webnovel

Keluarga Baru Erza

"Kalau begitu apa Anda kenal ayahku? Nama lengkapnya Kresna Sastranegara." Hati Erza juga penuh harap.

"Aku belum pernah mendengar tentang ini, tapi aku bisa memeriksanya untukmu." Tubuh Pak Lukman bergetar sedikit, tetapi kemudian dia menenangkan ekspresinya.

"Terima kasih, Pak Lukman." Meskipun Erza merasa bahwa Pak Lukman pasti tahu sesuatu tentang ayahnya, tapi dia tidak bertanya lagi.

"Tidak masalah. Kamu telah menyelamatkan hidupku. Ini hanyalah hal kecil." Pak Lukman berkata dengan sangat yakin.

Erza berbicara dengan Pak Lukman sebentar, tetapi itu hanya obrolan kecil. Selama itu, Erza juga berusaha untuk menanyakan tentang ayah atau kakeknya, tetapi ekspresi Pak Lukman sangat tenang. Dia hanya mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. Namun, Erza kini mulai ragu. Mungkin saja Pak Lukman benar-benar tidak tahu.

"Kalian semua ingat, Erza telah menyelamatkan aku hari ini. Semua orang di keluarga ini berutang budi kepadanya, mengerti?" Setelah keduanya mengobrol sebentar, Pak Lukman juga keluar. Dia memasang ekspresi bahagia di wajahnya, dan berkata kepada semua orang.

"Jangan khawatir, keluarga kami pasti akan selalu membantumu mulai sekarang, Erza. Oh, iya, bagaimana kalau kita makan dulu?" Saat ini, Pak Tanoto, anak Pak Lukman, berjalan ke arah Erza. Erza telah menyelamatkan Pak Lukman, jadi kini Pak Tanoto sangat mengagumi Erza. Dengan kemampuan Erza yang luar biasa, di dalam hati Pak Tanoto, dia juga ingin memberi yang terbaik bagi Erza.

"Ya, Erza. Ayo makan bersama, pasti menyenangkan." Hasan sangat gembira sekarang.

"Tapi aku harus pergi bekerja. Bisakah diubah di lain hari?" Erza sedikit sungkan saat memikirkan sudah berapa hari dia tidak bekerja. Meskipun Lana tidak marah, dia tidak ingin mempermalukan Lana.

"Erza, tidak apa-apa. Aku akan meminta izin untukmu. Beritahu aku apa nama perusahaan tempatmu bekerja." Hasan berkata dengan cepat. Dapat dikatakan bahwa kini Hasan sangat menyukai Erza.

"Lupakan, karena semua orang sangat mengharapkanku untuk ikut makan bersama, aku tidak bisa menolak." Erza terkekeh.

Setelah berbicara, Erza, Widuri, dan semua keluarga Pak Lukman keluar dari rumah satu demi satu. Mereka langsung masuk ke beberapa kendaraan militer. Erza masih kaget dengan ini. Keluarga ini memang sangat makmur.

Mereka menuju ke Hotel Mahkota di pusat Kota Semarang. Hotel Mahkota adalah hotel bintang lima yang sangat mewah.

"Selamat datang." Hasan baru saja masuk. Manajer hotel itu berlari dengan cepat untuk menyambut rombongan keluarga Pak Lukman dengan ekspresi hormat di wajahnya.

"Aku ingin mereservasi lantai dua belas untuk menjamu tamu." Pak Lukman berkata dengan lantang.

"Tapi Pak Lukman, Anda hanya memiliki hak untuk menggunakan lantai dua belas tiga kali dalam setahun." Manajer hotel itu terkejut sesaat. Kemudian, dia memandang Erza yang berada di samping Hasan. Dia menjadi lebih terkejut. Hal ini membuat Erza sedikit bingung dan tidak tahu apa yang terjadi.

"Ini tamu terhormat. Cepat persiapkan lantai dua belas untukku," perintah Pak Lukman pada manajer hotel itu.

"B-baiklah, pak." Manajer hotel segera berlari untuk menyiapkan lantai dua belas.

"Hasan, ada apa di lantai dua belas?" Erza cukup penasaran tentang ini.

"Dekorasi di lantai dua belas Hotel Mahkota sangat mewah. Lantai itu juga hanya bisa dipesan oleh tamu VIP. Ayo naik." Hasan menjelaskan dengan senyum lebar di wajahnya.

Setelah mendengar penjelasan Hasan, Erza juga menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia berpikir bahwa masyarakat memang terbagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan harta, dan keluarga Pak Lukman mungkin ada di tingkatan teratas. Erza sangat penasaran seperti apa lantai dua belas hotel itu. Seorang pelayan pun mengantar mereka ke lantai dua belas.

Saat baru saja memasuki bagian luar lantai dua belas, Erza tertegun. Dekorasi di sana tampak dilapisi dengan emas yang membuatnya berkilauan. Ada delapan pilar yang tampak megah dan luar biasa, seperti istana kerajaan. Di saat Erza masih merasa terpesona, sang pelayan membuka pintu perlahan.

