webnovel

Kepulangan Farah

Setelah membangunkan Tuannya, Joe lantas keluar dan menunggu di depan mobil, ia harus selalu standby untuk Adrian.

Tak menunggu waktu lama Adrian turun dengan setelan Jas dan sudah nampak rapi, ia segera menghampiri Joe.

Joe membukakan pintu untuk Tuannya, Adrian masuk dan langsung duduk dibelakang kemudi Joe segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh.

Satu jam kemudian mereka tiba di kantor, Joe segera membukakan pintu mobil untuk Tuannya, Adrian pun keluar dan masuk melangkah kedalam kantor dengan penuh wibawa.

Joe mengikuti langkah Adrian mereka langsung naik menuju ruang rapat, setibanya di ruang rapat semua sudah menunggu Adrian, ia pun segera memimpin rapat tersebut.

Rapat berjalan dengan lancar Adrian segera kembali ke ruangannya, ia duduk di kursi kebesarannya, lalu menatap layar laptop.

"Joe, bagaimana perkembangan tentang wanita itu, kapan dia akan diperbolehkan pulang?" tanya Adrian pada Joe, ia masih saja menatap layar pada laptopnya.

"Keadaan Nona Farah sudah membaik Tuan, kemungkinan besok sudah boleh pulang kerumah," ujar Joe memberi jawaban pada Adrian.

Sebelum ia kerumah Adrian, Joe pergi ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Farah, dan ia pun menanyakan perkembangan Farah pada dokter Andre.

"Akhirnya wanita itu pulang juga, Joe minta bibi menyiapkan semua perlengkapan dan keperluan Farah, saat dia pulang pastikan semua kebutuhannya terpenuhi."

"Baik Tuan, saya permisi undur diri untuk menyiapkan semua keperluan Nona." Joe lantas meninggalkan ruangan Adrian.

Adrian fokus pada pekerjaannya, ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Farah, entah kenapa dia merasa bersemangat saat mendengar kabar kepulangan Farah.

Jam makan siang telah tiba, Adrian mengakhiri pekerjaannya, ia lantas mengambil tas kerjanya dan melangkah keluar.

"Kosongkan jadwal siang ini dan besok, saya ada urusan di luar," ucap Adrian pada sekretarisnya, ia langsung pergi keluar dari kantor.

Adrian melakukan mobilnya ke arah rumah sakit, ia berniat untuk bertemu dengan Farah, sesampainya di rumah sakit ia segera melangkah dan membawa dia bungkus bubur ayam, untuknya dan Farah, ia berniat ingin makan siang bersama dengannya.

Melihat Farah yang begitu lahap memakan bubur ayam, ia pun ingin membelikan lagi untuk Farah, namun kali ini dia juga penasaran akan rasanya.

Sesampainya didalam kamar Farah Adrian menghampiri wanita itu lalu duduk di sampingnya, tak lupa ia menyerahkan bubur ayam yang telah ia bawa.

Farah melihat ke arah Adrian, lalu mengambil bubur ayam itu membukanya dan tersenyum manis pada Adrian.

Farah turun dari ranjangnya lalu menggandeng tangan Adrian kearah sofa dan mereka duduk berdua di sana.

Farah menyiapkan bubur untuk Adrian dan menyerahkannya, sebenarnya ia takut namun ia berusaha menutupi itu dengan senyumnya, namun bukan Adrian namanya jika ia tak tahu jika Farah sedang berpura-pura berani.

Mereka pun makan siang bersama-sama dan menghabiskan bubur ayam yang dibawa Adrian.

"Bagaimana rasanya, apa kau menyukainya?" Farah memberanikan diri untuk bertanya pada Adrian.

Hem, lumayan," ucapnya sebagai jawaban namun ia terus saja memakan bubur itu hingga habis.

Farah hanya tersenyum melihat itu, ia pun langsung terdiam, Adrian mencoba untuk mengajaknya bicara agar tidak ada kecanggungan diantara keduanya.

"Besok kau sudah boleh pulang, jadi hari ini aku harap kau bersiap dan banyaklah istirahat, aku akan disini menemanimu, besok pagi kita akan keluar dari sini," sambil berbicara Adrian menatap kearah wanita itu, Farah hanya diam saja.

