28 Jodoh

Aku masih melanjutkan rekap data ke laptop saat melihat Mayang datang. Aku segera menyimpan semua data dan mematikan laptop, lalu beranjak meninggalkan meja. Kemudian mengunci ruangan dari luar dan menghampirinya.

"May," aku menyapa Mayang sambil memeluknya dan mengajaknya duduk di sofa dekat kasir. "Kok cemberut sih?"

"Kangen pengen main bareng lagi, tapi aku lagi sibuk nyiapin kelulusan. Kepalaku pusing."

"Ini baru bulan agustus, May. Masih bisa santai sedikit kok." ujarku yang mencoba menghiburnya.

"Ga bisa Faza. Aku harus bisa masuk ITB. Ga bisa santai-santai gitu."

Aku tersenyum mendengarnya mengeluh. Aku tahu dia akan mampu masuk kampus manapun yang dia inginkan. Mayang adalah perempuan yang cerdas sekali.

"Ini juga sebenernya aku ga bisa lama-lama. Aku ada kursus jam empat jadi cuma bisa ketemu kamu sama Denada sebentar aja."

"Hai!" suara khas Denada menyapa setelah pintu terbuka. Panjang umur sekali.

"Katanya jam setengah empat?" Mayang bertanya walau ada senyum mengembang di bibirnya.

"Sekali-sekali ga ngikutin jadwal ga pa-pa, May. Jadi aku bolos aja mumpung ada waktu ketemu kalian." ujar Denada sambil memeluk kami berdua. "Kamu sih susah banget diketemuin. Jadwal kursus ada di mana-mana."

"Kan aku prepare buat masuk ITB."

"Kamu udah pinter dari sananya tau. Ga perlu banyak-banyak ikut kursus juga bisa deh masuk ITB. Aku aja santai-santai gini kok. Kan kita ujiannya bareng nanti. Oh ya, aku bawa pizza." ujar Denada sambil mengangkat tangan dan memperlihatkan dua kardus loyang pizza.

"Mm ... yang satu boleh aku kasih ke atas?" aku bertanya pada Denada. "Ada Astro."

Denada dan Mayang saling menatap dan tersenyum. Entah kenapa, sikap mereka berdua terlihat seperti teman-teman sekelasku saat melihatku dan Astro sedang bersama.

"Boleh." ujar Denada sambil menyodorkan satu kardus loyang pizza padaku.

"Sebentar ya." ujarku sambil mengamit satu kardus loyang pizza dan membawanya ke atas. Aku mendapati Astro sedang duduk di salah satu kursi yang kusiapkan untuk karyawan beristirahat.

"Mereka udah dateng?" Astro bertanya.

"Udah. Ini Denada yang bawa." ujarku sambil menaruh pizza di meja di hadapannya.

"Bilangin makasih."

Aku hanya menggumam mengiyakan dan menawari karyawan yang bekerja di lantai ini untuk makan bersama Astro, lalu kembali bawah. Yeni dan Ira sudah bergabung bersama Mayang dan Denada saat aku sampai. Mereka sedang berkerumun dan menggigit potongan pizza di tangan masing-masing. Aku memang tak pernah merasa bahwa karyawanku harus memperlakukanku berbeda. Aku selalu menganggap mereka sebagai partner kerja, maka aku tak menganggap hal itu sebagai sebuah masalah.

"Astro bilang makasih." ujarku sambil duduk di antara mereka dan mengamit sepotong pizza.

"Kalian berdua jadian sekarang?" Denada bertanya dengan senyum lebar.

Aku menggeleng dan disambut dengan suara lenguhan kecewa.

"Kenapa belum jadian?"

"Pertanyaan seharusnya adalah kenapa semua orang nanya itu?" aku bertanya karena aku benar-benar tak mengerti.

"Both of you hanging around together for years, Za (Kalian ke mana-mana berdua bertahun-tahun ini, Za). Harusnya itu bukan pertanyaan yang bikin kamu kaget."

"Aku ga kaget. Aku cuma ga pernah mikir sampai di tahap itu."

Denada tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala, "Kalau gitu, pasti ada yang lain."

"Apanya yang lain?"

"Ada cowok yang deketin kamu?" Denada bertanya, yang seketika mengingatkanku pada Zen.

Aku hanya menaikkan bahu karena enggan menjawab. Zen memang baik sekali, walau pertanyaan pertamanya untukku memang tidak lazim. Bagaimana mungkin dia bisa begitu saja bertanya apakah aku sudah memiliki kekasih atau belum?

