25 Bonus Event!

Tengah malam, di Wynteria, Ibukota Kerajaan Huntara.

Para pedagang yang siang tadi ramai berdampingan di bahu jalan kini telah sepi. Mereka semua telah kembali ke penginapan untuk beristirahat menyongsong hari esok.

Namun walau begitu, itu tidak membuat kegiatan di Wynteria ikut sepi. Festival siang hilang, kini festival malam menggantikannya. Festival di mana pada orang dewasa akan sangat menikmati.

Bar dan bordil-bordil di seantero kota mulai beraksi. Menyalakan berbagai lampu berwarna mencolok untuk mengikat para pelanggan yang datang dari luar kota. Alkohol, musik, perjudian dan prostitusi menjadi daya tarik yang tidak bisa dilewatkan pada festival malam.

Semua bahagia menikmati kenikmatan malam.

Di lain pihak, rombongan keluarga Viscount Amary telah kembali dari pertemuan dan transaksi mereka dengan penjual misterius bernama Cien Millard. Mereka telah mendapatkan kembali sang putri kesayangan, Veronica.

Sebagai tambahan, mereka pun atau lebih tepatnya, Shiwa Amary, telah memberi beberapa barang unik lain dari tempat Cien.

Tiga Hellteak Spear, satu Blackwood Dagger, satu Bluminous, tiga Healing Potion, tiga Mana Potion, Tiga Antidote, segelas darah Inferno Bear, dan tiga buah boneka kayu.

Semua barang tersebut dibeli oleh Shiwa setelah mendengar semua penjelasan dari Cien. Selain Shiwa, semua orang merasa skeptis dengan apa yang dijelaskan oleh Cien. Karena banyak dari barang tersebut merupakan benda yang dibuat dari material yang berasal dari Death Valley.

Bagi mereka, termasuk Nicolas sendiri, seseorang yang tinggal di Death Valley adalah hal yang absurd. Dan sungguh, Nicolas ingin menghentikan Shiwa, takut-takut istrinya ditipu oleh si penjual misterius.

Namun Shiwa tidak mengindahkan peringatan dari sang suami. Dan langsung membeli semua barang yang menurut dia menarik.

Kini tengah malam, semua benda yang telah dibelinya berjajar rapi di sebuah meja besar di halaman belakang kediaman Amary. Mengelilingi meja adalah anggota keluarga Amary dan beberapa ksatria penjaga dan beberapa pengrajin yang terafiliasi dengan perusahaan milik Shiwa.

Mereka semua baru saja selesai mengetes kemampuan dasar setiap benda. Hasilnya, semua orang di sana terkejut, mereka terdiam seribu kata, karena kualitas benda yang mereka tes itu berada di atas rata-rata benda yang beredar di pasaran. Termasuk Healing Potion yang tingkat kemanjurannya tiga kali lipat dari yang biasa dijual di toko alchemy.

"Siapa sebenarnya pedagang ini? Walau kualitas barang-barangnya tidak berada di tingkat tertinggi, namun kualitas seperti ini saja seharusnya sudah memberikan dia cukup nama. Apalagi senjata-senjata ini… material yang dia gunakan benar-benar misteri. Kalau benar ini berasal dari Death Valley, itu artinya dia bukan orang biasa. Dan… kita belajar, banyak hal yang belum kita pelajari di Kastia."

Ujar seorang pengrajin tua yang mengamati tombak Bluminous di tangannya. Tombak itu terasa sederhana baginya, namun matanya tidak dapat melihat material yang digunakan Cien, membuat rasa penasaran dalam dirinya membludak.

"Boleh saya bedah tombak ini?" Tanya pengrajin itu, ingin lebih mempelajari Bluminous lebih detail di workhouse miliknya. Yang langsung dibalas serempak oleh Nicolas dan Shiwa.

""Tidak.""

"..."

