webnovel

Dapet Gadis Yang Sempurna

Enam bulan sejak peristiwa di kampung durian itu, Rizal sengaja menjauh atau menjaga jaŕak. Bertemu pun tidak pernah. Yang dilakukan Rizal untuk mengurangi sorotan orang terhadap kesalahan nya. Dan akhirnya rizal memutuskan untuk boyong atau pindah tempat. Setelah beberapa minggu di desa orang, Rizal pun mengamati penduduk di sekitar nya. "Rupanya tidak beda jauh dengan kampungku" krentek rizal sambil membuka tutup botol air minum dan menikmatinya. Sikap itu sangat berlawanan dengan ketua pemuda, namanya Alfi. Rizal semakin ramah, bahkan selalu mencari muka di mata masyarakat. Ia ingin mengembalikan Citranya sebagai pemuda pancasila yang mumpuni setelah dipermalukan di depan umum.

Beberapa bulan sebelum Rizal pindah kampung, hidupku selalu di penuhi dengan kegembiraan yang tak terbatas. Minuman, bermain perempuan dan judi. Dan pada akhirnya pemuda pancasila dan masyarakat tidak menerima dengan apa yang aku perbuat. Bahkan ada salah satu warga yang tidak terima karna kecerobohanku. Di suatu malam di saat ia merasa paling hebat di kampung durian, di pun bingung apa yang harus di lakukan. Akhirnya karna kebingungan nya ia pun memutuskan membeli minuman keras dan menikmatinya.

Selang beberapa menit, ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Belum jauh dari tempat pesta kecilnya. Rizal melihat seorang perempuan yang sedang jalan sendirian di tengah malam yang hanya di terangi lampu yang cukup kecil dan jaraknya yang tidak bisa di hitung dengan panjangnya tangan. Suasana yang cukup sepi, hanya terdengar suara penghuni binatang malam.

Rizal langsung merengkut, membawa ke pinggir jalan sekiranya orang tidak melihatnya. Rizal mulai melakukan olahraga yang cukup nikmat karna ketidak sadarannya. Perlahan satu persatu pakaian yang ia gunakan di lepas tanpa ada rasa malu. Dan perempuan itu hanya bisa melawan sekuat tenaganya, tetapi apalah daya perempuan itu hanya pasrah dengan keadaan. Dengan jeritan dan tangisan membuat badan wanita itu menjadi lemah dan tidak berdaya.

Tomi "suami dari perempuan itu, yang baru jalan empat bulan mengandung anak pertamanya". Ia pun mencemaskan istrinya, "tumben jam segini belum nyampe rumah" krentek tomi sambil menatap jam dinding. Dan akhirnya Tomi memutuskan untuk menjemput istrinya.

Setelah Tomi melangkahkan kaki, dengan hati yang tenang dan berfikir positif, tiba-tiba di pertengahan jalan Tomi mendengar suara yang tidak asing. Tomi pun tidak menggubris suara itu seakan-akan tidak ada kejadian. Tomi masih melanjutkan perjalanan nya untuk menjemput istrinya. Tatapi setelah beberapa langkah, Tomi langsung menghentikan langkahnya dan langsung mencari sumber suaranya itu.

Tidak jauh jaraknya dari jalan, Tomi melihat dengan jelas. Kayla ....!!!!!!!!!

Belum sampai dua langkah, Tomi mengayunkan tangan memukul tengkuk Rizal. Seketika Rizal oleng . Seperti belum puas, tinju Tomi mendarat lagi tepat di mata, berulang-ulang kali sampai jarinya di selimuti oleh darah.

Des!.Tanpa ampun lagi Rizal terjatuh. Rasa sedih dicampur emosi. Samapai-sampai Tomi tidak menyadarkan diri hingga menghajar habis-habisan. Samapi-sampai Tomi sudah tidak berdaya untuk memukulnya. Ahirnya Tomi memutuskan untuk pulang dan membawa istrinya yang lemas karna hantaman binatang buas.

