1 Tiara yang Berisik!

Dering ponsel yang berbunyi sukses membuat Kinara terkejut. Pimpinan sebuah perusahaan bernama Diamond Palace yang bergerak di bidang real estate tersebut, lantas menatap layar ponsel yang berada di atas meja kerjanya. Kinara menghela napas ketika mendapati nama Tiara tertera sebagai sang penelepon yang tidak ia inginkan. Jujur saja, ia merasa agak berat untuk menerima panggilan masuk dari salah satu temannya tersebut.

Belakangan ini, Tiara memang terlalu berisik, mengatakan jika dirinya sempat melihat Abimana sedang bersama wanita lain. Tiara juga mencurigai bahwa Abimana sedang melakukan perselingkuhan. Sebagai istri dari Abimana yang sudah menaruh kepercayaan besar terhadap pria itu, Kinara hanya menganggap ucapan Tiara tak lebih dari sekadar dugaan konyol dan tidak berdasar.

Lagi pula, Abimana merupakan seorang pengusaha yang sama seperti Kinara dan kerap bertemu dengan beberapa relasi penting. Mungkin saja wanita lain yang Tiara lihat hanyalah salah satu dari sekian relasi yang tengah terlibat pekerjaan dengan Abimana.

"Ada-ada saja," gumam Kinara lalu memilih mengabaikan panggilan masuk dari Tiara tersebut. "Tidak mungkin Abimana berbuat hal semacam itu."

Keyakinan Kinara tentu saja memiliki dasar yang kuat. Pasalnya, Abimana Erlangga adalah pria yang dipilih oleh Bram Pradipta—ayahnya sendiri—untuk menjadi pendamping hidupnya. Jadi, tidak mungkin pria yang dijodohkan dengannya tersebut memiliki sifat tidak setia, mengingat ayahnya adalah sosok yang sangat selektif. Lagi pula, Abimana tampak sebagai pria kompeten setelah terlihat dari penilaian Kinara selama satu tahun pernikahan.

Dering ponsel pertama berakhir, tetapi tak berselang lama Tiara kembali menghubungi Kinara. Kinara yang nyaris menekan keyboard laptop harus menghela napas lebih dalam. Menurutnya, kali ini Tiara benar-benar sudah sangat menyebalkan. Kinara merasa jengah atas kebisingan itu, lantas memutuskan untuk menerima panggilan masuk dari Tiara dengan rencana hendak memberikan cercaan.

"Halo, Tiara," ucap Kinara sesaat setelah ponsel yang sempat ia genggam telah tertempel di daun telinga sebelah kanan. "Ada apa kau menelepon di jam kerja seperti ini, Tiara? Ini baru jam setengah sembilan, belum lama sejak jam kerja dimulai, Tiara! Jangan membuat mood-ku berantakan! Kau tahu bahwa aku adalah orang yang sangat sibuk, 'kan? Bahkan kesibukanku sering melebihi kesibukan suamiku sendiri!"

"Kinara!" sahut Tiara dengan suara yang setengah terpekik. "Kau harus mendengarkanku. Ini demi kebaikanmu. Aku tidak mungkin mengatakan sebuah kebohongan, lagi pula tidak ada gunanya bagiku sama sekali. Jadi, tolong ... dengarkan aku."

"Apa yang harus aku dengar darimu, Tiara? Soal Abimana lagi? Oh, tidak. Dia bukan orang sejahat itu, Tiara. Percayalah dan berhenti mengatakan omong kosong. Dia tidak mungkin berselingkuh!"

"Dia berada di Bali, bukan? Aku bertemu dengannya lagi, Kinara. Sekali lagi aku katakan bahwa dia bersama wanita lain. Wanita yang sama seperti wanita yang aku katakan sebelumnya. Mereka tidak tampak seperti sepasang rekan bisnis. Gestur mereka benar-benar aneh, cenderung seperti sepasang kekasih. Aku memiliki bukti berupa rekaman video yang menunjukkan kemesraan mereka. Kau tahu? Aku mengikuti mereka berdua hanya untuk meyakinkanmu."

Mata Kinara mengerjap. Ia menelan saliva tepat ketika ucapan Tiara selesai. Mengenai bukti video yang Tiara katakan, menjadi fokus utama pikiran Kinara. Jantungnya juga mulai berdetak lebih cepat. Awalnya ia tidak memercayai Tiara, ia bahkan menganggap Tiara hanya sebatas salah duga. Namun, suara Tiara yang terdengar sangat meyakinkan sukses membuat hati Kinara seperti tengah berguncang setelah terserang badai hebat secara mendadak.

