webnovel

Menemukan Pedang

Dunia ini terbagi menjadi tiga, dunia Bawah, dunia Tengah dan dunia Atas. Di dunia Bawah sendiri merupakan tempatnya segala makhluk menakutkan berada. Manusia yang berada di sana sendiri lebih kuat. Di dunia Bawah ini sulit dibandingkan dunia Tengah yang hanya ditempati manusia lemah, tapi dunia Tengah sekarang tidak sama seperti dulu. Kekacauan, pertarungan dan perselisihan terjadi besar-besaran antara perebutan kekuasaan dunia Bawah untuk menguasai dunia Tengah. Selain karena mereka tau dunia Tengah tempatnya manusia lemah, makhluk dunia Bawah menjadi gencar untuk menguasai dunia Bawah saat tau lagi ternyata dunia Tengah tempatnya sangat subur dimana berbagai macam tanaman tubuh sangat subur di sana. Makanan juga sangat mudah di dapatkan lain dengan dunia Bawah yang sangat sulit untuk mencari makanan kalau tidak berburu dengan hasil kerja mati-matian. Mungkin karena itu juga sebabnya yang menyebabkan makhluk dunia Bawah sangat kuat karena sudah terlatih dengan keadaan dunia mereka yang sangat keras.

Tidak hanya di dunia Bawah saja di dunia Tengah juga sama kerasnya kehidupan, meski dunia mereka terlihat subur tapi kehidupan di dunia Tengah tidak sama sesuai kesuburan dunia Tengah. Kehidupan keras juga sama terjadi di dunia Tengah, yang lemah akan ditindas dan yang kuat akan dipuja. Butuh kekuatan untuk bisa hidup. Tanpa adanya kekuatan makhluk di dunia hanya seperti butiran debu yang mudah tertiup angin, butuh menjadi batu dulu agar bertahan dari badai yang datang.

Pertarungan selama 5000 tahun berturut-turut melawan dunia Bawah terjadi sampai pada akhirnya makhluk dunia Bawah mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertarungan yang sangat mengerikan itu. Dengan adanya kesepakatan mereka membuat perjanjian untuk tidak saling mengusik satu sama lain. Lain dari dua dunia tersebut, dunia Atas adalah peringkat tertinggi yang tak bisa tersentuh oleh dua dunia tersebut. Bahkan ada yang bilang kehidupan dunia Atas itu tidak nyata hanya sekedar mitos belakang saja. Tapi setelah melihat seseorang yang memiliki kekuatan bakat bawaan lahir seperti seorang kultivator dan pendekar jenius, mereka yang dapat menembus alam tertinggi melebihi makhluk dunia fana yang ada di dunia mereka, dunia Atas semakin dipercayai ada saat mereka diangkat ke atas seolah kekuatan mereka sudah tidak seimbang lagi dengan makhluk di dua dunia tersebut.

Dunia semakin berkembang dari waktu ke waktu sekarang sudah 10000 ribu sejak kejadian peperangan besar tersebut.

Untuk setiap kultivator memiliki tingkatan Alam tertentu untuk berkembang di dunia Tengah.

- Alam Janin

- Alam Lahir

- Alam Batin

- Alam Akhir

Dunia Bawah :

- Rana Pembentukan Inti

- Rana Pembentukan Darah

- Rana Pembentukan Sumsum

- Rana Penempahan Tubuh

Setiap tingkatan terdiri dari 9 tahap menuju ke tingkat Rana selanjutnya.

***

Di dunia Bawah tempatnya di benua Barat kini terlihat seorang pemuda tengah berjalan sangat santai di tengah malam hutan yang sangat gelap. Terlihat dirinya tengah mengunyah sesuatu di mulutnya sampai terdengar suara benturan gigi dengan makanan yang ia makan.

Suasana malam ini sangat tenang hingga pada akhirnya terdengar suara hewan buas serigala saling bersautan menimbulkan kegaduhan di hutan saat malam ini.

"Berisik," desis pemuda itu sambil menutup kedua telinganya yang terasa peka.

Roar!

Auuunngg!