Walau begitu sang pengrajin tidak mau melepaskan tombak tersebut, membuat Nicolas harus memaksa prajuritnya untuk mengambil Bluminous kembali.

"Dari semua benda yang kita beli. Bluminous adalah yang paling berharga, bisa dikatakan nilainya bahkan lebih berharga daripada Fire Glove," ujar Nicolas mengambil kembali Bluminous. Kedua matanya tampak berseri melihat tombak dengan warna biru pucat di tangannya tersebut.

"Fire Glove sangat berharga bagi mereka yang berada di rank bawah. Tapi, bagi mereka yang ada di rank atas seperti rank 7 ke atas, benda magis tersebut tidak terlalu bernilai. Dari pada memakai Fire Glove, kekuatan mereka sendiri sudah cukup. Tapi, berbeda dengan tombak ini…"

Tambah Shiwa, mengambil Bluminous dari tangan suaminya, lalu memainkannya sambil mengalirkan mana ke dalam tombak.

"Di mata mereka yang berada di atas. Adanya tombak ini akan membuat mereka menjadi lebih kuat. Tombak ini pun akan lebih terlihat kemampuannya seiring kekuatan pemakainya."

Ujung pisau tombak seketika berwarna biru terang, Shiwa lalu menusuk sebuah batu besar yang menghiasi halaman belakang kediaman. Shiwa hanya menusuk secara lembut, namun kekuatan yang dihasilkan dari dirinya digabung dengan Bluminous membuat tusukan lembut itu dapat melubangi batu sebesar sepuluh kali bola sepak.

Tidak hanya itu, setelah Shiwa mencabut kembali tombaknya. Di bagian yang tertusuk itu, terdapat cairan biru terang yang mulai melelehkan batu sedikit demi sedikit. Racun dari Bluminous termasuk berbahaya, dan kekuatan racun tersebut akan lebih berbahaya lagi bila pemakainya lebih kuat dari Shiwa.

"Bluminous merupakan senjata yang berbahaya dan bernilai. Entah kapan kita bisa bertemu lagi dengan Cien. Oleh karena itu, untuk saat ini terlalu berisiko untuk mempelajari ini. Kami tidak mau kehilangan tombak ini," tambah Shiwa menyeringai ke pengrajin tua yang hanya bisa kecewa.

"Pertanyaannya sekarang, siapa yang akan menjadi pemilik tombak ini?" Tanya Nicolas.

Shiwa mengangkat bahunya, namun senyum di wajahnya semakin mekar, "Akan ada perang saudara sebentar lagi. Mungkin ini akan jadi debut bagi Bluminous dan Fire Glove. Kita harus memilih orang tepat untuk memakai tombak ini di perang nanti. Dengan kekuatan tombak ini, kita akan mendapatkan merit yang besar untuk Kerajaan."

Nicolas mengangguk setuju.

***

Pagi hari, Wynteria.

Aktivitas Festival Polaris kembali ramai oleh para pedagang dan pengunjung. Jalan-jalan mulai dipenuhi oleh riuh tawa dan senyum.

Di antara para pengunjung yang menyebar senyum inilah, seorang lelaki berambut putih yang memakai baju serba hitam serta menggendong kotak kayu besar baga peti mati berjalan tampak mencolok.

Identitas lelaki itu sangat misterius, namun saat ini banyak pihak yang selalu membayangi setiap pergerakannya. Pihak-pihak yang ingin mencari untung dengan mendapatkan benda-benda magis yang ada pada dirinya. Salah satunya sepasang Fire Glove yang dipakai di kedua tangan sang lelaki.

Mereka tidak mampu bergerak untuk meringkuk sekarang, namun bila lelaki itu menginjakkan kakinya di luar tembok kota. Maka dia akan menjadi santapan segar para pemburu yang mengintai di balik bayangan ini.

Lelaki itu, Cien, walaupun dia lemah dan tidak bisa merasakan kehadiran para pengintai yang tidak jauh darinya. Namun, dia bukanlah orang bodoh. Kejadian kemarin sedikit memperingatinya akan kejadian di masa depan nanti. Kejadian di mana nyawanya bisa melayang kalau dia tidak hati-hati.

