webnovel

Saudara Angkat

Tanpa menunggu reaksi Feng Ying, Ming Hao sudah menghilang. Feng Ying akhirnya hanya bisa menyetujuinya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan menghilang dari tempat itu.

Ming Hao sendiri muncul di depan Ho Chen yang sedang bermeditasi. Setelah beberapa saat, Ming Hao berubah menjadi butiran cahaya kecil dan secara perlahan-lahan menyatu dengan gelangnya.

Keesokkan harinya, Ho Chen pergi ke makam orang tuanya dan berlutut.

"Ayah! Ibu! Aku akan pergi meninggalkan desa. Aku berjanji akan kembali lagi suatu hari nanti, dan akan membangun ulang desa ini. Tunggulah, dan istirahat kalian dengan tenang," Ho Chen bersujud tiga kali.

Jian Heeng dan Jie Rui menunggu di depan pintu. Setelah Ho Chen selesai mereka segera berangkat. Ho Chen kembali menoleh lagi ke belakang. "Selamat tinggal, dan tunggulah kedatanganku kembali,"

Ho Chen segera berjalan mengikuti Jian Heeng dan Jie Rui. Ini adalah hari pertamanya meninggalkan desa. Dan awal untuk melakukan petualangan.

***

"Ketua Jian, apakah saudara Heeng akan bisa menemukannya?" seorang wanita paruh baya sedang berjalan bersama seorang pria yang terlihat seperti berumur 50 tahunan.

Pria tua itu adalah ketua sekte Bukit Halilintar Kang Jian. Walau terlihat seperti 50 tahunan, namun umurnya sudah lebih 100 tahun.

"Aku juga berharap demikian saudari Yin,"

Wanita paruh baya itu bernama Liu Yin.

"Ketua, semua sekte besar aliran putih dan netral menunggu kabar dari saudara Jian Heeng. Sebenarnya apa yang terjadi?"

Bukan hanya Liu Yin yang penasaran, namun hampir seluruh pendekar yang satu generasi dengan Liu Yin juga penasaran.

Kang Jian menghela nafas, memang seharusnya dia menceritakan yang sebenarnya.

"Pendekar yang membunuh kelompok darah iblis itu memakai jubah sekte Awan Daun,"

"Saya tidak pernah mendengar sekte Awan Daun!" kata Liu Yin yang seperti orang linglung.

Kang Jian tersenyum. Menurutnya itu wajar, karena sekte tersebut memang sudah tidak ada sekarang.

Kang Jian menjelaskan tentang keberadaan sekte Awan Daun dan seluruh sejarahnya.

"Lalu apa hubungannya dengan sekte kita ketua? Dan apa mungkin ada yang selamat dari ledakan itu?"

"Tentu ada hubungannya,"

Saat sekte Awan Daun akan diserang, ada 3 murid yang disuruh pergi menyelamatkan diri, tiga murid tersebut dibantu oleh beberapa jagoan untuk meloloskan diri.

Setelah peperangan selesai, ketiga murid tersebut masing-masing membangun sebuah sekte, dua sekte aliran putih dan satu sekte aliran netral.

Hingga saat ini ketiga sekte tersebut masih berdiri, dan menjadi sekte besar. Dua sekte aliran putih yaitu.

Sekte Bukit Halilintar.

Sekte Pedang Mata Dewa.

Sedangkan satu sekte aliran netral bernama Sekte Pilar Angin.

Ketiga sekte tersebut hingga saat ini masih bekerja sama, dan masing-masing sekte menyimpan jubah dan gambar ketua sekte Awan Daun.

"Tetua Jian, sebenarnya seberapa besar kekuatan ketua Feng Ying itu?" Liu Yin lebih tertarik terhadap Feng Ying dari pada cerita yang lain.

"Aku juga tidak tahu! Mungkin kekuatannya di tingkat energi Alam puncak 3,"

"Aku hanya penasaran orang yang memakai jubah tiga garis hijau!" kata Kang Jian dengan mengelus-elus jenggotnya.

"Maksud ketua?" Liu Yin bertanya karena ikut penasaran juga.

"Jubah yang disimpan di dalam memiliki dua garis hijau. Menurut cerita, baju tiga garis hanya dimiliki oleh ketua sekte Awan Daun Ketua Feng Ying,"

Liu Yin menahan nafas sejenak." Maksud ketua, yang membunuh Darah iblis adalah ketua Feng Ying?"

"Aku juga tidak yakin. Bisa benar, dan juga bisa salah. Yang jelas kita berharap saudara Heeng berhasil mendapat informasi itu,"

***

Sudah 2 hari semenjak Ho Chen meninggalkan desanya. Dalam perjalanan Jie Rui sering menjelaskan tentang dunia luar.

