webnovel

Tatapan

Ada terlalu banyak hal yang terjadi hingga aku lupa untuk sekadar memegang handphone. Saat akhirnya mengamit handphone dari ransel, sudah ada banyak pesan. Aku memilih membuka pesan dari Astro lebih dulu.

Astro : Aku ga ke kelas kamu dulu. Kamu pasti dikerumunin anak-anak

Astro : Mau makan siang bareng?

Astro : Sibuk banget ya, Non, punya banyak temen baru?

Astro : So, how was your day (Jadi, gimana kamu hari ini)?

Astro : Mau pulang bareng ga sih?

Aku melirik jam di lengan, pukul 14.01. Sembilan menit lagi waktunya kami pulang.

Aku : Sorry, aku lupa cek hp. Katanya mau nemenin keliling?

Hanya beberapa detik setelah pesanku terkirim, Astro langsung membalasnya.

Astro : Minta aja temen baru kamu nemenin keliling

Sepertinya dia kesal karena aku terlambat membalas pesan darinya. Mungkin akan lebih baik jika aku mengiyakan permintaannya saja

Aku : Okay

Astro : Aku mau langsung pulang

Aku : Iya

Sembilan menit terasa singkat sekali. Pak Niko, guru matematika, mengakhiri kelas dengan memberi tugas dua halaman penuh untuk dikerjakan di rumah.

Aku baru saja selesai membereskan barang-barang saat Donna memberi isyarat padaku untuk melihat keluar jendela. Seorang laki-laki bersandar pada teralis besi berkaca yang mengarah ke halaman di bawah sana, dengan ransel di bahu dan tas jinjing lain di tangan kirinya. Lima tahun terbiasa melihat sosoknya, mana mungkin aku tak tahu?

"Aku duluan ya." ujarku sambil bangkit.

Donna dan Tasya mengangguk sambil memperhatikanku berlalu.

Aku mengambil langkah panjang menghampiri Astro, lalu menyandarkan tubuh di teralis saat sampai di sisinya. Kurasa aku akan diam saja dan memperhatikan kerumunan murid yang sedang berhamburan pulang di bawah sana, karena membuat Astro merasa lebih kesal tak akan membawa kebaikan untukku. Aku pernah mencoba membuatnya merasa lebih kesal beberapa tahun lalu saat kami menghabiskan waktu di Gunung Merbabu selama beberapa hari bersama orangtuanya. Aku tak ingin mengulangi insiden yang sama.

Astro menoleh ke arahku sesaat setelahnya. Wajahnya terlihat kesal sekali. Setelah hening beberapa lama, akhirnya dia membuka suara, "Ayo pulang."

Dia mengambil langkah tanpa menungguku menjawab. Kurasa akan lebih baik jika aku mengikuti langkah di belakangnya dalam diam. Bahkan saat kami sampai di area parkiran sepeda, dia mendahuluiku masuk ke toilet tanpa mengucapkan apapun.

Aku mengganti pakaian, mengenakan kaos dan celana panjang yang tadi pagi kupakai, lalu mengepang rambut asal saja sebelum memakai topi hijau lumut favoritku. Aku mematut diri di cermin dan menatapi sosokku yang biasa. Kurasa aku lebih suka tampilanku yang seperti ini.

Saat aku keluar, Astro sedang duduk menyandar ke dinding seberang toilet dan menungguku. Dengan pakaiannya yang tadi pagi; sebuah topi berwarna maroon di kepala dan jaket tersampir di bahu. Dia menatapku sesaat sebelum bangkit, lalu mengamit ransel dan tas jinjing berisi seragamku. Kemudian menaruh jaketnya di bahuku, lalu beranjak pergi menenteng semua tasku.

Aku menggeleng perlahan sambil memakai jaket dan membuntutinya dalam diam. Saat sampai di sisinya, aku memakai ranselku kembali dan menaruh tas jinjing di sepeda. Aku membiarkan dia yang memimpin jalan pulang dan mengabaikan tatapan semua orang yang ingin tahu.

Astro mengambil jalan memutar, jalan yang akan membawa kami menuju rumahnya. Aku tahu itu. Aku hanya akan mengikutinya saja. Aku akan pulang setelah dia sampai di rumahnya. Mengantarnya pulang bukan masalah bagiku.

Saat sampai di gerbang perumahan dia menoleh padaku dengan alis mengernyit mengganggu, "Masuk."

Aku mengarahkan sepeda mengikutinya. Kurasa dia akan mengajakku bicara. Apakah dia merasa begitu kesal hingga mengajakku ke rumahnya?

