16 PERKENALAN DIRI

Di episode sebelumnya.

Shangkuan Yun menyamar sebagai sosok berpakaian hitam dan disertai dengan cadar tipis berwarna senada. Dia sengaja menyamar untuk memberi serangan diam-diam terhadap Zhuge Liying dan temannya yang bernama Yue Yi.

Sayang. Rupanya jurus yang Zhuge Liying miliki melebihi ekpektasi dari Shangkuan Yun. Dari kelincahan Zhuge Liying mengayunkan pedang sudah terlihat, dia sangat mahir.

Shangkuan Yun harus mengakui bahwa Zhuge Liying memang pendekar hebat, meski dirinya tidak tahu dengan jelas darimana asal Zhuge Liying. Namun, Shangkuan Yun mengenal salah satu pedang yang ada di tangan Zhuge Liying.

****

POV Zhuge Liying.

Tidakku sangka aku berjumpa dengan Shangkuan Yun untuk yang kedua kalinya di tempat ini. Dia laki-laki dewasa yang berjubahkan sutra yang kutemui malam itu.

Malam di mana aku yang tidak sengaja datang ke kedimannya, tetapi dipertemuan kali ini dia ingin Apa? Untuk Apa dia menemuiku dengan menyamar menjadi bayangan hitam?

Meski dia hampir membuatku terkecoh, alu masih bisa mengatasinya. Jurus dan permainan pedangnya tidak sepadan dengan jurus yang aku kuasai.

Buktinya sekarang dia takluk dengan pedangnya yang terbelah menjadi dua bagian.

Dia juga bungkam ketika aku menganggat pedangku dang menghunus di ujung matanya.

Setelah ini bisakah dia tetap diam? Aku curiga, kedatangannya membawa maksud tersendiri. Apa itu? Entah.

****

Di sisi berbeda Pavilium Dao Bao Hu kediaman pribadi Yu--Kakak kedua

Di saat sinar mentari yang mulai meninggi, Yu lebih memilih untuk berdiam diri didalam kamar dan berbaring santai di atas ranjang tempat tidur yang hangat dan nyaman.

Tubuh mungilnya masih tertutup tebalnya selimut dan kakak pertama--Feng Li Qian yang datang berkunjung ikut duduk di ujung ranjang, menemani Yu yang masih memejamkan kedua matanya.

"Bagaimana keadaanmu saudaraku? Apa kondisimu sudah membaik?" Feng Li Qian duduk sembari memperhatikan Yu yang masih terlelap.

Kendati Feng Li Qian tak percaya jika Yun benar-benar tertidur.

"Jika kau ingin membuka mata, maka bukalah matamu, tidak akan ada yang memarahimu!" gusar Feng Li Qian menahan senyuman.

"Astaga kau ini." Yu membuka mata dengan cepat. Kebohongnnya diketahui oleh Feng Li Qian.

Sungguh dirinya memang tidak bisa bersandiwara di depan Feng Li Qian meski dirinya menginginkannya.

"Aissh ...." Berdesis bibirnya.

"Astaga! Mengapa kau selalu menggangguku? Bisa tidak kau memberiku waktu untuk bersantai, walau sebentar," piknya Yu mengeluh.

Kedua matanya telah terbuka, tak diduga-duga Feng Li Qian telah duduk di sampingnya. Yu ikut terduduk dengan sedikit wajah masam, dengan dahi yang mengkerut. Kedatangan Feng Li Qian sungguh mengganggu istirahatnya, pekik Yu demikian.

"Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku tidak tertidur? Apa sejak tadi kau mengawasi gerak gerikku?" tebak Yu curiga, sembari mengantupkan bibi bawahnya.

"Jika kau tertidur di ranjang maka namamu bukanlah Yu, melainkan Liu," kata Feng Li Qian mengejek.

"Bagaimana bisa kau membandingkan diriku dengan Liu? Tentu kami berbeda," tampik Yu satu kali lagi.

"Memang kalian berbeda. Kau terbiasa tertidur dengan buku-bukumu, bukan dengan selimut ini, dan kau tertidur di atas kursi bukan di kasur ini," hardik Feng Li Qian dengan segala kebenarannya.

"Ya. Kau benar," sahut Yu pasrah.

Yu bukan mengalah, tetapi memang yang Feng Li Qian katakan benar adanya. Sungguh dirinya adalah kutu buku, dan terbiasa tertidur di atas kursi maupun di perpustakaan, dan tak sekalipun Yu berbaring di ranjangnya.

Lain dengan Liu yang lebih auka berleha-leha di tempat tidur daripada harus bermalam tempat sempit, kumuh dan kotor.

"Lalu, bagaimana dengan lukamu? Apa sudah lebih baik?" Meski terkenal acuh ada setiap orang, tetapi Feng Li Qian juga memiliki perhatian.

Feng Li Qian terbangun dari duduknya. Melangkah kaki menuju sebuah meja kayu yang berukuran kecil yang terletak di sudut sana.

Dia juga terduduk di antara kursi kecilnya. Tangannta menuangkan air dari dalam sebuah teko kecil--tempat menyimpan air minum, ke dalam sebuah cangkir kecil yang ada di sana.

