webnovel

PENGETAHUAN REMAJA ZAMAN SEKARANG

Pagi hari telah tiba diikuti matahari yang terbit dari barat, sinar begitu terang menerangi satu bangunan apartemen hingga cahayanya menembus setiap jendela, bahkan salah satu ruang yang dihuni oleh dua orang terkena sinarnya.ibu lagi memasak untuk hidangan sarapan, diatas ada dinding menempel jam dinding yang sekarang menunjukkan jam 7 pagi, melihat waktu dari jam dinding membuat ibu mematikan kompor karena ingat sesuatu.

Didalam kamar sempit terdapat pemuda yang masih tertidur diatas ranjang, suara yang cukup keras memecah telinga dan membangunkan kesadaran.

"Reza, Reza…." Ibu berusaha membangunkan anaknya yang masih tertidur pulas, tangan kanannya juga mendorong pundaknya untuk membangunkannya.

Reza akhirnya membuka matanya, dan sebenarnya suara keras sudah cukup membangunkannya.

"Za ayo bangun, kamu sudah terlambat kerja." Kata ibu.

"Ibu….. jam berapa sekarang?" tanya Reza begitu bangun dan melihat wajah ibu yang tegang.

"Sekarang Jam 7 Reza."

Mendengar kalimat barusan, matanya mencari-cari jam digital yang seharusnya membangunkan jam 4 pagi dan ternyata benda itu tergeletak diatas lantai, Reza menjulurkan tangan untuk mengambil jam digital itu, lalu dia melihat waktu menunjukkan pukul jam 7 pagi. Reza sadar hari ini adalah hari pertama kerja, dan sekarang ini dia terlambat kerja.

Tanpa berkata lagi Reza langsung beranjak dari kasur, dia mendekati lemari baju untuk mengambil pakaian ganti setelah itu dia berlari menuju kamar mandi.

Keluar kamar mandi Reza bisa mencium bau aroma makanan, di ruang tamu hidangan sudah siap diatas lantai, menu hidangannya cukup sup dan nasi. Reza bersila mengikuti ibu, sejenak mereka makan bersama.

"Za, dijalan nanti jangan ngebut ya." Kata ibu menasihati karena sadar anaknya sekarang terlambat kerja, dia takut karena terlambat kerja Reza bakal mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

"Tenang ibu, aku taat peraturan." Kata Reza sambil mengambil hidangan. Begitu makannya selesai dia pamit kepada ibu untuk berangkat kerja.

"Aku pamit ya bu." Kata Reza sambil mencium tangan ibunya.

"Hati-hati ya nak, semoga sukses hari pertama kerjamu." Kata ibu.

Saat itu juga Reza berlari keluar menuju parkiran motor sambil membawa tas.

1.

Pagi hari seperti biasa di kota Jakarta selalu terjadi macet dimana-mana, kemacetan ini membuat Reza membutuhkan 1 jam hingga tiba di perusahaan. Sesampainya disana Reza secepatnya berlari menuju kantor dan menemukan kedua temannya menunggu kehadirannya. Dimas dan Dafa telah datang tepat waktu dan siap pergi hanya saja Reza sendiri belum hadir, pada akhirnya Reza tiba dengan membuka cukup keras.

"Maaf aku telat." Kata Reza begitu masuk kantor dan melihat kedua temannya sudah hadir.

"Hari ini adalah hari pertamamu kerja-kan?" tanya Dafa.

"Iya." Kata Reza sambil menggaruk kepala.

"Seharusnya hari pertama kerja itu jangan telat, tetapi beruntunglah kamu hari karena kantor pemerintah yang akan kita datangi masih debat."

"Hah, debat?"

Dafa mengingatkan kembali tugas mereka hari ini adalah mencari berita tentang hasil sidang anggota menteri yang terkena kasus korupsi di kantor KPK. Kemarin malam di Gedung KPK terjadi pengadilan terhadap anggota menteri yang dituduh korupsi, hingga pagi

"Jadi percuma tunggu lama-lama disana karena anggota KPK melanjutkan pengadilan gelombang kedua." Kata Dafa.

"Baguslah kalau Reza sudah datang." Kali ini Dimas membuka suara. "Sebaiknya kita menulis pertanyaan wawancara kita."

"Wawancara sudah aku buat semua." Kata Reza

Dafa dan Dimas berpikir masuk akal jika Reza membuat pertanyaan wawancara dari awal karena Reza sendiri yang akan menjadi pewawancara sedangkan mereka berdua seorang publikasi. Akhirnya mereka bertiga memutuskan pergi menuju Gedung KPK dan menunggu di warung terdekat. Ketiga wartawan itu bersama menaiki mobil, sebisa mungkin Dimas yang dibelakang kemudi menghindari kemacetan.

2.

Gedung KPK hari ini ramai akan wartawan dari berbagai macam perusahaan pembawa berita. Penjaga yang menjaga gedung berdiri didepan pintu masuk, Reza beserta rombongannya tiba begitu penjaga membukakan pintu untuk anggota pegawai menteri yang hendak keluar, mereka berlari begitu wartawan lain mencoba mendekati narasumber.

Reza yang membawa catatan dan perekam suara sama sekali tidak bisa mendekat karena beberapa wartawan lain yang membelakanginya, sedangkan Dimas dan Dafa masih bisa diuntungkan karena mereka masih bisa memotret dan merekam dari jauh.

Pegawai menteri yang hendak keluar hanya menjawab lima pertanyaan dari lima wartawan secara acak, mereka dikawal oleh penjaga hingga masuk kendaraan pribadi.

