webnovel

Tragedi Area Parkir

Jok kursi yang diduduki Maryam diubah oleh Ule ke posisi telentang supaya tubuh Maryam bisa dia kuasai.

"Ada apa dengan tubuhku yang tak mampu menepis gerakan tangannya? Apa yang harus aku lakukan tangannya membuka kancing kemejaku, kenapa juga aku harus pakai rok mini? Tangannya semakin nakal dan sangat dekat dengan surgaku,"

NMaryam terus bergumam selama tangan Ule beraksi menyentuh hampir semua anggota tubuhnya. Badannya seketika lemah tak berdaya sedangkan matanya tetap terpejam tanpa berani membukanya meski hanya sedikit sekali.

Namun ketika Ule hendak membuka CD warna merah Maryam, gerakannya spontan terhenti ketika mereka dikagetkan oleh suara teriakan minta tolong dari luar.

"Tolong ....! Tolong ....!"

Ule langsung membuka pintu mobil dan lari ke arah sumber suara.

Seorang ibu hamil yang dikejar-kejar oleh satu orang laki-laki dan perempuan. Wanita muncul dari pintu gerbang masuk rumah sakit sambil memegang perutnya.

"Ayo Mba saya bantu ke ruang IGD!" seru Ule.

Maryam tercengang saat melihat sikap Ule yang begitu peduli pada wanita tersebut, Ule menggendong kuat ibu hamil tersebut sampai ke ruang IGD.

"Suster tolong ibu ini sepertinya mau melahirkan!" Ule berseru pada perawat dengan nada yang terengah-engah karena capek menggendong ibu hamil tersebut.

"Kamu minum dulu deh!"

Maryam muncul dari sampingnya sembari membawakannya air botol mineral. Namun Ule cepat-cepat menutupi tubuh Maryam karena kancing kemejanya terbuka dua biji karena ulahnya tadi di dalam mobil.

"Sayang, dada kamu terbuka!" bisik Ule sambil pelan menoleh ke arah belakang Maryam takut tubuhnya dilihat banyak orang.

Maryam spontan merapikan kancing kemejanya setelah rapi dia kembali ke posisi di sampingnya.

"Ibu ini sudah pembukaan 4 sebentar lagi akan melahirkan dan segera dibawa ke ruang tindakan! Apakah anda keluarga dari pasien?" tanya salah seorang perawat.

"I-iya!" Maryam dan Ule menjawab bersamaan setelah keduanya saling tukar pandang karena bingung.

"Kalau begitu salah satu diantara Ibu dan Bapak tolong iku kami untuk mengurus administrasinya!" seru perawat kemudian.

Maryam dan Ule kembali bertukar pandang karena bingung lagi.

"Bagaimana kalau aku yang ke ruang administrasi, dan kamu temani si mba ini ke ruangan tindakan persalinan!" cetus Ule pada Maryam.

"Si Mba-nya kan ada perawat yang menemani, kita sama-sama ke ruang administrasi saja yah!" Maryam sangat kikuk saat Ule menyuruhnya menemani si wanita terssbut.

"Ya Pak, jangan khawatir! Si Ibunya kami yang tangani, silahkan dari pihak keluarga membereskan administrasinya terlebih dahulu!

seru perawat sambil mendorong ranjang khas rumah sakit ke ruangan tindakan persalinan.

Maryam menyanggah ide-nya Ule, dia bersikeras tidak mau menemani wanita yang ditolongnya itu.

"Kamu nggak mau jauh-jauh dari aku yah?" bisik Ule sambil berjalan menuju ruangan administrasi.

Maryam pun salah tingkah menghadapi sikap Ule yang memancing dirinya untuk marah.

"Kamu ....!"

Geramnya Maryam pada Ule sampai menggigit bibirnya sendiri, matanya melotot, dan mengepalkan kedua tangannya.

"Aku ingin bibirku digigit juga seperti tadi,"

Maryam kewalahan menghadapi sikap Ule yang semakin menggila.

Dreeet

Lagi asyik-asyiknya Ule menggoda Maryam ponsel Ule yang diselipkan di saku celananya berdering tanda ada telepon masuk.

"Le ....!"

Baru saja dibuka dan diangkat Tante Susi sudah meneriaki Ule dengan cukup keras sampai dia harus menutup telinganya.