Saat pintu terbuka, Erza benar-benar terpana lagi. Di mana-mana berkilau. Erza juga melihat dengan jelas bahwa banyak dekorasi di sini yang memang terbuat dari emas. Dia tidak percaya ada hotel semewah ini di Kota Semarang.

"Bagaimana?" Hasan mengedipkan mata pada Erza.

"Ayo makan." Erza malas untuk terlalu memedulikannya.

Selama makan, sikap keluarga Pak Lukman terhadap Erza cukup baik. Beberapa orang terus mengajaknya bersulang hingga membuat Erza minum terlalu banyak.

"Erza, bagaimana kalau kita pergi dan bersenang-senang sebentar?" Tiba-tiba Hasan berbisik kepada Erza. Senyumnya tampak sedikit mencurigakan ketika dia berbicara.

"Lupakan, aku tidak tertarik dengan itu." Erza tahu betul apa yang hendak dilakukan Hasan.

"Erza, kamu tidak suka laki-laki, 'kan?" Hasan terkejut.

"Aku punya istri, jadi jangan menjerumuskanku." Erza berkata yang sebenarnya.

"Hah? Erza, apakah kamu benar-benar punya istri? Benarkah?" Suara Hasan sangat keras yang membuat orang-orang yang sedang makan terkejut. Kini semua orang memandang Erza. Bagaimanapun, usia Erza masih terlalu muda untuk menikah, jadi ini benar-benar tidak bisa dipercaya.

Widuri yang sedang makan tiba-tiba merasakan tubuhnya bergetar ketika mendengar kata-kata Erza. Wajahnya tampak dipenuhi dengan ekspresi kecewa.

"Widuri, ​​ada apa denganmu? Apakah kamu kecewa mendengar Erza sudah punya istri?" Hasan yang melihat tingkah Widuri segera bertanya.

"Tidak, Hasan, jangan bicara omong kosong." Ketika Widuri ditanya oleh Hasan, wajahnya berubah menjadi kemerahan.

Setelah memperhatikan wajah Widuri, Erza juga terkejut. Sejujurnya, Erza belum pernah melihat Widuri salah tingkah seperti itu sebelumnya. Itu membuat Erza merasa sangat aneh.

"Dengar, aku hanya bercanda. Kenapa kamu menganggapnya serius?" Hasan menatap Widuri sambil terkekeh.

"Sialan!" bentak Widuri.

"Tapi, Widuri, aku merasa aneh saat tahu bahwa Erza memiliki seorang istri. Bagaimanapun, aku tidak percaya." Hasan meluapkan pikirannya pada Widuri.

"Ayo, minum lagi." Melihat Widuri berhenti bicara, Hasan dan Erza mulai minum. Hasan sudah menganggap Erza sebagai kakaknya sendiri.

"Oke. Bersulang!" Erza juga menemukan figur seorang saudara pada diri Hasan. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia minum dengan Hasan. Setelah selesai, Hasan langsung terkapar tepat di bawah meja. Erza juga sangat mabuk dan sedang bekerja keras untuk membuat dirinya tetap sadar.

"Erza, haruskah aku mengantarmu pulang? Kamu tidak bisa mengemudi dengan baik karena minum terlalu banyak." Ketika keluar dari hotel, Widuri menghampiri Erza. Erza mengangguk. Dia masuk ke mobil sport Widuri.

"Kemana aku harus mengantarmu?" tanya Widuri.

"Ke Perusahaan HY." Erza menjawab dengan mata sayu.

"Mengapa kamu pergi ke sana?" Wajah Widuri sangat bingung.

"Tentu saja aku harus pergi bekerja," jawab Erza.

Widuri tidak menyangka Erza bekerja di perusahaan itu. Tapi Widuri tahu pasti ada cerita kenapa Erza melakukan ini. Dalam hati Widuri, dia ingin menggali semua informasi tentang Erza.

Kini mobil sport milik Widuri sudah diparkir di depan pintu Perusahaan HY. Hal tersebut menarik perhatian banyak orang. Mereka merasa kagum saat melihat mobil sport mewah di sana. Namun, ketika melihat seorang wanita cantik keluar dari kursi pengemudi, banyak dari karyawan pria yang matanya terbelalak. Apalagi wanita cantik ini punya tubuh yang sangat ideal. Tidak lama kemudian, terlihat Widuri membuka pintu untuk Erza. Setelah Erza turun dari mobil, banyak orang yang terkejut. Tentu saja mereka cemburu.

"Pantas saja dia tidak masuk kerja setiap hari. Ternyata dia sibuk bermain dengan wanita kaya." Para karyawan di sana tengah berbisik.

"Terima kasih, aku pergi kerja dulu." Meskipun Erza mendengar komentar orang-orang ini, Erza tidak terlalu peduli. Dia berpamitan dengan Widuri. Widuri mengangguk dan tersenyum.

"Erza, sebentar lagi akan ada rapat yang membahas masalahmu. Kenapa kamu bau alkohol?" Setelah masuk ke kantor, Alina datang, tetapi wajahnya tampak sedikit tidak senang.

Next chapter