Tak berapa lama, kami sampai di rumah yang bercat putih gading sudah sangat familier untukku. Terlihat bersih dan terawat seperti biasanya. Tak terhitung berapa kali aku ke sini selama lima tahun ini. Namun ada sesuatu yang berbeda saat aku memarkir sepeda. Terdapat sebuah motor sport yang terlihat baru yang terparkir sedikit jauh ke dalam garasi yang setengah tertutup sebelum aku mengikuti langkah Astro.

"Udah pulang, Den? Eh, ada Mbak Faza. Mau minum apa? Biar saya siapin." sapa Mbok Lela.

"Ga usah repot-repot, Mbok." ujarku sambil mengikuti Astro menuju dapur.

Astro melepas topi dan meletakkan semua benda bawaannya di meja makan, lalu duduk di salah satu kursinya. Sedangkan aku melepas jaket miliknya dan meletakkan semua barang bawaan di meja, lalu duduk di hadapannya. Kurasa sekarang adalah waktunya bagiku untuk menunggu.

"Aku laper, tadi ga makan siang." Astro membuka suara saat rasanya lama sekali dia menatapku dalam diam.

Aku bangkit dan menghampiri kulkas, "Mau makan apa?"

"Apa aja boleh."

Aku mengeluarkan sekotak udang, jamur, tofu, daun bawang dan beberapa bahan lain. Aku akan membuat sup asam manis yang cukup mudah dibuat dan tak memakan waktu lama. Aku tahu ada Mbok Lela yang akan bersedia dengan senang hati membuatkan Astro makanan, tapi aku akan menganggap ini sebagai bayaran karena membuatnya kesal tak mendapatkan makan siangnya tepat waktu.

Astro melepas topiku dan menaruhnya di meja saat aku sedang membersihkan udang. Dia mencuci tangan dan membantuku menyiapkan bahan lain. Dia cukup pandai memasak. Aku tak akan terkejut jika bekal yang tadi pagi dia bawa adalah masakannya sendiri.

Setengah jam bekerja sama dalam diam, sup kami matang. Aku memindahkannya ke dua mangkuk terpisah, lalu membawanya ke meja makan yang sudah terisi semangkuk besar nasi, setoples kerupuk, seteko air dingin dan dua gelas di sisinya.

Aku duduk di sebelah Astro sambil menemaninya makan. Tak lebih dari lima belas menit kemudian, perut kami terisi penuh. Sepertinya suasana hatinya membaik, tapi aku akan menunggu sebentar lagi. Aku akan membiarkannya membuka suara lebih dulu.

Namun yang terjadi dia justru mengeluarkan handphone dari saku dan membenamkan diri tanpa menoleh padaku. Aku tahu pembicaraan kami tak akan datang dalam waktu dekat. Kurasa akan lebih baik jika aku menyeesaikan tugas sambil menunggu.

Aku mengeluarkan buku matematika dan alat tulis, lalu mengerjakan tugas dalam diam. Ada dua halaman yang harus aku selesaikan. Saat selesai dengan tugasku dan membereskannya kembali ke ransel, dia masih berkutat dengan handphonenya. Aku melirik jam di lengan, pukul 16.42.

Baiklah. Ini sudah terlalu lama.

"Lain kali taruh hape kamu di kantong. Pakai mode getar, jadi tau kalau ada chat masuk." ujarnya. Tepat saat aku akan bertanya kapan dia akan membuka suara, tapi tatapannya masih tertuju pada handphonenya.

Aku mengeluarkan handphoneku dan mengubah pengaturan ke mode getar, "Done. Anything else (Udah. Ada lagi)?"

"Jam istirahat besok aku ke kelas kamu." ujarnya. Kali ini sambil menatap mataku. Entah bagaimana kekesalan di matanya selama perjalanan pulang kami tadi menghilang tanpa sisa.

"Okay."

"Ada yang mau kamu tanya?" dia tiba-tiba bertanya, yang mengingatkanku pada beberapa informasi tentangnya yang kudapat hari ini.

"Kamu siapa sih?" aku bertanya seolah baru saja mengulang sebuah pertanyaan lama. Bertahun lalu.

"Bukannya pertanyaan kamu aneh?"

"Ga juga. Siapa yang punya cukup pengaruh buat bikin parkiran sepeda dadakan? Bukannya itu aneh? Malah ada yang nanya apa kita ke sekolah naik mobil kamu. Mobil kamu, Astro?"

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-

Next chapter