4 SAMPAI DI TEPI SUNGAI

Di episode yang lalu.

Ketika pendekar bertopeng baru saja menyelesaikan pengobatannya, tiba-tiba seseorang ingin menyerangnya.

Liu yang hadir di sana pun melihat orang itu. Dia mengenali wajahnya, Liu memanggilnya dengan nama Chen Min.

***

"Hei Chen Min, tunggu kau! Jangan lari seperti pengecut! Jika berani, ayo kita berduel satu lawan satu di tempat ini!" 

Tantangan duel dari Liu yang berteriak di belakang. Sedangkan pria muda yang bernama Chen Min itu melayang cepat di depan.

Sesekali Chen Min menoleh kebelakang hanya untuk memastikan posisi dirinya telah jauh dari Liu yang sejak tadi terus saja mengejar dirinya.

"Jika kau berani maka kejar aku dan tanggkap aku!" 

Chen Min berbalik menantang Liu. Dia melihat kebelakang dengan raut wajahnya yang tersenyum seakan meledek kepada Liu, dan sambil berayun dari satu batang bambu ke batang bambu yang lain.

 

Ssst... Ssst…

Liu pun tidak mau kalah dari si pecundang Chen Min  itu. Liu terus mempijaki batang-batang bambu di sana untuk bisa mengejar Chen Min.

Kedua kaki Liu terus berayun kesana kemari seperti seekor tupai yang meloncati setiap dahan-dahan pohon.

Di udara kedua orang yang sakti ini saling bertarung, menunjukan kebolehan mereka masing-masing.

Liu mengejar Chen Min terus menerus tanpa henti walau melayang di udara, dan sedangkan Chen Min mencoba untuk berlari menjauhi Liu yang ada di belakangnya.

Namun, ketika mereka yang sedang sibuk pertarung tanpa gaya gravitasi itu. Tibalah Pendekar bertopeng di lokasi tersebut.

Dia baru tiba di hutan bambu, dengan kondisi pohon-pohon bambu yang  telah hancur lebur. Dengan kondisi kacau balau itu membuat dirinya terkejut bukan main.

"Apa yang telah terjadi di tempat ini?"

Tangan kanannya menggenggam sebongkah debu yang telah tersebar di tanah itu.

 "Siapa yang telah melakukam ini?" Dia terheran-heran, sebab diia tahu dengan jelas bahwa di sini adalah surganya pohon-pohon bambu yang tumbuh lebat.

Namun, kini sebagian dari tanaman icon kota tersebut telah menghilang melebur menjadi debu tidak berbekas, atau istilah lainnya Sebagian dari hutan ini telah menggundul.

Pendekar ini terdiam untuk sejenak. Dia paham bahwa yang melakukan ini bukanlah orang biasa. Pasti dalang dari penyerangan di pasar dengan kejadian yang ada di hutan orang yang sama. Pikirnya.

Sebab dari beberapa tumpukan demu dirinya menemukam jarum yang serupa dengan yang ada di pasar tadi.

Diambil salah satu jarum tersebut, dan ternyata memang benar ini jarum yang sama. Pikir pendekar bertopeng di sana.

"Kemana kau pergi?" 

Pendekar bertopeng memandang serius keseluruh penjuru.

Hub ….

Dia meloncat keatas lalu. 

Ssst …

 

Melayang-layang ringan di awang dan melesat mengejar seseorang yang ingin dirinya beri pelajaran itu.

***

Di lain tempat. Tepi sungai di pinggir hutan, tetapi masih jauh dari pemukiman penduduk.

Di tempat itu dengan hamparan ilalang yang tumbuh menjulang tinggi, dan angin tepi sungai yang menghembus kencang.

Liu dan Chen Min berdiri saling berhadapan, tatapan keduanya begitu tajam dan sangat serius. Terlihat di antara keduanya saling menaruh dendam satu sama lain.

"Hei Chen Min!" kata Liu sangat keras. 

"Di mana lagi jarum beracunmu itu?" tantang Liu tanpa takut.

 

Dia meminta kepada Chen Min untuk mengeluarkan jarum-jarum beracunnya kembali,

Liu berlagak sombong di depan Chen Min, yang hanya sebatas ahli dalam racun saja.

"Jadi hanya itu jarum beracun yang kau miliki? Cih, tentu jarum-jarum payahmu itu tidak akan bisa melukai tubuhku," kembali Liu berlagak angkuh.

"Kau Liu!" sungut Chen Min teramat marah sampai-sampai jari telunjuknya itu mengacung kedepan.