"Bisakah mereka untuk diam sesaat saja. Berisik sekali, sudah tau malam masih saja sibuk bertengkar," gerutu pemuda tersebut mengomel sendiri mengenai para hewan yang begitu ribut sambil terus berjalan tanpa peduli bakal bertemu para hewan tersebut atau tidak.

Pemuda itu menghentikan langkahnya saat ia melihat seseorang tengah bertarung pedang-pedangan. Sebenarnya pedang beneran hanya saja pemuda tersebut menganggapnya pedang-pedangan.

"Asik nih ada tontonan gratis." Pemuda itu mencari posisi yang pas menonton pertarungan orang asing tersebut yang sangat dahsyat. Ia memilih bertengger di atas pohon yang lumayan tinggi.

Ia mengambil sesuatu dari balik bajunya yang ternyata itu makanan yang terbungkus daun. Ia mengambil makanan itu dan memasukkannya ke dalam mulut mengunyahnya dengan cepat sambil pandangannya menatap pertarungan menegangkan mereka.

Bom!

Pemuda itu hampir saja terkejut sangking kagetnya dengan suara mengerikan itu. Ia mengelus dadanya pelan menatap sambil mendengus kesal. "Tsk! Mereka mainnya tidak bisa tenang apa? Hampir saja melepaskan jantung orang, untung saja masih aman," runtuknya kesal dalam hatinya.

Satu orang yang tengah bertarung terlempar menabrak pohon sampai pohon yang ditabraknya ambruk tak sanggup menahan kekuatan lemparan dahsyat tersebut. Pria itu mengusap kasar darah yang mengalir di hidung dan mulutnya. "Ck, sialan!" umpatnya kesal.

"Kau sudah kalah Zao Tian, sekarang kamu mati saja!"

Slab!

Tak sanggup mengelak karena luka yang diterimanya cukup besar. Pria tersebut pasrah dengan keadaannya tertusuk perutnya sampai tak ada jalan lagi pria tersebut mengeluarkan sebuah benda yang ternyata bom asap racun yang dapat membunuh sampai tubuh orang yang terkena asap tubuhnya hancur lebur.

Pemuda tersebut segera menghindar cepat karena menyadari asap yang dikeluarkan mereka asap beracun yang dapat menelan daging sampai habis tak tersisa.

Setelah beberapa saat asap menghilang orang yang sempat bertarung tadi lenyap tak tersisa hanya meninggalkan tulangnya saja. Pemuda itu berjalan ke arah tempat itu dengan hati-hati takut ada jebakan yang menantinya. Tapi beruntungnya tidak ada jebakan sampai ia dengan mudahnya berjalan.

Mata merah miliknya menangkap dua buah senjata pedang terlihat seperti tengkorak namun dalam bentuk yang menarik dan tajam dengan genggamannya yang berwarna hitam tanpa warna lain, ada ukiran naga di sekelilingnya. Tapi terlihat nyaman muda dipegang.

Pemuda itu mengambil dua pedang yang berwarna sama seperti pedang ganda. Tapi bisa dipastikan pedang ini memang pedang ganda.

Pemuda itu memutar-putar kedua pedangnya. "Menarik, kalau dibuat untuk cincang daging sepertinya cocok," pikirnya dalam hati.

Pemuda itu menyarungkan pedangnya dan melilitkannya di punggungnya salah satunya dan satunya lagi ia pegang begitu saja.

Tanpa ia sadari kedua pedang tersebut mengeluarkan aura hitam yang begitu pekat, karena hari sudah malam aura hitam tersebut tidak dapat dilihat.

***

Benua Tengah Kekaisaran Ming tepat seorang remaja kecil berusia 15 tahun tengah berdiri menunduk menghadap seorang wanita paru baya di depannya yang menatapnya tajam.

Plak!

Satu layangan tamparan begitu keras memekakkan telinga apalagi yang merasakannya dapat merasakan rasa panas yang begitu menyakitkan.

"Dasar anak biadab, tidak tau diri dan untung! Berani-beraninya kamu kembali kemari!" Tunjukan tangan penuh kata-kata emosi yang meluap-luap tak berhenti sampai membuat pemuda yang mendengarnya hanya diam saja menunduk. Tidak bermaksud melawan, takut menambah masalah memancing emosi wanita paru baya yang di hadapannya.