Sampai beberapa menit, Rizal baru mampu berdiri. Darah mudanya bergejolak ingin membalas. Tetapi, hati kecilnya takut akan memperbesar masalah. Dengan mata yang menghitam dan mulut berdarah, Rizal pulang ke rumah Mbah Kasno. "Kenapa mulutmu itu, Le?" tanya Mbah Kasno melihat mulut cucunya berdarah. "Tidak apa-apa, Mbah," jawab Rizal singkat. Ia ingin menghindar dari pertanyaan selanjutnya. Namun, baru akan melangkah ke pintu, kakinya tersandung. Tak mampu mempertahankan diri Rizal terjatuh, kepalanya membentur pintu.

Mbah Kasno segera berjongkok menolong cucunya. Tetapi, melihat Rizal yang tidak sadar, Mbah Kasno sudah tidak kuat lagi untuk mengangkat cucunya. Segera berteriak memanggil Pak Sukahar. Pak Kahar yang rumahnya di samping rumah Mbah Kasno segera berlari. Ia menyangka Mbah Kasno terjatuh. Pak Sukahar juga tidak kalah terkejut begitu mendengar teriakan Mbah Kasno

Melihat cucunya terkapar di depan pintu dan mulutnya berlumurah darah, Pak Kahar berteriak histeris. Suara Mbah Kasno yang disusul teriakan, Mufit mengejutkan semua tetangga. Hanya dalam beberapa detik, rumah Mbah Kasno dipenuhi orang.

"Lelaki macam apa kau ini, dipukul orang tidak berani membalas! Aku memang berpesan kalau hanya sekali, biarkan dan ingatkan! Tetapi, kalau sudah keterlaluan ya balas!" kata Pak Kahar itu setelah Rizal siuman.

Hati lelaki tua itu terbakar api kemarahan. Kalau saja dirinya masih kuat, ia akan mencari orang yang menganiaya cucunya, bahkan sampai ke lubang semut sekalipun. Ia teringat ketika dipukul tentara Jepang gara-gara menolak merampas hasil panen penduduk. Saat pergi berdua di tengah sawah, orang Iepang itu langsung dibalas secara jantan. Tanpa mengaduh, orang Jepang itu mencabut pedang samurainya. Melihat situasi yang kurang menguntungkan, ia segera mundur. Sarung yang melilit tubuhnya dicopot kemudian ia gunakan untuk senjata. Ketika pedang samu'rai diayunkan untuk memenggal kepala, ia membungkuk. "Tidak ada yang tau dengan kejadian itu" Rizal yang sedang terbaring

Setelah sampai di rumah, Tomi menceritakan semua kejadian yang ia lihat kepada tamu yang ada di rumahnya pada saat itu. Siapa yang tidak terkejut mendengar apa yang di alami oleh perempuan yang sedang terbaring dan mengeluarkan air mata yang tiada habis nya. Perempuan yang selalu menjaga auratnya dan menjaga kemuhrimannya pada saat mudanya bahkan dari keluarga yang terhormat.

Tidak puas dengan tindakan itu saja, Tomi juga selalu mencari masalah dengan Rizal sebagai bentuk balas dendam. Sekiranya masalah itu di mata masyarakat membuat dirinya justru menjadi benar, maka ia tidak segan-segan melakukannya.

Setiap ada kesempatan, pihak keluarga dari perempuan tidak akan menyia-nyiakan begitu saja. Kesempatan itu memanfaatkan momen terbaik. Seandainya nanti dipersalahkan orang. Sujak sudah menyusun alasan bahwa Rizal memberikan contoh ke desa yang tidak pantas, yakni dengan mencoreng budaya nenek moyang kita. Bila hal itu dibiarkan. tentu akan merusak moral pemuda pancasila. "Sujak orang tua dari korban". Sebelum budaya itu mewabah, tentu harus dicegah! pikir rafli. "tetangga sebelah rumah".

Dengan kejadian Rizal, tentu akan merusaK moral anak muda apa lagi desa kita sudah terkenal dengan agamis. Mereka pasti akan ikut-ikutan seperti Rizal. Sebelum budaya itu mewabah, tentu harus dicegah! pikir Sujak. Setelah lima bulan, Rizal menerima imbalan iya lakukan. Sampai-sampai ia tidak menyadarkan diri selama lima hari, akibat pelampiasan Tomi yang benar-benar membabi buta dan Rizal sama sekali tidak ada perlawanan karna saat itu ia dangan mabuk berat.

