1 Hidup dan Mati

Angin berhembus membawa hawa kehampaan. Pada puncak gunung tertinggi, sebuah punggung masih tegak. Guratan lelah memenuhi wajahnya, bau anyir darah mengelilinginya. Matanya terpejam, mengusir bayangan suram dalam benaknya.

"Go mufeng... Menyerahlah!!". Suara lembut masuk dalam pikirannya. Mata yang semula terbenam, mulai menampakan retina yang mempesona. Menatap tajam arah pandangannya. "Jangan mempersulit lagi".

Wanita seindah rembulan berdiri didepannya. Melihat wajah itu, membuat Go mufeng terbakar amarah. Emosi yang sedari tadi di tahan mulai lepas kendali. "HUA XUNSHI !!!. Hutang ini.. aku akan mengingatnya. Setiap tetes darah yang terbuang, akan ku kembalikan seribu kali lipatnya!!". Darah ayahnya, darah ibunya, darah saudara klannya, dan yang terakhir darah gurunya. Dia akan mengembalikan semua itu.

"Hahh... Go Mufeng. Kamu terlihat menyedihkan". Bibir Semerah delima, menampakan pesonanya. Tawa yang terdengar lembut menyimpan ejekan. Mata yang sebening kristal mengandung hinaan dalam pandangannya. "Lebih baik kamu menyerahkannya. Jangan melawan!! Aku tidak ingin melukaimu".

"Cuihh... bermimpilah!! Sampai kapanpun tidak akan ku berikan. Apalagi pada orang rendahan seperti kalian". Go mufeng masih menatap tajam pada sekumpulan orang didepannya. Sepuluh orang penatua dan Hua Xunshi.

"Sungguh orang yang sangat bodoh. Tidak tau yang terbaik untuk dirinya sendiri". Hua Xunshi memegang kening dengan tangan kirinya, seakan-akan prihatin dengan nasib temannya. Sambil menurunkan arah pandangnya. Dia melambaikan tangan kanannya memberikan isyarat.

"Jika dia masih keras kepala... " Menaikan pandangannya. Xunshi mengunci tatapan Go Mufeng. Sambil tersenyum dia berkata "... Bunuh saja!".

Sedetik kemudian, Go Mufeng dikepung dari segalah arah mata angin. sebisa mungkin dia melawan. Namun pertarungan tidak seimbang membuat Go Mufeng mengalami kesulitan.

Ditengah pertempuran, secara tiba-tiba tiga orang penatua menyerang bersamaan dari depan, membuat konsentrasi Go Mufeng pecah dan hanya bisa bertahan. Kondisi ini di manfaatkan oleh penatua dibelakang Go Mufeng yang langsung menusukkan sembila pedang sehingga menembus jantung Go Mufeng.

Darah mulai mengaliri mulut Go Mufeng. Lututnya mulai goyah. Dia tidak sanggup berdiri lagi dan akhirnya hanya bisa bersimpuh.

Ditengah rasa sakitnya, Go Mufeng masih mempertahankan kesadarannya. Sayup-sayup dia mendengar suara langkah kaki mendekatinya.

Setelah sampai didepan Go Mufeng, Hua Xunshi menunduk. Sambil menatap matanya, dia mengangkat dagu Go Mufeng.

"Teman, aku sangat sedih melihatmu seperti ini. Tolong Berikan itu padaku! dan akan ku berikan kematian yang mudah untukmu". Senyum Hua Xinshi masih tersemat pada bibirnya, membuat Go Mufeng benar-benar muak.

"Per hhh gihh hlah hah hah khe Ner ha hka.." di saat terakhirnya, Go Mufeng masih mencoba mempertahankannya. Membuat Hua Xinshi kehilangan senyumnya dan yang tersisa hanya tatapan membunuhnya.

"Potong-potong tubuhnya lalu bakar!... " Setelah memberikan perintah, Hua Xunshi meninggalkan tempat kotor itu. Namun ditengah-tengah langkahnya, dia menoleh kebelakang. Dengan tatapan sinisnya, Hua Xunshi berucap lagi..

"... Ingat! jangan sampai tersisa sepotong bagian pun". Dan kembali meneruskan langkahnya dengan bersenandung ria. Menandakan hatinya tengah berbungah.

"Yahhh.. meski agak sayang warisan itu harus lenyap dengan pemiliknya tapi setidaknya tidak ada yang akan menyaingiku lagi. Selamat tinggal Go Mufeng".

Black Cubic

Kubik hitam adalah sebuah misteri. orang yang menjadi pewaris akan memiliki tato rose hitam di atas dadanya.

Dalam berabad-abad tahun lalu. Kubik hitam diberikan kepada keluarga Go dan diturunkan hingga pewaris terakhir, Go Mufeng.

Selama memiliki beberapa pewaris, kubik hitam tidak pernah menunjukan wujudnya. Jika bukan karena tanda pada pewarisnya, orang akan menilai kubik itu tidak nyata. Go Chun, pewaris pertama kubik hitam, mengatakan bahwa kubik hitam akan memilih sendiri tuannya.

Dan sampai terakhir pun. Tidak ada yang tau bentuk dan wujud dari kubik hitam..

Bangunlah....

Bangun...

Tuan....

Saya mohon...

Lantunan yang terdengar lirih menuntun Go Mufeng pada setitik cahaya. Kegelapan yang mulanya membungkus kesadaran Go Mufeng mulai memudar. Cahaya itu semakin lama semakin terang membawa Go Mufeng pada Padang yang terang.

"Dimana ini? Tempat macam apa ini?"

Tuan

"Siapa?"

Ini saya, tuan. Pelayanmu, pelindungmu, dan temanmu satu-satunya

"Pelayan? Jangan bercanda!!"

Tuan, maafkan saya yang terlambat datang. Mulai sekarang kita tidak akan terpisah.

Lagi....

avataravatar
Next chapter