"Dasar sampah bisanya hanya mempermalukan keluarga!" Kata begitu tajam terucap dari seorang pemuda yang baru saja datang dengan tangannya melipat di dadanya, wajah mereka sangat mirip, sama matanya, hidungnya, bahkan seluruh tubuhnya sama seperti duplikatnya, hanya saja yang berbeda darinya pemuda itu mengucir rapi rambut silvernya berikat kuda sedangkan pemuda yang di hadapan wanita paru baya tersebut sangat beracak-acakan, bahkan rambutnya terlihat tak terawat.

"Ibu merasa sangat menyesal telah melahirkanmu di dunia ini. Lihatlah saudara kembarmu ini, dia itu kebanggaan keluarga. Bisa masuk ke dalam Sekte besar, bahkan itu belum tentu bisa di masukkan oleh anak muda pada umumnya. Dia itu begitu berbakat, lain dengan mu yang hanya beban hidup keluarga saja. Bukan bakat yang kamu punya, melainkah balikannya, menyusahkan keluarga sampai-sampai mempermalukan keluarga," sindir wanita paru baya tersebut kepada pemuda yang berada di depannya.

Pemuda itu menggeleng pelan menatap wanita tersebut. "Aku dan dia itu berbeda Ibu kenapa harus dibanding-bandingkan? Aku memiliki jalan hidup sendiri dan begitupun dengan dia. Kami hanya berwajah sama, lahir di rahim yang sama dengan waktu tidak terlalu lama. Itu saja, apa perlu aku harus disamakan dengan dia selalu? Menjadi berbakat yah, yang Ibu mau? Ibu, orang berbakat belum tentu bisa bahagia, buat apa menjadi berbakat, itu tidak berguna."

Plak!

Satu tamparan keras kini mengenai wajahnya lagi, tapi bukan wanita paru baya tersebut yang melakukannya melainkan seorang pria paru baya yang melakukannya.

Pemuda itu mengelus pipinya dengan satu tangannya. Ia sedikit meringis merasakan tamparan yang lebih keras dari wanita paru baya tadi.

"Suamiku kenapa kamu melakukannya, biar aku saja," ujar wanita paru baya itu mengusap pelan pipi pemuda tersebut tau bahwa pria paru baya yang merupakan suaminya melakukan tindakan kasar terhadap putra bungsunya, pemuda tersebut.

"Inilah yang terjadi jika kamu yang mendidiknya Yao'er. Anak ini jadi bertindak tidak sopan kepada mu."

"Tapi tidak perlu sekasar itu, biarkan aku saja yang melakukannya, jangan kamu," lirih wanita paru tersebut menatap suaminya dengan mata indahnya sambil tangannya terus mengusap penuh perhatian terhadap putranya.

Pemuda yang merupakan saudara kembarannya tadi merasa sedikit kesal melihat bahwa kembarannya, adik bungsunya diperlakukan baik kepada ibunya. "Ck, anak manja," umpatnya dalam hatinya.

"Yao Yao, benar kata suamimu, dia itu memang terlalu manja. Kamu jangan selalu membelanya, biarkan dia merasakannya," timpal seorang pria tua berwajah pucat dan penuh keriputan di wajahnya menghampiri mereka yang sedang berkumpul di depan kamar pemuda yang diperlakukan kasar tersebut.

"Ayah, kenapa kamu keluar? Ini sudah malam loh."

Pria tua itu mengangkat satu tangannya dan berkata tegas, "Diamlah Yao Yao!"

Wanita itu seketika terdiam mendengar perkataan tegas pria yang merupakan ayahnya sendiri.

Ia menghampiri pemuda yang tengah menunduk tersebut. Tangannya siap-siap akan menampar pemuda tersebut. Wanita itu menutup matanya tak sanggup melihat putranya dipukul oleh orang lain selain dirinya, sedangkan suaminya dan putranya kembaran dari putranya tersebut merasa senang sampai bibir mereka membentuk lengkukan tipis.

PLAKK!!!

