webnovel

Permulaan

Rowena Odelette de Edelle, putri pertama dari kerajaan Edelle. Ia dilahirkan dengan wajah yang cantik dan menawan. Meskipun ia tidak memiliki rambut berwarna perak yang menjadi ciri khas keturunan dari Raja-Raja Edelle, ia tetap terlihat indah dengan rambut merah yang terlihat seperti warna api yang membara dan tidak lupa warna pupil matanya yang berwarna biru seperti batu safir.

Hidupnya sebagai seorang tuan putri seharusnya bahagia seperti cerita-cerita yang ada di novel. Sayangnya diusianya yang ke-7, ibunya yang merupakan seorang ratu menghembuskan napas terakhir. Sehingga membuat semua orang di kerajaan itu dari pelayan-pelayan sampai ayahnya, sang raja, menelantarkan dirinya. Terutama ketika selir ayahnya diangkat menjadi ratu Edelle.

Ibu tirinya itu benar-benar selalu menyiksa Rowena tanpa henti dan selalu berusaha untuk menghabisi nyawanya agar Rowena tidak lagi memiliki kesempatan untuk menjadi pewaris kerajaan itu. Sang raja yang mengetahui hal itu hanya bisa menutup mata dan telinga. Dia sama sekali tidak mempedulikan putrinya itu lagi.

Semua cara dilakukan oleh Yvonna, sang Ratu baru itu, agar bisa melenyapkan Rowena. Namun, semua rencana yang telah dirancangnya dengan susah payah itu selalu saja gagal. Hingga suatu hari, ia memfitnah Rowena di hadapan sang raja.

"Yang Mulia, aku ingin melaporkan kejahatan yang telah dilakukan oleh Tuan Putri Rowena kepada putra dan putriku. Hamba mohon agar Yang Mulia bisa menghukum Tuan Putri Rowena seberat-beratnya karena hampir mencelakai nyawa anak-anak saya," ucap Yvonna dengan isak tangisnya.

Basille II, Raja sekarang dari Kerajaan Edelle yang tengah duduk di singgasananya pun berjalan menghampiri sang Ratu yang tengah berlutut sambil menangis di depannya. "Mohon ratuku ceritakan kejadiannya agar aku bisa menentukan hukuman yang tepat untuk Tuan Putri Rowena."

Yvonna memeluk kedua anaknya sembari menatap tajam Rowena yang ikut berdiri di sampingnya. Ia menunjuk Rowena dan mulai berteriak,"Perempuan jahat itu telah mendorong putriku ke dalam kolam hingga tenggelam dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari. Lalu kemarin malam pelayan saya menemukan Tuan Putri Rowena yang akan menusuk Pangeran Caesar dengan pisau dapur. Jika Yang Mulia tidak percaya, pelayan-pelayan hamba yang bertugas pada saat itu bisa memberikan kesaksian perihal itu."

"Apakah semua hal yang dikatakan oleh ratu itu benar?" tanya Basille II pada seorang pelayan yang merupakan saksi yang dibawa oleh ratu.

"Benar, Yang Mulia. Kemarin malam saya melihat dengan kedua mata saya sendiri kalau Tuan Putri Rowena hampir saja membunuh Pangeran Caesar ketika pangeran tengah tertidur."

"Semua yang mereka katakan itu adalah kebohongan. Saya sama sekali tidak pernah melakukan semua hal yang mereka ucapkan itu. Yang Mulia Ratu hanya ingin memfitnah saya. Saya harap Ayahanda tidak percaya dengan laporan palsu dari Ratu serta kesaksian palsu dari pelayannya ratu," kata Rowena.

Basille II berjalan mendekati Rowena yang juga ikut berlutut sedari tadi. Ia menampar pipi putrinya dengan kencang hingga Rowena meringgis kesakitan. "Berani-beraninya kamu berkata kalau ratuku telah berbohong."

"Tapi saya benar-benar tidak melakukannya, ayahanda. Kumohon percayalah kepada diriku."

"Diamlah! Kau selalu saja melakukan keributan. Bahkan sekarang kau ingin membunuh saudara-saudaramu. Bagaimana kau bisa menjadi sekeji itu."

