1 Bakat

Kata orang bakat merupakan senjata alami atau bisa dibilang keistimewaan yang dimiliki manusia semenjak mereka dilahirkan ke dunia.

Semenjak lahirnya alam raya ada ribuan bakat, ah tidak. Mungkin ada jutaan bakat berbeda telah lahir ke dunia yang penuh sengketa ini. Jutaan bakat berbeda yang tak terhitung jumlahnya.

Kebanyakan orang akan langsung menyadari dan tanpa malu-malu mengekspresikan menunjukkan bakat yang mereka miliki di depan umum.

Namun untuk sebagian orang bakat merupakan sesuatu yang sulit dicari atau perlu digali dan diasah berkali-kali untuk mencapai tujuan yang diingini. Atau malah disembunyikan untuk suatu alasan.

Namun jarang sekali orang yang mempunyai bakat khusus yang unik, atau bisa dibilang bakat yang "aneh", atau malah "nyeleneh". Orang-orang yang memiliki bakat istimewa seperti ini mungkin bisa dihitung dengan jari.

Adalah Jarwo seorang penjahat tengil biasa. Seorang pencuri amatiran, seorang pebegal yang sopan. Pemuda urakan berwajah pas-pasan dengan kumis baplang melintang dan rambut gondrong acak-acakan tak pernah tersisir atau diurus dengan baik.

Bersama dua sahabat kecilnya Yayat Sukaryat si jangkung dan Jimbron yang gempal dan kekar kalau tak bisa dibilang gendut. Mereka bertiga membentuk geng perampok bernama Trio Kecoa Tangguh.

"Dasar kecoa!! KEJAR MEREKA!!!" Seru Hamdan seorang Kapten aparat memerintahkan beberapa anak buahnya mengejar mereka bertiga di tengah keramaian pasar yang berdebu.

Trio Kecoa Tangguh lincah meliuk-liuk diantara padatnya penjual dan pembeli yang bertransaksi di tengah pasar yang semrawut menghindari tangkapan tangan-tangan para petugas nan ganas.

Pasar tradisional yang semrawut khas negara berkembang dimana semua pembeli dan penjual tumpah ruah dalam kepadatan. Riuh dengan teriakan saling tawar dan menawarkan. Ada juga suara-suara sumbang emak-emak yang tengah bergosip ria.

"Jarwo cepetan keluarin bakat aneh lu!" Seru Yayat rambut gondrongnya berkibar terselip diantara topi koboinya yang melekat sebagai ciri khasnya.

"Bakat... bakat apaan!? Nyanyi?" Sahut Jarwo bersungut-sungut mengangkut bahu.

"Itu loh, bakat aneh lu itu. Cuma itu yang bisa keluarin kita dari masalah ini. Gue udah ga tahan nih." Jimbron manusia bertubuh tambun yang kelihatan macho dengan brewok tebalnya berlari ngos-ngosan meliuk lamban diantara para pedagang, tubuh tambunnya yang berat menghambatnya untuk berlari lebih cepat. Dia yang paling lamban diantara kedua temannya.

"Bakat aneh... bakat aneh apa sih yang kalian bicarakan?" Jarwo masih kebingungan mencerna perkataan teman-temannya.

"Ahh... itu loh KENTUT!!!" Sahut kedua temannya kompak.

"Hehehahaha... sontoloyo lu pade. Gila lu semua kentut lu bilang bakat. Ada-ada aja..." Jarwo terkekeh mendengarnya.

"Ayo cepet lakuin kalo nggak kita semua bakal ketangkep." Kata Jimbron yang amat kecapekan, sepertinya ia tak sanggup lari lagi.

Tak tega melihat Jimbron yang sudah kepayahan akhirnya dengan terpaksa Jarwo mengeluarkan bakat tersembunyinya yaitu kentut. Dia sendiri tidak yakin apakah ini bisa disebut bakat atau tidak.

"Oke keluarlah kentut!!" Jarwo mulai mengejan mencoba berkonsentrasi sembari berlari.

Kedua temannya telah bersiap-siap mengikatkan helai sapu tangan handuk sebagai masker menutupi hidung dan mulut mereka untuk melindungi serangan kentut Jarwo yang biasanya membeludak begitu saja tak terkendali.

"Gak bisa cuy. Gak bisa keluar gimana nih." Seru Jarwo dengan mimik khawatir.

"Aduh sial, gimana ya..." Yayat menghentikan langkahnya uring-uringan melihat Jimbron yang kepayahan tak mampu lagi berjalan. Atas rasa kesetiakawanan Jarwo pun akhirnya ikut berhenti menatap para aparat membawa pentungan mulai mempersempit jarak dibelakang mereka.