 "Beraninya kau menantangku. Siapa dirmu yang berani berlagak sombong di depanku?" kata Chen Min sambil membulatkan kedua matanya.

"Kau bukanlah yang terhebat. Dirimu hanya seorang penjilat yang tidak mau," ejeknya. 

Menghina dan mencibir Liu, sampai pemuda itu mengepalkan kedua tanganny.

Liu memandang wajah Chen Min kesal. Lalu, Liu juga suah mengambil ancang-ancang dalam posisi siap. 

Kuda-kuda telah dipasang walau tanpa senjata. Namun, dirinya yakin bahwa Ia dapat mengalahkan Chen Min itu dengan tangan kosong.

"Jadi kau menantangku, Ya," kesal Chen Min menerima tantangan dari Liu.

 "Baiklah. Terima ini." Chen Min tentu tidak akan takut dengan gertakan kecil Liu.

Ssst ….

 Tiba-tiba bermunculan beberapa jarum dari jari jemarinya.

Hhh... 

Setelah terkumpul, jarum-jarum itu dengan cepat dilempar kepada Liu yang berdiri disana.

 Betapa kencangnya hembusan angin, jarum-jarum itu melesat cepat dan akan siap menghancurkan tubuh Liu.

Liu telah siap di posisinya. Akan tetapi ….

Cling …. Cling, cling ….

Sebuah pedang mengayun lalu mengarahkan semua jarum-jarum tersebut ke arah lain lebih tepatnya jatuh ke dalam sungai.

Itu ayunan kedua pedagang dari pendekar bertopeng. pedang-pedang tersebut mengayun cepat membalikan serangan Chen Min.

  Dwaaarrrr ….

Suara ledakan kencang pun terdengar diri dalam sungai.

Burrrr ….

Air sungai meluap keudara akibat ledakan tersebut. Seperti hujan di siang hari, air sungai ini keluar membasahi bumi.

"Pendekar bertopeng," sebut Liu tepat berdiri di belakangnya. Pakaiannya pun basah akibat semburan air sungai yang terkena ledakan itu.

Ini akibat dari jarum-jarum beracun yang dimiliki Chen Min tersebut.

Suara panggilan itu terdengar di telinganya. Pendekar bertopeng itu menolehkan sedikit wajahnya kebelakang untuk melirik seseorang yang telah menyebut namanya tadi.

"Hei Kau!" panggil Pendekar bertopeng kedepan setelah melirik kebelakang. 

"Ini pasti berbuatan dirimu. Pasti kau yang telah menyerang masyarakat di kerajaan ini dengan racun murahanmu itu! Jujur!" tunjuknya sangat kesal

Setelah mencari beberapa bulan terakhir, akhirnya pendekar bertopeng itu dapat memandang langsung seseorang yang selama ini meresahkan masyarakat.

"Hei!" Chen Min menjawab kesal, lihat saja telunjuknya sampai mengacung kedepan. 

Mungkin Chen Min tidak terima bahwa jarum-jarumnya dianggap murahan.

"Kau berkata apa tadi? Jarum beracunku murahan? Jaga bicaramu itu," dengua Chen Min berteriak keras pada Pendekar yang mengenakan topeng tersebut.

  "Kau tidak tahu siapa aku ini?.Aku adalah Chen Min Sang ahli Racun," imbuhnya menyombongkan diri.

Hahaha …. Dan ditutup dengan tertawa lebar.

"Masih bisa kau tertawa," cuap serius sang pendekar tanpa nama itu.

 Telinganya terasa panas ketika mendengar perkataan itu, dan kemarahannya pula hampir mencapai pada puncaknya.

Sebab dirinya tidak suka dengan seseorang yang sangat menyombongkan diri, seperti Chen Min itu.

Tidak ingin ada lagi sampah masyarakat di kerajaan ini, pendekar bertopeng mulai menggeram kedua tangannya dan mengeratkan pegangannya pada kedua kepala pedang miliknya.

"Siapa pun namamu itu, aku tidak peduli. Kau tetaplah sampah masyarakat yang harus dihilangkan dari dunia ini." Dia mempertagas ungkapannya.

Bukan main-main. Dirinya tidak pernah meleset jika berurusan dengan membunuh seseorang.

 "Terima seranganku ini!" teriaknya.

 Yaaaaaa!!!!!!! 

Apa yang terjadi?

Bagaimana nasib Chen Min di tangan pendekar bertopeng itu?

avataravatar
Next chapter