Pagi yang cerah membuat Rizal ingin berolahraga "jogging" jam menunjukkan pukul enam lima puluh menit. Setelah mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian olahraga dan menyiapkan botol minum "siapa tau nanti di perjalanan haus" pikirnya sambil mencari botol, jam menunjukkan pukul enam, Rizal menyegerakan untuk berangkat jogging, setelah di pertengahan jalan, dengan berlawanan arah Rizal pun di hadang oleh tiga orang pemuda. Yang aku kenal hanyalah Tomi, mungkin ia habis pulang dari ronda malam. "pikir Rizal sambil menundukkan kepala dan melangkah secara perlahan.

Hai kawan "teriak Tomi sambil mendekati binatang buas itu"

Iyaa.... "jawab Rizal seakan-akan keadaan yg sudah membaik.

Prooooook!!!

"Kurang ajar!" bentak Tomi sambil melayangkan tinju ke mulut Rizal. Sebenarnya Rizal bisa menghentikan Tomi hanya dehgan ketakutan yang aku miliki. Akan tetapi, Rizal teringat kemarahan kakeknya saat sedang bertengkar dengan Baidhowi. Akhirnya, tetap ada kepalan tangan yang mendarat ke mulut Rizal. Rizal pun mengaduh, "Jangan main pukul.!" cegah Rizal sambil menahan kesabaran. "Mau apa kau?! Balas kalau kau memang sakti!" tantang Tomi merasa di atas angin. Tangannya masih terkepal dengan posisi kaki kuda-kuda. tangan Tomi kembali melayang. Setelah Tomi merasa puas, Tomi dan kawannya meningga binatang buas itu.

"Ulahku memang tidak sebanding dengan apa yang kudapatkan, tapi sampai kapan aku harus seperti ini" Rizal sambil menikmati rasa sakitnya. Ia pun kembali pulang untuk mengobati mulutnya yang berdarah dan beristirahat. siang yang cerah berubah manjadi malam yang sunyi seperti kuburan.

Krikk-krik!

Suara jangkrik membangunkan tidur Rizal yang masih merasakan kesakitan karna kejadian pagi kemaren. Di suasana malam sunyi dan hembusan angin yang sepoi-sepoi. Rizal akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kampungnya, dengan membawa barang yang sekiranya penting dan pakaian yang terbatas. Rizal mulai membuka pintu dengan perlahan agar tidak ada yang tau dengan kepergiannya. Setelah keluar dari rumah, Rizal kembali menolehkan kepalanya kebelakang dan menatap rumahnya. Rumah sebagai tempat tinggalnya dari sejak kecil, kini aku meninggalkan nya karna kecerobohan ku. Rizal hanya merasa sedih dan hanya melambaikan tangan nya sebelum ia pergi meninggalkan rumah nya.

Setelah melangkahkan kaki, ia pun mengambil rokok di saku sebelah kiri nya lalu menyalakan dan menikmatinya. Sesampai di tengah perjalanan, tepat di kejadian yang penuh dengan history. Ia memandang tampat itu dan menghembuskan nafas "seakan-akan menyesali atas perbuatannya". Entah apa yang di pikirkan pemuda itu samapi-sampai ia melemparkan puntung rokok ketempat kejadian tersebut dan melanjutkan perjalanan yang entah kemana tujuannya.

Sebelum sampai di poskampling ia melihat situasi kiranya sedang ada yang menjaga, tapi pria itu sudah biasa keluar malam jadi tidak ada yang curiga dan kebetulan malam itu tiada ada yang menjaga. Langkah demi langkah ia jalani dan hembusan angin malam mulai masuk ke dalam tubuh nya, akhiran ia memutuskan untuk beristirahat di masjid dan entah sampai kapan pria itu tiba di tujuan.

Terdengar suara mobil truk yang sedang mencari parkir "Mungkin ia ingin mengerjakan sholat subuh" pikir Rizal.

"Assalamualaikum mas" tanya sopir truk

"Waalaikumsalam, mohon maaf mas saya tanpa izin memasuki masjid" jawab Rizal seakan-akan pria sopir truk itu tinggal di perumahan ini.

"Emmmmm" seperti nya pria ini sedang dalam perjalanan jauh. Pikir sopir truk

"Justru saya yang mau izin, mau numpang ke toilet. Soalnya udah kebelet" jawab sopir yang sedang menahan ingin membuang air kecil.