"Apa sih Tan ganggu muluk?" tanya Ule dengan mengubah suara telepon di load seapekerkan supaya terdengar jelas oleh Maryam.

"Aku masih di area rumah sakit Tan, ini kita terkendala sesuatu hal di luar dugaan kami. Kalau Tante nggak percaya kita video call yah!"

Ule pun memencet tombol video supaya dirinya dan sang Tante bisa melihat jelas aktifitasnya. Setelah tersambung Ule memperlihatkan wajah Maryam yang tengah bersamanya.

"Nih, Tanteku sayang! Aku lagi sama cayangku!"

Ule menunjukkan Maryam dengan menggandeng bahunya lalu mencium pipinya.

"Aduh Ule ...!"

Melihat tingkah keponakannya Tante Susi menutup matanya sekaligus teleponnya karena dia malu sendiri.

***

"Keponakan tidak tahu diri, aku ini udah lama menjanda. Malah bikin aku ngiler aja kelakuannya," Susi mengomel pada dirinya sendiri.

Usai menelepon Ule Susi kembali ke ruangan di mana Aminah di rawat.

"Sus, bagaimana dengan Ule? Di mana dia?" tanya Aminah.

Susi menepuk jidatnya, saking keselnya sama Ule dia lupa tanya di mana keberadaannya.

"Di-dia sedang makan dulu katanya di kafetaria rumah sakit sama ca-calon istrinya itu, mungkin sebentar lagi mereka ke sini!" Susi gelagapan menjawab pertanyaan kakaknya tersebut.

Aminah bangkit dari tidurnya karena mau buang air kecil.

"Sus, tolong pegangin infusnya Kakak mau ke toilet!"

Susi segera memegang infus dan memapah tubuh Aminah yang masih sangat lemah tersebut ke dalam toilet.

"Anaknya enak-enakan bercinta, emaknya gue yang repot ngurusin," tak henti-hentinya Susi menggerutu.

"Kamu bicara apa sih Sus?" tanya Aminah.

"Nggak kok Kak, ini sampah udah numpuk kok belum diambil juga sama petugas kebersihan,"

Susi baru sadar jika kata-katanya hampir terdengar oleh sang kakak meski hanya samar-samar.

"Hampir saja,"

Susi mengelus dadanya karena hampur ketahuan dengan apa yang dia omongkan. Namun bagaimana pun juga dia ingin menjaga kondisi batin kakaknya biar cepat pulih.

"Perempuan itu sepertinya berasal dari keluarga berada ya Sus? Terlihat sekali dari penampilannya," Aminah mengomentari tentang Maryam yang dikenalkan Ule sebagai calon istrinya.

***

"Suster ini semua pembiayaan persalinan yang bernama ibu Irma sudah saya bereskan! Dan maaf kami ini bukan keluarganya kami hanya kebetulan menolong dia, jadi kami permisi ya sus!" ujar Maryam.

Setelah beres mengurus pembiayaan wanita yang tidak sengaja Ule tolong tadi, Ule dan Maryam kembali ke ruangan Aminah dirawat. Namun sebelum sampai ke tujuan perut Ule terdengar keroncongan yang membuat Maryam tertawa lepas.

"Ha ha ha, aku lupa tadi kan kamu habis kerja keras jadi sudah menghabiskan energi banyak,"

Maryam meledek puas Ule, tapi yang namanya Ule selalu tidak mau kalah dengan seorang wanita.

"Aku tadi menghabiskan energi banyak selagi di dalam mobil, nggak kebayang kan tadi kalau nggak ada tragedi ibu hamil itu?"

Maryam langsung diam seketika, namun Ule sangat peka dia spontan menggendong tubuh Maryam menuju kafetaria tanpa malu meski banyak orang melihatnya.

"Kamu apa-apaan sih Le?" keluh Maryam sambil berusaha menggerakan tubuhnya supaya bisa turun dari pangkuannya.

"Aku hanya ingin membuktikan jika perasaan cinta ini sangat kuat!"

Sambil menggendong matanya sambil menatap tajam wajah Maryam hingga memancing Maryam mengalungkan tangannya ke leher Ule.

"Cium akunya nanti kalau kita sudah makan! Isi tenaga dulu biar hot gerakannya!" ujar Ule sambik mendudukkan Maryam ke atas kursi yang ada di kafetaria.

"Jujur aku ingin mengulangi hal yang terjadi di dalam mobil!" gumam Maryam .

Next chapter