Setelah pegawai menteri itu menghilang ketiga wartawan itu kembali ke warung yang mereka tempati sebelumnya. Disitu mencoba mengumpulkan semua gagasan yang didapat, Reza tidak berhasil menanyakan kepada pegawai menteri namun dia berhasil mengumpulkan jawaban dari pertanyaan wartawan lain. Selain itu Reza mengajukan ide untuk kembali mengumpulkan tanggapan dari masyarakat sekitar.

"Kamu sudah siapkan pertanyaan lagi?" tanya Dimas.

"Sudah, khusus masyarakat sekitar." Kata Reza.

"Menurutku sih itu bagus untuk menambah informasi, Dafa menurutmu gimana?"

"Aku juga berpikir itu ide yang bagus." Kata Dafa.

Ketiganya kembali beranjak dari tempat untuk mencari narasumber, mereka berpikir cukup mencari narasumber daerah sekitar sini.

Tanggapan narasumber pertama adalah seorang bapak berusia sekitar 40 tahun yang sedang membaca koran. "Tanggapan saya sebaiknya kita tunggu nanti bagaimana kinerja kpk untuk menangani ini selanjutnya. Tapi yang pasti saya tetap mendukung semua upaya-upaya pemberantasan korupsi."

Tanggapan narasumber kedua adalah seorang tukang becak yang lagi istirahat. "Pejabat seharusnya mementingkan rakyatnya daripada diri sendiri."

Dua narasumber barusan berasal dari orang dewasa, Reza kali ini mengincar narasumber yang usia lebih mudah.

Narasumber ketiga adalah siswa remaja yang lagi rokokan. "Waduh mas gak ngerti, saya gak ngikutin yang begituan."

Reza merasa tersinggung setelah mendengar tanggapan barusan, dia kembali mencari narasumber selanjutnya, narasumber keempat adalah salah satu dari sekelompok remaja yang lagi minum-minum "Ah biarin mas, kita-kan bukan pejabat dan masalah korupsi itu bukan urusan kita, yang penting kita senang-senang."

Kembali Reza tersinggung karena merasa dia telah diberi tanggapan yang sama. Setelah informasi untuk bahan berita dirasa cukup, mereka kembali perjalanan ke kantor. Didalam mobil Dafa yang duduk didepan melihat Reza dibelakang dengan wajah murung.

"Za, kamu kenapa?" tanya Dafa. "Mukamu kelihatan suram gitu."

"Aku baik-baik saja." Kata Reza, sebenarnya ada pemikiran dalam benaknya. Selama diperjalanan Reza tidak mengatakan akan apapun kecuali merangkum hasil wawancara.

3.

Beberapa hari kemudian ditengah siang hari yang cerah. Reza, Dafa, dan Dimasdiberi tugas mencari berita mengenai para aktivis yang mencari penggalangan dana bencana di Lombok. Mereka mewawancarai para penggalang dana yang mencari sumbangan di tikungan lampu lalu lintas.

"Terima kasih mas telah meluangkan waktu buat kami.' Kata Reza diakhir wawancara.

"Sama-sama mas."

Dafa dan Dimas hendak mencari makan namun Reza menahannya, dia mengajak mereka untuk mencari narasumber lain, keduanya hanya menuruti pemikiran Reza.

Narasumber pertama adalah seorang ustad yang hendak melewat. "Tentu mas kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk membantu saudara kita yang kesusahan, saya sangat antusias dengan penggalangan dana tersebut."

Narasumber kedua adalah seorang remaja yang sedari tadi bermain hp di parkiran. "Lho di Lombok ada gempa barusan tahu saya, biarinlah pemerintah yang urus."

Melihat cara bicara pemuda barusan membuat Reza jengkel, seenaknya orang didepan mengakui tidak mendengar ada berita gempa. Pikir Reza buat apa hp selalu dipegang jika tidak digunakan untuk melihat berita dan seenaknya dia bilang mengandalkan pemerintah.

"Tanggapan mas bagaimana tentang penggalangan dana….."

"Males gua keluarin uang, mending gua pakai jajan." Kata remaja itu memotong.

Reza kembali mencari narasumber dengan amarah, Dafa dan Dimas melihat perubahan sikapnya.

Narasumber ketiga adalah seorang remaja yang baru keluar dari warnet. "Wah itu sih urusan pemerintah bukan saya."

"Mengenai penggalangan dana menurut mas bagaimana?"

"Ah kurang kerjaan itu mas, males nyumbang. Mending uang gua pakai main."

4.

Di ruang kerja Reza menulis artikel ditemani segelas air disampingnya. Dimas masuk kedalam melihat sahabatnya kerja dengan wajah murung.

"Za, kamu kenapa?" Kata Dimas memahami masalahnya.

"Baik-baik saja kok. Dafa mana?"

"Keluar ada urusan." Dimas mencari kalimat sebelum melanjutkan. "Ngomong dong kalau ada masalah, mukamu suram daritadi."

"Pikiranku lagi tidak enak setelah beberapa hari kita cari berita." Kata Reza. "Ternyata pemuda zaman sekarang tidak kenal politik dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mereka punya hp bagus tetapi tidak digunakan untuk lihat berita."

"Ya…. namanya juga remaja zaman now." Kata Dimas, dia bisa merasakan temannya punya nasionalisme yang sangat tinggi.

"Tetapi anak muda itu harus mengikuti perkembangan Indonesia dari politik dan masyarakat."

Kesimpulan: dengan semakin dunia teknologi bila tidak diimbangi dengan kesadaran diri sendiri, maka pemuda Indonesia tidak bisa dibilang sebagai penerus generasi.