Mungkinkah Abimana benar-benar berselingkuh? Sepenggal pertanyaan hadir di benak Kinara. Ia tidak bisa mengabaikan ucapan Tiara, jika seandainya temannya tersebut sudah memiliki bukti yang jelas.

"Maafkan aku, Tiara, tapi aku masih sukar untuk memercayai ucapanmu. Suamiku, maksudku Abimana adalah pria yang kompeten. Abimana sangat baik dan memperlakukanku dengan lembut, meski pernikahan kami hanya sebatas pernikahan dari sebuah perjodohan," ucap Kinara masih memegang kuat atas keyakinannya. Ya, tidak mungkin Abimana mencuranginya.

"Kau keras kepala," sahut Tiara diiringi suara embus napas yang kasar. "Aku akan mengirimkan bukti video yang diam-diam aku rekam. Entah diriku memang dikirim untuk membantumu atau hanya sekadar kebetulan semata, hari ini aku benar-benar bertemu Abimana lagi. Aku sedang berlibur di Bali, tak kusangka aku menyaksikan adegan romantis itu lagi."

"Tiara ...." Kinara hendak memberikan kalimat sanggahan lagi. Namun, entah mengapa hatinya mendadak getir. Alhasil, ucapan yang ia rancang untuk dikatakan harus tertahan di tenggorokan.

"Jika kau memikirkan kebaikan dirimu dan perusahaanmu, datanglah ke Bali saat ini juga, Kinara. Karena menurutku, lebih baik sakit hati sekarang, daripada nanti setelah pernikahanmu dengan Abimana sudah semakin lama. Kau harus menangkap Abimana dan wanita itu sendiri, sebelum merger di antara perusahaan kalian terjadi. Aku akan mengirimkan alamat hotel di mana aku berada, dan tentu saja suamimu juga ada di tempatku saat ini," sahut Tiara.

Terdengar hela napas yang dilakukan oleh Tiara. Dan tak berselang lama, Tiara kembali berkata, "Baiklah, kalau begitu. Tidak ada gunanya untuk banyak bicara. Setelah ini, periksa isi pesan yang aku kirimkan untukmu, Kinara. Aku harap kau benar-benar memercayaiku, demi dirimu sendiri. Aku tak ingin kau semakin terluka jika tahu busuknya suamiku di waktu yang semakin belakangan."

Tiara mematikan panggilan tersebut secara sepihak dengan meninggalkan kegetiran mendalam pada hati Kinara. Benak Kinara terus menolak percaya atas ucapan Tiara, tetapi hatinya justru berkata sebaliknya. Kata hatinya menuntut jika ia harus pergi ke Bali detik ini juga. Ia perlu membuktikan ucapan Tiara dengan mata dan kepalanya sendiri.

Kinara berjanji tidak akan berhubungan dengan Tiara lagi, jika seandainya Tiara hanya berbohong atau sekadar salah duga, apalagi berkat dugaan itu rumah tangganya—lah yang dipertaruhkan. Namun, jika ucapan Tiara terbukti benar, Kinara tidak akan segan untuk melayangkan gugatan cerai pada Abimana sebelum merger antara perusahaannya dengan perusahaan suaminya benar-benar terjadi.

Kinara meraih ponselnya, lalu memesan tiket pesawat paling cepat, setelah memutuskan untuk pergi sesuai saran dari Tiara. Ia juga sempat membaca pesan masuk dari Tiara yang mencantumkan alamat hotel di mana Abimana berada. Sayangnya, ia tidak berselera untuk melihat video yang juga Tiara kirimkan bersamaan dengan pesan itu.

Detik berikutnya, Kinara berjalan keluar dari ruang kerjanya. Tampak seorang wanita yang lebih muda darinya memberikan sambutan penuh hormat. Melainkan Isabela—sekretaris Kirana—yang langsung berdiri ketika sang atasan tampak keluar dari pintu ruang kerja pimpinan.

"Aku harus pergi, Isabela. Tunda semua jadwalku hari ini," titah Kinara.

Isabela mengernyitkan dahi. "Tapi, pertemuan dengan calon investor baru, tidak seharusnya Nyonya tun—"

"Aku yang akan berbicara secara langsung dengan orang itu, jadi tenanglah. Kau hanya perlu mengurus sisanya. Siapkan juga mobil untukku."

"Oh ... baik kalau begitu, Nyonya. Saya akan segera mempersiapkan mobil untuk Anda."

Detik setelah selesai memberikan titah, Kinara kembali melanjutkan langkah. Ia berjalan ke arah elevator untuk menuju baseman di mana kendaraan pribadinya berada. Mungkin di tempat yang berisi puluhan mobil itu, sang sopir pribadi yang telah dihubungi oleh Isabela pun telah menunggunya.

***

avataravatar
Next chapter