"Sigh~"

Cien mendesah pelan. Sesungguhnya dia masih mempunyai beberapa hari lagi sebelum nanti akan diteleportasi paksa oleh ponselnya kembali ke toko. Tapi, memprediksi situasinya sekarang, membuatnya tidak mungkin tinggal di Wynteria lebih lama lagi.

Lagipula, dengan diborongnya banyak barang darinya oleh keluarga Amary menandakan kalau misinya kali ini telah selesai.

Sekarang sebelum Cien pulang, dia akan ke tempat beberapa pengrajin kulit untuk mengambil kulit pesanannya. Bukan itu saja, Cien juga berbelanja beberapa kebutuhan yang diperlukannya di Death Valley.

Seperti baju, makanan, buku dan lain sebagainya. Ditambah, Cien juga membeli beberapa bibit sayuran dan buah-buahan untuk ditanam di sekitar tokonya. Dia ingin segera lepas dari memakan tanaman liar yang dia sendiri masih belum pasti apakah itu bagus atau tidak.

Cien menyelesaikan seluruh pembelanjaan hingga matahari mulai turun dari puncaknya. Setelah beres lalu membeli santapan makan siang dan bekal untuk makan malam di salah satu kios di pinggir jalan.

Cien lalu berjalan ke sebuah gang sepi yang sekiranya jarang dilalui orang. Sepanjang perjalanan, dia memperhatikan dengan seksama kanan dan kirinya, memastikan kalau dia sendiri dan tidak ada orang di dekatnya, sebelum akhirnya dia membuka ponsel dan menekan tombol kembali di kolom Event.

Detik kemudian, Cien pun menghilang dari Wynteria. Meninggalkan para penguntitnya yang setelah satu jam tidak melihat lelaki berambut putih itu keluar dari gang kebingungan. Setelah satu dari mereka memeriksa. Terkejut mereka mendapati target telah menghilang tanpa jejak.

Di lain tempat, Cien yang tidak tahu menahu akan dirinya dikuntit, seketika tiba di tengah hutan Death Valley. Namun, melihat sekelilingnya, Cien mendapati dirinya di tempat yang asing baginya.

Walau Cien tahu kalau dirinya ada di Death Valley, tapi tanaman yang ada di sekitarnya merupakan tanaman yang tidak pernah dilihatnya. Atau mungkin itu bukanlah tanaman, namun lebih tepatnya jamur-jamur raksasa setinggi pohon beringin.

Yup, Cien tiba di tengah-tengah hutan jamur, yang tidak pernah dia tahu keberadaan tempat tersebut. Cien hanya bisa menatap kosong sekitarnya.

"Bagian Death Valley mana ini? Kuharap ini masih di area luar," gumam Cien sembari melihat ponselnya.

Di atas layar aplikasi Toko Kirana, terdapat lambang mata angin di mana ada satu panah lain yang menandakan letak tokonya. Bila Cien mengikuti arah panah itu, dia akan kembali ke tokonya.

"Pertanyaannya, berapa jauh?"

Cien kembali melihat sekeliling lalu kembali melirik ke ponselnya. Di sana dia mendapatkan pemberitahuan baru dari aplikasi permainannya.

__________

Bonus Event!

Selamatkan rombongan Putri Sravati dan jadikan mereka pelanggan tokomu!

Hadiah : ???

__________

"..."

Cien tidak mampu berkata apa-apa melihat misi baru di ponselnya.

"Siapa pula Putri Sravati?! Di mana aku bisa menemukannya?!"

Hanya perlu satu detik setelah Cien mengeluh, suara teriakan seorang perempuan terdengar dari kejauhan sana.

"KYAAAA!!!"

"...Ah, di sana rupanya. Ugh…"

avataravatar
Next chapter