Berbagai fikiran berkecamuk dalam otaknya, ia takut akan penyiksaan Adrian, namun ia juga tidak bisa terus menerus di rumah sakit itu.

Pagi ini dokter Andre melakukan fisit terakhir untuk Farah, ia memeriksa kondisi Farah memastikan wanita itu baik-baik saja sebelum pulang meninggalkan rumah sakit.

"Tenanglah, aku tau kau khawatir dia tak akan menyakitimu lagi, maukah kau dengar saranku?" Dokter Andre menatap wanita itu, Farah hanya mengerutkan keningnya.

"Buatlah dia jatuh cinta padamu, turuti apapun keinginannya, dia akan luluh aku yakin itu, sementara waktu aku akan membantumu menyelidiki kecelakaan Vania."

Farah bingung bagaimana dia bisa membuat Adrian jatuh cinta padanya selama ini dia tak pernah dekat dengan laki-laki manapun, namin ia tetap tersenyum sebagai jawabannya.

"Aku yakin kau bisa Farah," ucap dokter Andre menyemangati Farah.

Ia lalu keluar dari ruangan Farah dan menemui Adrian memberitahu bahwa Farah siap untuk pulang.

Adrian membayar semua biaya administrasi lalu ia pergi keruangan Farah, saat ia membuka pintu, Adrian melihat Farah sedang mengemasi barang-barangnya.

Adrian menghampiri Farah dan membantu ia berkemas, memasukkan semua pakaian kedalam tas kecil.

Farah lantas ke kamar mandi mengganti pakaiannya, tak butuh waktu lama ia pun keluar dengan setelan dres berwarna pink, rambut panjangnya dia gerai begitu saja.

Joe datang, Adrian meminta Joe membawa barang-barang Farah ke mobil, Adrian lantas mengajak Farah untuk pulang, mereka pun jalan bersama menuju mobil.

Disinilah mereka sekarang berada di dalam mobil, suasananya begitu canggung, tak ada satupun yang bersuara diantara mereka.

Ehem ... maaf Tuan, apa kita langsung pulang?" Joe memecah keheningan dengan bertanya pada Adrian.

Adrian lantas menoleh ke arah Farah dan bertanya, "Apa kau butuh sesuatu untuk dibeli?"

Farah hanya menggelengkan kepalanya saja, sebagai jawabannya.

"Kita langsung pulang saja Joe," ucap Adrian memberi perintah kepada Joe.

Joe lantas mengemudikan mobilnya kearah kediaman Adrian, sesampainya disana Adrian mengajak Farah langsung masuk kerumah itu.

Saat memasuki rumah, Farah begitu tegang kilas balik semua kejadian saat Adrian dan orang-orang yang menyiksa Farah mulai menghantui dirinya kembali.

Adrian yang tau langsung memeluk Farah, mencoba meyakinkannya untuk ia tak takut lagi.

Adrian membawa Farah kekamarnya untuk beristirahat disana, ia memberikan obat kepada Farah agar ia bisa beristirahat.

Walaupun pengobatannya sudah selesai dan di nyatakan sembuh namun jika ia berada ditempat yang sama rasa takutnya akan timbul dengan sendirinya.

Dokter Andre sudah memberikan resep kepada Adrian agar saat ketakutannya muncul ia bisa memberikan obat itu kepada Farah.

Karena pengaruh obat Farah akhirnya terlelap Adrian menatap wanita itu saat ia tertidur.

"Maafkan aku, kerena telah menyiksamu selama ini hingga kau harus mengalami trauma yang seberat ini." tanpa sadar ia berucap kata seperti itu.

Dalam hatinya ia tak ingin melakukan kekerasan pada wanita, namun rasa bencinya membutakannya.

Ia selalu terbayang akan perkataan Vania tentang Farah, andai kecelakaan itu tak pernah terjadi, mungkin ia tak perlu menyiksa Farah hingga seperti ini.

Adrian melangkahkan kaki keluar kekamarnya, ia menuju dapur mengambil minuman dingin, ia lantas meminta bibi untuk memasakkan menu makanan sehat untuk Farah dan memastikan wanita itu baik-baik saja.

Adrian melangkahkan kaki ke ruang kerjanya, mencoba untuk menenangkan fikirannya.