Sedang Ho Chen mendengarkan dengan antusias.

"Hari sudah mulai gelap, Kita istirahat di sini, besok kita lanjutkan perjalanan,"

"Baik guru," Jie Rui segera mengumpulkan kayu dan dibantu oleh Ho Chen.

Diam-diam Jian Heeng mengukur energi Ho Chen. Dia yakin Ho Chen memiliki energi Tingkat Jiwa puncak 2. Namun sepertinya energinya lebih dari itu.

Untuk anak seusia Ho Chen rasanya tidak mungkin. Sedangkan Jie Rui yang lebih tua 5 tahun saja masih berada di energi Tingkat Jiwa awal 1.

Ho Chen sengaja menyembunyikan energinya. Itu karena pesan dari gurunya untuk tidak menunjukkan kekuatannya.

Feng Ying khawatir. Ho Chen masih berumur 8 tahun, namun energinya sangat tinggi. Bisa saja banyak yang akan mengincarnya, bahkan dibunuh. Karena akan dianggap ancaman di masa depan.

"Ini makanlah setelah makan kalian bisa istirahat," Jian Heeng membagi makanan roti kering.

"Terima kasih paman! Berapa lama lagi kita bisa sampai ke sekte Bukit Halilintar?"

"Sabar saudara Chen. Kemungkinan besok sore kita sudah tiba di sekte!" Jie Rui menepuk pundak Ho Chen.

"Saat kita tiba nanti akanku perkenalkan kepada teman-temanku yang lain. Dan di sana juga banyak murid gadis yang cantik-cantik." Kata Jie Rui dengun tersenyum lebar.

Ho Chen hanya tersenyum tipis mendengarnya. Dia masih kecil dan untuk perasaan ke lawan jenis Ho Chen benar benar belum mengerti.

Jian Heeng hanya melirik Jie Rui dan menggelengkan kepala, menurutnya dari pada perkembangan ilmunya, muridnya ini hebat soal perempuan.

"Ho Chen, apakah nanti kamu mau menjadi murid sekte kami?" Tanya Jian Heeng.

"Saya Belum tau paman!" Ho Chen menggelengkan kepala pelan.

Ho Chen masih ingin berlatih lebih kuat. Saat dirinya sangat kuat, dia ingin menyusul gurunya ke gunung Tirai Kabut. Jadi dia tidak ingin ada ikatan dengan sekte manapun.

"Pikirkanlah dulu baik baik sebelum mengambil keputusan,"

"Saya mengerti paman. Terima kasih atas nasehatnya!" Jawab Ho Chen.

"Saudara Chen, kalau kamu jadi murid sekte, jadi murid guru Heeng saja, nanti kita bisa jadi saudara seperguruan," Jie Rui bicara dan juga membujuk Ho Chen.

"Terima kasih saudara Rui atas tawarannya! Saya sangat tidak pantas menjadi murid sehebat guru Heeng. Dan masalah saudara! Kita sudah bisa jadi saudara walau tidak seperguruan,"

"Hahaha..! Kamu terlalu memujiku Ho Chen! Tapi aku tidak sehebat yang kamu katakan,"

Jian Heeng juga merasa tidak pantas menjadi guru Ho Chen, karna menurutnya Ho Chen sangat berbakat, cocoknya Ho Chen menjadi murid ketua sekte, atau jagoan terkuat yang lain.

"Saudara Chen apa benar kamu mau menjadi saudaraku, walau kita tidak seperguruan?" tanya Jie Rui dengan penasaran.

"Tentu! Kita bisa menjadi saudara angkat," jawab Ho Chen dengan tersenyum.

"Terima kasih saudara Chen!" Jie Rui langsung memeluk Ho Chen dengan semangat.

Jian Heeng pun ikut senang mendengarnya.

"Mulai sekarang kita adalah saudara, aku akan memanggilmu adik, dan kamu akan memanggilku kakak. Semua masalahmu adalah masalahku, jika aku memutuskan tali persaudaraan ini aku akan mati mengenaskan," Jie Rui mengucapkan sumpahnya.

Lalu Ho Chen pun juga mengangkat tangan dan mengucapkan sumpahnya juga.

"Mulai sekarang kita adalah saudara, aku akan memanggilmu kakak, dan kamu akan memanggilku adik. Semua masalahmu adalah masalahku, jika aku memutuskan tali persaudaraan ini aku akan mati mengenaskan,"

"Apa aku harus menjadi saksi sumpah kalian ini?" Jian Heeng mendekati mereka dengan tertawa kecil.

"Tentu, guru yang menjadi saksi kami,"

"Benar, paman yang menjadi saksi kami,"

Mereka menjawab hampir serempak.

Next chapter