Secangkir air telah Feng Li Qian tuangkan. lalu Yang Leng beranjak bangun dari kursi itu dan segera pergi menuju Yu kembali dengan secangkir gelas kecil di tangan kirinya.

"Minumlah!" Menyodorkan cangkir itu kepada Yu, dan pintanya untuk di minum oleh Yu."Agar kondisimu cepat stabil, dan tenagamu cepat pulih kembali," lanjutnya berpesan.

"Terima kasih!" terima Yu dengan senang hati. Yu tersenyum simpul kecil pada Feng Li Qian.

Yu memgambil dan menggenggam cangkir. Setelahnya Yu meminum airnya sampai habis.

Sesudah minum. Yu meletakkan canggirnya di atas pangkuannya dengan kedua tangan yang menyilang, sembari menggenggam cangkir tersebut.

Sementara itu Feng Li Qian kembali duduk dan menemani Yu yang masih dalam tahap penyembuhan itu.

"Bagaimana dengan tubuhmu, apa masih terasa lemas?" Feng Li Qian melanjutkan kembali perbincangan santai ini yang sempat tertunda tadi.

"Sudan tidak apa-apa, tetapi masih terasa sakit di bagian sini," beber Yu lirih dan jujur.

Yu menunjukkan di mana bagian yang masih terasa sakit. Yu mengelus-elus bagian leher kirinya sebab bagian tersebut yang masih terasa berat dan sangat kaku.

Semua orang tahu bahkan Feng Li Qian juga tahu bahwa kemarin malam, Yu baru saja terkena serangan kecil dari pendekar bertopeng--Zhuge Liying.

Memang hanya sebaas luka sayatan kecil saja, tetapi itu sudah membuat Yu lemas kehabisan darah.

Zhuge Liying sangat marah, ketika tahu salah satu pedangnya hilang. Sementara itu pedang yang lainnya di genggam oleh orang lain--Yu.

Pedangnya direbut dari Yu secara paksa. Tidak banyak basa-basi Zhuge Liying menuduh Yu sebagai pencuri pedangnya. Dia menghunis senjata tajamnya di leher Yu yang sensitif. Tidak main-main dia membuat seni garis di leher Yu.

Tidak berselang dari itu. Darah yang keluar sangat banyak, mengakibatkan tubuh Yu menjadi lemas tak berdaya. Sedangkan Zhuge Liying masih saja membentak dan mempertanyakan di mana pedangnya yang lain?

"Baik. Jika begitu istirahatlah dengan benar," tutur Feng Li Qian. "Segeralah pulihkan tenagamu dan baru setelah itu kau dapat berlatih kembali dengan kami," tambahnya memerintah.

"Ya. Aku akan mengikuti yang kau katakan," balas Yu menuruti kemauan Feng Li Qian tanpa menolak.

Bersamaan dengan itu, salah seorang murid Dao Bao Hu yang lain datang dengan masuk begitu saja ke dalam kamar Yu.

Dia segala hormat langsung tersungkur di depan Yu dan Feng Li Qian. Menundukan kepala, dan tangan yang menekuk kedepan.

"Senior Yu, senior Feng!" kata menyapa.

"Tuan Shangkuan memanggil para senior untuk datang menemuinya di ruanga rapat pribadi," tutur dia lebih lanjut.

"Ini perintah dari Guru Shangkuan Yun secara langsung," tutup dia dengan nada bicara tegas jelas, dan padat.

Wajahnya tertunduk dengan tangan kanan menekuk mengalingkan wajahnya. Dia duduk tersungkur di atas lantai kamar dan tepat di bawah hadapan Yu dan Feng Li Qian..

"Baiklah kami akan pergi ke sana menemui paman Guru," singkat saja dari Feng Li Qian.

"Baik," sahut patuh murid laki-laki tersebut.

Setelah menyampaikan tujuan kedatangannya. Tidak perlu berlama-lama dia segera berdiri. Bersamaan dengan itu dia melangkah beberapa langkah kebelakang. Baru setelahnya dia berbalik badan dan akhirnya benar-bebar pergi.

"Bersiaplah!" Bertutur pada Yu. "Paman Guru telah memanggil kita!" Feng Li qian beranjak bangun dari ranjang.

"Aku dahulu pergi kesana dan segeralah menyusul," ugkap dia mengakhiri.

"Ya. Baiklah," sahut Yu paham.

Feng Li Qian sidah lebih dahulu meningalkan ruangan. Sedangkan Yu masih berbaring di tempat tidurnya. Dia akan segera bersiap setelah ini, dan menyusul seperti yang Feng Li Qian mau tadi.

***

Di ruangan pribadinya. Shangkuan Yun telah menunggu di sana bersama dua orang gadis yang menemani ia di ruangan kedap suara cenderung hampa tersebut.

Bersambung.

Siapa dua orang gadis yang menemaninya? Dan apa yang membuat Wen Shangkuan Yun memanggil para murid senior Dao Bao Hu secara pribadi?

avataravatar
Next chapter