Tamparan yang begitu keras penuh tenaga besar sampai menghempaskan pemuda tersebut ke lantai menimbulkan suara nyaring sampai wanita tersebut meneteskan air matanya. Ayahnya jika Sudah marah sangat sulit dikendalikan, seperti inilah yang terjadi.

Pemuda itu tersenyum tipis merasakannya. Bibirnya sampai terkoyak karena terkena dampak tamparan tersebut.

"Mulai sekarang kamu pergi dari keluarga ini! Ingat jangan pernah anggap kami sebagai keluargamu lagi! Mulai sekarang marga Ming akan hilang dari namamu! Pergi kamu dari sini anak pembangkang!"

Pemuda itu berusaha bangkit dengan kedua tangannya. Ia menatap dengan senyuman ke arah pria tua tersebut. "Terimakasih atas hadiah perpisahan kita dan terimakasih sudah menerimaku tinggal di sini walaupun aku tidak bisa membayarnya."

Pemuda itu berlalu pergi sambil memegangi pipinya yang terasa panas meninggalkan mereka yang menatapnya dalam arti tertentu. Ming Tuoli nama pemuda tersebut, pemuda pemalas yang hidupnya dipenuhi kesenangan semata tanpa tujuan.

Sebenarnya pria tua itu merasa tak rela harus mengusir Ming Tuoli, cucunya. Bahkan di saat ia berlaku kasar Ming Tuoli hanya membalasnya dengan senyuman manisnya yang dapat meluluhkan hati siapapun yang melihatnya, termasuk ibunya Ming Yao yang sedari tadi menangis, merasa menyesal dan kasihan menatap Ming Tuoli harus pergi dari keluarga Ming nya.

Sedangkan kembaran Ming Tuoli, Ming Tian ia merasa sangat senang dengan melihatnya pergi. "Akhirnya setelah sekian lama, cecunguk seperti mu pergi juga. Ming Tuoli selamat menjalani hari-hari mu tanpa keluarga Ming lagi, hahaha!" batin pemuda tersebut tersenyum seringai mantap kepergian Ming Tuoli kian menjauh.

Sedangkan Ming Tuoli yang sudah sampai di luar.

"Untung saja aku sudah mencuri cincin dimensi milikmu kakek. Jadi tidak perlu khawatir aku hidup di luar. Hihihihi ... gimana, cucumu licik bukan?" Ia terkekeh pelan.

"MING TUOLI ANAK PEMBANGKANG KEMBALIKAN CINCIN MILIKKU!"

Sudah ia tebak kakek tercintanya alias kakek tempat hartanya berada akan berteriak memanggil namanya. "Aku menyayangimu kakek!"

Ming Tuoli berlari secepat kilat setelah ikutan berteriak juga.

"SEMUANYA KEJAR ANAK PEMBANGKANG ITU, JANGAN BIARKAN DIA MEMBAWA KABUR CINCINNYA!"

Mimg Tuoli menggeleng pelan dan berlari dengan langkah kilat sampai tak tau arah ia pergi kemana.

Bruk!

Ming Tuoli tersandung batu sampai ia terjatuh namun tak ia sangka bahwa dirinya terjatuh ke dalam jurang yang begitu dalam. "Matilah aku!" Matanya ia tutup rapat-rapat meruntuki nasib yang akan menimpahnya.

"Aaaa!!!"

Seorang pemuda yang tengah tidur terbungkus oleh selimut mendadak berteriak kencang.

Seorang wanita yang tengah menjahit pakaian yang mendengarnya tengah duduk di kursi tidak terlalu jauh dari tempat pemuda tersebut tertidur melemparkan sesuatu ke arah pemuda tersebut.

Buk!

"Bibi Ying!" kesalnya merasakan benda keras mendarat tepat di kepalanya saat ia duduk terbangun. Siapa lagi pelakunya kalau bukan wanita tersebut yang melakukannya.

"Berisik." Wanita itu menatap tajam pemuda tersebut sambil tangannya menutup telinganya rapat-rapat.

Pemuda tersebut yang baru menyadarinya ia menampakkan deretan gigi putihnya menyengir kuda seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku ternyata sedang mimpi. Hehehe maaf Bibi."

Wanita itu mendengus kesal. "Mimpi sampai segitunya."

"Hehehe."

Next chapter