1 Kelahiran Sanjaya

Langit cerah dengan awan putih menggantung di langit. Sebuah kerajaan menanti akan kelahiran seorang putra.

Putra dari seorang putri raja, seorang putri itu melahirkan seorang bayi tampan yang lalu diberinama bernama Sanjaya adalah merupakan sebuah berita bahagia bagi keluarga Kerajaan Tresnosari Banyu Biru Jawa Timur, terlebih untuk para Permaisuri, baik itu Permaisurinya Gusti Prabu Dharma ataupun Permaisurinya mendiang Prabu Silowangi.

Kenapa mereka kok bisa sebegitu bahagianya? Itu tidak lain karena semua Permaisuri Prabu Silowangi yang dulu sempat bunting secara bersamaan ternyata semuanya mengalami keguguran secara bersamaan pula, tidak lama setelah meninggalnya sang Prabu.

Sedangkan untuk Permaisurinya Prabu Dharma dan beberapa selirnya satu pun tidak ada yang mengandung termasuk Ratu paling cantik yang bernama Larasati, yang merupakan Permaisuri sisa dari mendiang Prabu Silowangi atau mantan ibu tiri Prabu Darma.

Namun, karena ternyata memang Sang Prabu Dharma itu mandul, adapun sebab kemandulannya itu tidak lain karena saking seringnya Sang Raja muda itu mengkonsumsi minuman keras dan jamu kuat yang tergolong berbahaya bagi kesehatannya.

Namun meski begitu semua itu bukanlah sesuatu yang dianggap hal yang membuat Gusti Prabu Dharma itu merasa sedih, Raja muda itu nampak merasa tidak ada yang kurang sedikit pun pada dirinya meskipun dia tidak bisa memiliki keturunan.

Jadi sangatlah lumrah manakala bayi yatim atau Putra mendiang Wiro itu sangat begitu disayang oleh para Permaisuri Kerajaan itu, tidak terkecuali dengan Ratu Larasati yang saat ini telah menjadi Permaisuri dari Raja Dharma, sang Ratu cantik dan seksi itu juga sangat menyayangi dengan Sanjaya anak dari Wira itu.

Sanjaya tumbuh kembang begitu baik dan pesat dalam asuhan para Permaisuri kerajaan, dan tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak menyukai bocah ini, anak ini memiliki wajah yang teramat sangat tampan, kulitnya bersih dan rambutnya ikal sebahu, dilengkapi dengan hidung mancungnya dan juga mata yang indah dan penuh cahaya. Alis hitam dan melengkung membuat tatapannya begitu tajam setajam tatapan seekor burung Elang, ditambah dengan perilakunya yang sangat sopan namun juga cukup tegas.

Di samping kesempurnaan fisik yang telah melekat pada dirinya Sanjaya kecil juga sudah memiliki kesaktian yang cukup tinggi, dan itu terbukti manakala dia sedang bermain dengan teman sebayanya dipinggiran sungai yang tidak jauh dari Istana, dan saat itu dia dan teman-temannya sedang bermain Patok Lele, permainan Patok Lele itu dimainkan oleh dua kelompok yang anggotanya berjumlah sama. Dalam permainan ini, pemain menggunakan dua potong kayu yang masing-masing berdiameter kurang lebih tiga centimeter, yaitu sebuah kayu yang panjangnya kurang lebih tiga puluh centimeter sebagai pemukul atau induk sedangkan sebuah kayu lainnya yang panjangnya lima belas centimeter sebagai anak patok lele atau yang dipukul.

Kejadian itu bermula saat Sanjaya kecil sedang mendapat giliran untuk memukul kayu tersebut dan diluar dugaan begitu kayu kecil tersebut dipukul oleh Sanjaya tiba-tiba saja kayu itu langsung terlempar melesat sangat tinggi dan akhirnya masuk ke dalam sungai yang terkenal banyak dihuni oleh hewan buas seperti buaya yang sangat besar.

Merasa kalau dirinya telah melakukan kesalahan akhirnya Sanjaya pun langsung meminta maaf kepada teman-temannya itu, karena memang dia itu adalah putra kerajaan maka kebanyakan para teman-temannya itu pun juga langsung memaafkannya kecuali satu anak yang bernama Gardha yang tidak lain adalah cucu dari Mahapatih Arya Diputra.