"Ayo coba lagi keluarin kentutnya." Jimbron yang kepayahan terduduk begitu saja di jalanan pasar berdebu megap-megap kelelahan mencoba menangkap udara segar.

"Kentut itu kan sesuatu yang alami keluar gitu aja, gak bisa disuruh-suruh." Kilah Jarwo diplomatis.

"Bener juga... ayo sekarang konsentrasi aja yang bener. Mungkin sekarang bisa keluar." Sahut Yayat setengah memaksa dengan nafas yang juga tersengal.

"Oke oke," dengan pandangan jengkel Jarwo menatap ke arah teman-temannya, "kentut sayang, ayo keluarlah jangan malu-malu ya."

Jarwo mengelus-elus perutnya sembari melontarkan kata rayuan layaknya merayu seorang kekasih. Lalu mengejan sekuat tenaga. Yayat dan Jimbron tersenyum-senyum melihat tingkah lucunya merayu kentut.

"Gak bisa juga, gimana nih?" Kata Jarwo, dijawab oleh angkatan bahu dan gelengan kepala teman-temannya tak tahu lagi harus berbuat apa.

Sementara para aparat sudah mengepung mereka bersiap-siap untuk mengujani mereka dengan pukulan bertubi-tubi.

"Hehehe mau lari kemana lagi kalian kecoa-kecoa busuk." Kapten Hamdan menghampiri mereka bertiga yang tersengal kelelahan.

"Hei jangan macem-macem ya, jangan mentang-mentang kalian aparat, kalian bebas melakukan apa aja kepada kami rakyat kecil yang harusnya kalian lindungi." Yayat Sukaryat mencoba mengulur waktu melihat Jarwo sedang berkonsentrasi pada kentutnya.

"Ayo keluar kentut bodoh. Disaat gue butuh lu, lu malah gak keluar ahh kentut sialan..." Jarwo berkonsentrasi mengejan kuat-kuat sampai matanya terbenamtidak dalam pejam. Namun semua usahanya nihil, kentut yang dinanti tak kunjung keluar. Jarwo menggeleng putus asa memberi kode kepada teman-temannya.

"Justru itulah tugas kami para aparat digaji negara untuk menangkap orang seperti kalian para kecoa begundal pembuat keonaran." Sang Kapten bersiap mengarahkan pentungan kerasnya ke kepala Yayat untuk membungkam mulutnya yang kebanyakan bicara.

Diikuti seluruh aparat mengepung melingkari mereka bertiga melangkah maju lebih dekat merapat menyudutkan mereka bertiga.

"Hei Jarwo kali ini jangan kentut ya..." para aparat bersiap melayangkan pentungan mereka kepada ketiga pemuda yang tersudut menyerah pasrah.

Namun...

"Sorry pak 'dia' udah keluar." Seraya memberikan senyuman terbaik Trio Kecoa Tangguh menutup rapat-rapat hidung mereka.

"BRUUTTTtiiiuuuuuiiittt!!" Gas amoniak berbau busuk keluar dari lubang pantat Jarwo yang terkenal si jago kentut, melolong panjang layaknya priwitan yang dipakai aparat sendiri.

Para aparat yang amat dekat dengan sumber kentut tanpa tedeng aling-aling langsung menyesap tersengat menghirup semua bau busuk yang membuat enek, mual dan pusing bahkan pingsan untuk beberapa orang.

Para aparat terbatuk-batuk sempoyongan muntah-muntah lantaran terlalu banyak menghisap kentut super busuk bahkan ada juga yang langsung terjungkal tepar tertusuk tajamnya bau 'gas super made in perut' itu.

"Dasar Kecoaaaaaa...." Kapten Hamdan orang terakhir yang bertahan akhirnya tepar juga ambruk mencium tanah tak dapat menahankan bau yang memusingkan kepala itu.

"Rasain tuh emang enak..." tukas Yayat Sukaryat kepada sang kapten.

"Gue baru tau tajem bau kentut gue ternyata lebih tajem dari pedang." Jarwo menimpali.

Tanpa mereka sadari bau kentut Jarwo telah meruap menyebar mencemari seluruh penjuru pasar menulari lubang hidung setiap orang hingga semua orang di pasar sempoyongan dan muntah-muntah.

"Ini pasti si Jarwo."

"Mana orangnya..."

"Itu mereka disana..."

"Kejar....!!!"

"Dasar Kecoaaaaaa.....!!!!"

Lepas dari kejaran aparat mereka bertiga malah dikejar-kejar orang seantero pasar.....

"Wahhaaa.... kabuuuuuur...." seru mereka bertiga lari tunggang langgang...

*******

avataravatar
Next chapter