"Oh.. Iya ada di belakang mas" jawab Rizal karna ia baru saja keliling mencari wc.

"Terimakasih mas" pria itu sambil tersenyum dan segera pagi ke wc.

Rizal pun keluar dari masjid, karna dia ingin merokok. Selang beberapa menit pria sopir truk itu keluar dari Kamar mandi dan lansung menemui Rizal.

"Alhamdulillah akhirnya lega juga" sambil menatap pria yang sedang merokok

"Sepertinya sampean dari perjalan jauh?". Tanya pemuda yang sedang merokok.

"Bisa aja sampean mas". Sambil menghidupkan rokok.

Setelah kedua pria itu berbincang-bincang dan saling mengenalkan diri masing-masing, akhirnya rizal-pun di ajak oleh pria sopir truk.

Alif namanya. Pria yang bertubuh gemuk berbadan gempal dan hobinya mengendarai mobil. Suara azan subuh berkumandang dan dua pria itu mengerjakan sholat subuh berjamaah.

Setelah selesai sholat, Rizal pun mengambil tasnya dan memasukan ke dalam mobil truk. Di dalam perjalanan Rizal hanya berbicara seadanya dan samasekali belum cerita masalah yang sedang menimpanya nya. Setelah beberapa jam di perjalanan dua pria itu telah sampai. Rizal di turunkan di depan rumah alif. Sedangkan alif mencari tempat parkir yang baru, karna tampat parkiran yang bisa lagi di aspal.

"Mari masuk, anggap aja rumah sendiri, ya...! Beginilah rumah pejuang rupiah". Sambil membereskan mainan anak-anaknya.

"Ma...! Mama, tolong bikinin kopi ma dua". Sambil mempersilahkan duduk dan menyalakan sebatang rokok.

"Iyaa... pa, tunggu sebentar". Biasa kerepotan ibu rumah tangga.

Perumahan segi tiga namanya, tempat tinggal alif yang sederhana, mempunya anak tiga laki-laki anak pertama dan yang lain perempuan.

"Mari silahkan di minum...!, saya nyelesain nyuci dulu". Sambil tersenyum.

"Ini istri saya, namanya diva. Dia yang menemaniku dari nol samapai sekarang alhamdulillah mapan". Sambil memegang pundak istrinya.

"Jangan dengerin mas, bisa kalo ada tamu sering ngegombal". Senyuman yang manis dan gigi yang gingsul.

"Terimakasih bu, jadi nggk enak saya". Jawab Rizal yang menahan rasa malu dan menundukkan kepalanya.

Secangkir kopi yang menetralkan pikiran Rizal dan Alif, Rizal pun di diperbolehkan untuk tinggal di rumahnya Alif. Alif menunjukan kamar yang sederhana untuk beristirahat kapan saja ia mau.

Alif adalah seorang ketua pemuda di kecamatan itu, jadi ia tidak ragu-ragu memberi tempat tinggal pria yang mempunya jiwa yang sejalan sepertku. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang, Rizal yang sedang terbaring di atas kasur yang rata dengan lantai dan sedang memikirkan keadaan keluarganya yang ia tinggal tanpa memberi kabar. Tetapi Rizal berjanji akan merubah hidupnya dan akan membanggakan keluarganya.

Tahun demi tahun ia lewati dan ia pun tidak memandang pekerjaan apa yang ia lakukan, membuat para penonton terhipnotis karna ketekunannya. Karna ketekunan nya membuat para gadis terpesona. dan kini Rizal sudah menginjak du puluh lima tahun, sudah saatnya ia berkeluarga.

Dengan pekerjaan yang mapan dan biaya yang ia kumpulkan merasa sudah lebih dari cukup, Rizal-pun memutuskan untuk menikahi perempuan di desa itu.

Perempuan itu namanya Nada. Bulu mata wanita panjang dan lebat, Mata berwarna seperti madu, hijau dan biru. Pernikahan yang mewah dan megang, membuat para tamu undangan merasa terharu dengan kemewahan dan kecantikan wanita itu. Rizal menghabiskan bulan madunya di negara yang tidak mungkin bisa ia injak di masa kecilnya.

 

***TERIMAKASIH***

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!