Gardha yang tergolong lebih dewasa dari Santana itu nampak menghardik bocah ganteng itu dengan cukup keras.

"Hai kau Sanjaya! Kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus masuk ke dalam sungai itu dan mengambil kayunya tadi!" Mendapat perlakuan seperti itu nampak Sanjaya kecil tidak langsung menjawab ucapan Garda, bocah ganteng itu terlihat malah menoleh pada teman-temannya yang lain, dan tanpa diduga-duga ternyata ada salah satu dari temannya itu yang berani berkata.

"Hai Gardha! Kenapa kamu kok tega menyuruh Sanjaya untuk masuk ke sungai itu? Dia tadi kan sudah minta maaf," ucap salah seorang bocah itu.

"Tidak bisa! Dia tetap harus bertanggung jawab dan harus mengambil potongan kayu itu tadi, karena kalau sampai tidak, maka dia akan aku laporkan kepada Kakek Arya Dipasena dan juga kepada Gusti Prabu Dharma!" ucap Gardha depan suara yang lantang. Mendengar keributan dari para teman-temannya itu akhirnya Sanjaya kecil pun langsung berkata.

"Baiklah, aku akan mengambilkan potongan kayu itu tadi, kalian tetaplah menunggu di sini." Melihat Sanjaya yang memang terkenal jujur dalam setiap ucapannya itu maka para teman yang merasa tidak tega dan khawatir dengan keselamatan Sanjaya pun langsung berkata.

"Gardha! Biarlah aku akan membuatkan lagi potongan kayu itu, kamu tetaplah di sini," ujar bocah itu sambil bergegas pergi.

Namun tiba-tiba Gardha buru-buru mencegahnya.

"Tidak Saloka! Ini bukanlah tanggung jawab mu! Biarlah Sanjaya yang melakukannya, karena memang dialah yang bersalah."

Namun rupanya seruan dari Gardha itu tidak digubris oleh Saloka dan bahkan tiba-tiba bocah yang berwatak jahat seperti kakeknya itu malah bergegas mendekati Saloka dan kemudian langsung menampar muka bocah itu dengan cukup keras.

Plak! Plak!

Karena saking kerasnya sampai-sampai mulut bocah kecil itu nampak mengeluarkan darah, melihat perbuatan kejam dari Gardha seperti itu akhirnya Sanjaya pun langsung bergegas mendekati tubuh Saloka dan kemudian langsung memeluknya.

"Tenanglah Saloka, kamu tidak apa-apa," ujar Sanjaya sambil tangannya mengusap mulut Saloka yang berdarah itu, dan seketika itu juga luka akibat tamparan keras dari Garda itupun langsung hilang dan sembuh seperti sedia kala. Dan selanjutnya Sanjaya pun langsung melangkah menuju ke sungai yang nampak tenang alirannya itu.

"Sanjaya ...! Jangan masuk ...! Berbahaya Sanjaya ...! Di situ banyak buaya dan ular ...!" kembali Saloka berteriak mencegah, tapi rupanya Sanjaya kecil sudah tidak memperdulikannya, bocah kecil itu nampak terus berjalan dan kemudian langsung masuk ke dalam sungai yang terkenal banyak dihuni oleh buaya dan ular yang sangat besar itu.

Tidak lama kemudian tubuh Sanjaya pun langsung hilang dari permukaan sungai itu, air yang semula nampak bergejolak seiring dengan masuknya Santana kedalam sungai, namun setelah beberapa waktu berlalu akhirnya suasana permukaan air itu pun sudah kembali tenang dan tidak nampak bergerak lagi.

Nampak semua anak-anak kecil itu merasa khawatir dan bahkan banyak dari mereka yang terlihat menangis.

Lalu setelah cukup lama tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Sanjaya, tiba-tiba saja air sungai itu nampak bergejolak, semakin lama gejolak air itu terlihat makin besar dan setelah beberapa saat kemudian tepat dari arah gejolaknya air itu bersumber tiba-tiba keluar warna merah darah yang muncul kepermukaan sungai.

Tidak ada satupun orang yang tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam sungai itu,

Bersambung ....

 

 

avataravatar
Next chapter