"Udah deh, ga usah pacaran. Buang waktu tau. Mending belajar yang rajin demi masa depan dan cita-cita." ujar Mayang dan solusinya terdengar bagus untukku.

"Tapi Mbak Faza emang cocok sama mas Astro." entah dari mana tiba-tiba Ira memberikan pendapat. "Kita seneng liatnya."

"Iya, kayak keliatan jodoh gitu." Yeni menimpali.

"Jodoh ya?" aku bertanya walau merasa tak percaya kata itu mampu keluar dari karyawanku sendiri, tapi aku memiliki definisi lain yang lebih luas tentang kata itu. "Aku ketemu kalian juga jodoh. Punya sahabat dan karyawan yang baik, yang bisa ngerti aku, bisa melengkapi kekuranganku. Kita jodoh, kalian tau?"

"Bener tuh, aku setuju. Jodoh tuh bukan cuma soal pacar. Lagian pacaran bisa putus kan? Kalau udah putus nanti malu bilang jodoh lagi." ujar Mayang yang menjelaskan dengan cerdas.

"Iya deh. Prinsip jomblo emang beda." ujar Denada yang terlihat tak berminat.

"Bukan jomblo, tapi single. Pacaran atau ga kan pilihan." ujar Mayang membela diri.

"Aku setuju." ujarku untuk memberikan dukungan pada Mayang.

"Baiklah para wanita single, kapan kita main bareng lagi? Nginep di rumahku yuk. Nanti aku minta nanny Aster bikin gyoza. Aku punya kebun hidroponik di atap loh. Nanti kalian bisa bantu aku panen." ujar Denada.

Percakapan kami mulai melantur ke sana kemari hingga memutuskan akan menginap di rumah Denada tiga minggu lagi sebelum Mayang berpamitan untuk pergi ke tempat kursusnya. Denada memutuskan pergi bersamanya dengan alasan tak ingin menggangguku dan Astro.

Aku membereskan sisa-sisa kunjungan mereka sesaat setelahnya, tepat saat Astro berjalan menuruni tangga. Ada senyum di bibirnya yang membuat beberapa pelanggan menatapnya terpesona.

"Ka, bisa bawa mobil, kan?" Astro bertanya pada Deka yang baru saja melangkah masuk.

"Bisa, Mas."

"Tolong ambilin mobilku di blok B depan kantor ekspedisi. Kalau kamu liat ada dua perempuan yang keliatan aneh, panggil aja satpam." ujar Astro sambil menyodorkan kunci pada Deka. Deka hanya mengangguk dan segera berlalu.

Aku kembali berjalan masuk ke ruanganku. Diikuti Astro yang masih memasang senyum lebar di wajahnya. Dia menatapku lama sekali, yang membuatku merasa canggung dengan diriku sendiri.

"Kamu kenapa?" aku bertanya.

"Aku denger semua obrolan kalian."

"Trus?"

"Aku seneng."

"Bagian mana dari obrolan anak perempuan yang bikin kamu seneng?" aku bertanya sambil menatapnya tak percaya.

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Mau dinner? Kita bisa makan steak. Aku yang traktir."

Aku masih terheran-heran dengan sikapnya hingga tak tahu harus menjawab bagaimana.

"Aku anggep diem kamu sebagai jawaban iya."

"Sebentar. Beneran mau ... dinner?" aku bertanya sambil membereskan meja. Entah kenapa aku merasa aneh menggunakan kata itu.

"Iya, kita dinner. Berdua. Aku yang traktir."

"Do you have any idea how it sounds like (Kamu tau ga kamu kedengeran kayak ngomong apa)?"

"How (Gimana)?"

"Kayak kamu lagi ngajakin aku kencan atau semacamnya."

"Kamu ga mau kencan sama aku?"

"I didn't say that (Aku ga bilang begitu)."

"Trus masalahnya apa?" Astro bertanya, tapi pertanyaan darinya membuatku merasa bodoh dengan diriku sendiri. Bagaimana pula aku harus menjelaskannya?

"Mas, mobilnya udah di depan ya." ujar Deka sambil berdiri di depan pintu ruanganku yang terbuka, pasti Astro lupa menutupnya. "Ini kuncinya."

"Thank you." ujar Astro pada Deka, yang segera berlalu.

Entah bagaimana, mungkin sikap bodohku yang tiba-tiba muncul itu berhasil dimanfaatkan olehnya. Dia menggiringku keluar dari ruangan, lalu menguncinya. Seketika kami sudah berkendara di dalam mobil dan aku sama sekali tak tahu akan dibawa ke mana.

=======

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte

Novel ini TIDAK DICETAK.

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!

Regards,

-nou-

avataravatar
Next chapter