar kamar saja.

"ya hallo.. mba Zara.. maaf ini saya Jhony, asisten nya pak Tristan, saya hanya sekedar memastikan kalau mba Zara sudah dihubungi oleh tim kami untuk proses pencairan dana bantuan usaha pemula yang mba dan teman-teman terima??"

Ya ampun..!! Zara menepuk jidat,, bisa-bisanya dia melupakan sesuatu yang penting dalam hidupnya,, sesuatu yang sudah ia bersama Widya dan Nanda perjuangkan.. selangkah lagi kedai gudang coklat bukan cuma rencana, tetapi bisa segera direalisasikan.

Zara menggigit bibir, bagaimana dia bisa pergi sementara dia harus menemani suaminya dirumah sakit.

"baik pak.. saya akan hubungi lagi teman-teman saya.. terimakasih.."

Telpon berakhir dengan keresahan, antara harus tetap dirumah sakit atau harus datang untuk impiannya.

***

Tap! tap! tap!

Langkah cepat Zara menyusuri koridor kantor Sempurna Grup menuju ruang yang telah ditentukan. Gadis berwajah sendu pemilik sepasang bola mata coklat dan hidung bangir itu bisa bernafas lega,, untung saja mommy Lia datang disaat yang tepat, jadi bisa menggantikan dirinya sementara untuk menemani Aldi, dan.. satu lagi keresahan nya.. bahwa Aura masih disana!!!

Tiba didepan pintu kaca besar tembus pandang, netra Zara bisa melihat beberapa orang sudah berkumpul disana, wajah-wajah para mahasiswa dan mahasiswi terpilih seperti dirinya, disana juga hadir Widya dan Nanda yang datang lebih dulu.

"maaf saya.. datang terlambat.." Zara sedikit membungkukkan badan, lalu seorang wanita mengenakan setelan khas pegawai kantoran menunjukkan kursi yang harus di tempati oleh peserta yang terlambat datang ini. Duduk diantara dua sahabatnya.

.

"Baiklah sepertinya kita semua sudah berkumpul disini,, mari kita mulai.." Tristan mengawali "selamat bergabung dan selamat datang di keluarga besar Sempurna Grup untuk semua peserta yang berhasil terpilih,, semoga bantuan yang kami berikan bisa memberikan semangat lagi buat adik-adik dalam berwirausaha serta bisa menciptakan lapangan pekerjaan nantinya bla.. bla.. bla.."

.

Widya terlalu terkesima melihat wibawa CEO Sempurna Grup,,, Tristan Handoko!! nama yang selalu ia gaung kan dalam hati,, sejak bertemu dengan sang CEO Widya banting stir dari yang seleranya suka dengan pria yang lebih muda kini berganti menjadi selera sugar Daddy! tampan, kaya, berwibawa, dan berpengaruh....

.

"baiklah.. selanjutnya bapak Jhony akan memberikan penjelasan,, sekali lagi saya ucapkan selamat untuk adik-adik semua,, salam sukses untuk kita semua... terimakasih...,," Tristan menutup pembicaraan kemudian beranjak meninggalkan ruangan ,suara riuh tepuk tangan membahana terlebih tepuk tangan dari Widya,, sampai- sampai Nanda khawatir tepukan itu akan membuat jari-jari temannya akan terlepas.

Jantung Widya kebat kebit ketika ia bisa menangkap lirikan sang CEO kearah dirinya, uppss!! God please selamat kan jiwa yang serasa melayang hendak meninggalkan raga Karena terkena sihir lirikan tajam itu!

.

"baiklah,, ini saya bagikan formulir dan surat pernyataan yang harus diisi dan ditandatangani.." Jhony telah mengambil bagiannya untuk memandu prosedur penyerahan bantuan dari Sempurna Grup.

.

"Zara untung kau datang tepat waktu... kalau ngga kan bisa tertunda rencana kita.." ujar Nanda sedikit berbisik.

"iya... iya.. maaf ya.. tau sendiri suami ku kan lagi dirumah sakit.."

"puufftt..!! makanya aku belum mau nikah muda,, rempong.." goda Nanda membuat efek kemerahan di wajah bersih Zara.

"aku sih mau aja nikah muda.. asal suaminya kayak pak Tristan.." sambar Widya nyengir tidak jelas mendengar percakapan Zara dan Nanda, ia pun harus menerima cubitan kecil dari Nanda yang duduk disebelahnya.

"auucchh.. sakit tau.." protes si gadis mata minus "siriikkk aja sihh...,"

"bukan sirik.. tapi biar elo.. bangun jeng.. jangan mimpi Mulu.." ledek Nanda

"Yee.. gimana sih Nan.. prinsip nya kan gini.. bermimpi itu jangan tanggung,, bermimpi lah yang besar,,"

"iya.. iya.. udah terserah yang pasti sekarang ini impian kita sudah didepan mata.." ujar Nanda ingin segera mengakhiri kehaluan si mata minus.

***

Tristan duduk dibalik meja kerjanya, membolak-balik pena tak jelas. Keadaan hatinya semula baik-baik saja, paling tidak sekian jam sebelum ia harus melihat kehadiran Zara pada metting tadi.

Ingin sekali rasanya berlari menjauh dari bayang gadis pencuri hati. Semakin ia coba semakin sulit untuk pergi.

Akh! sial.... jika dia terus begini bagaimana nanti bisa memenuhi keinginan Oma Diana yang memintanya segera menautkan hati pada gadis lain,, seperti Aura contohnya!! option dari Oma Diana sendiri yang menginginkan dirinya bisa lebih mengenal sang desainer.

"hallo.. Jony,, tolong segera keruangan saya!" titah Tristan pada asistennya melalui ponsel, dia harus segera melakukan sesuatu sebelum makin tersesat pada rimba perasaannya sendiri.

Next chapter