"Hamba mohon berikan keadilan kepada anak-anakku, Yang mulia," ucap Ratu lagi.

Basille II kembali duduk di singgasananya.

"Baiklah, aku akan memberikan keadilan untuk kalian semua. Putri Rowena Odelette de Edelle aku akan mencabut gelarmu hari ini serta kau akan kumasukkan ke pasukan ksatria kerajaan setelah setahun disana kamu akan dikirim ke peperangan Richella."

"Bagaimana bisa kau memperlakukan aku seperti ini, ayahanda."

"Pengawal, tolong bawa Rowena keluar dari sini!" perintah Basille II.

Rowena menangis tersedu-sedu saat dirinya ditarik oleh para pengawal. Padahal dirinya sama sekali tidak melakukan hal-hal yang dituduhkan oleh sang Ratu. Hanya gara-gara tuduhan palsu itu, gelarnya langsung dicabut. Jika gelarnya hanya dicabut itu bukanlah hal yang menyedihkan, tetapi selain gelarnya dicabut, ia juga dimasukkan ke dalam pasukan ksatria kerajaan dan harus mengikuti peperangan Richella.

Di antara semua Kerajaan yang ada di seluruh benua, tidak ada yang namanya perempuan yang bekerja sebagai ksatria. Bahkan semiskin apapun perempuan itu, mereka tidak akan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pedang. Bagi mereka, perempuan yang memegang pedang adalah perempuan rendahan. Persepsi itu membuat sampai sekarang tidak ada satupun perempuan yang ingin menjadi ksatria.

Apalagi Rowena yang awalnya merupakan seorang tuan putri dari kerajaan sehingga tidak mungkin baginya untuk menyetujui hukuman yang diberikan oleh Basille II. Rowena yang sudah dipermalukan oleh ayahnya, sekarang juga harus mempertaruhkan nyawanya di peperangan Richella.

Perang Richella merupakan perang yang memperebutkan wilayah Richella yang berada diantara wilayah kerajaan Edelle dan Kerajaan Terania. Perang itu sudah berlangsung selama lima tahun berturut-turut tanpa adanya pemenang diantara dua kerajaan itu.

Basille II menyerahkan Rowena yang masih berusia 10 tahun kepada Edgar, wakil komandan pasukan biru yang akan memimpin pasukan dari Kerajaan Edelle untuk tahun ini. Saat itu Edgar dibuat terkejut dengan keputusan Sang Raja karena menyerahkan putrinya untuk dilatih olehnya.

Sebagai langkah awal menjadi seorang ksatria, rambut merah Rowena yang panjang digunting oleh Edgar agar tidak mengganggunya saat latihan nanti.

Kini Rowena benar-benar sudah terlihat seperti seorang laki-laki sungguhan. Jauh di dalam hati Edgar, ia merasa iba melihat anak perempuan sekecil itu akan dibuang oleh ayahnya satu tahun kemudian dalam peperangan yang telah memakan banyak korban jiwa. Edgar pun mulai melatih Rowena kecil agar bisa menjadi ksatria wanita yang hebat.

Edgar yang sudah merawat dan menyayangi Rowena seperti anaknya sendiri hanya bisa berharap agar anak itu bisa selamat dari ganasnya pertempuran di medan perang. Untungnya Rowena kecil sangat mudah diajarkan. Hanya butuh dua bulan baginya untuk bisa menguasai ilmu pedang.

"Apakah kamu yakin akan mengikuti perang itu?" tanya Edgar pada Rowena kecil saat mereka baru saja selesai latihan berpedang.

Rowena kecil pun tertawa. "Apakah menurutmu aku bisa menolak?"

"Kau benar juga. Ingatlah jangan sampai kau mati konyol saat sampai di medan perang!"

"Kau meragukanku? Apakah kau tidak tahu seberapa hebatnya kemampuan berpedangku? Apalagi aku juga dibantu dengan kekuatan sihirku," jawab Rowena dengan sombongnya.

Edgar memukul kepala Rowena dengan pedang kayunya. "Berhentilah menyombongkan kehebatanmu! Seharusnya kau berterima kasih kepada ibumu karena telah mewariskan kekuatan sihirnya pada dirimu."

Selain kemampuannya berpedangnya yang hebat, Rowena juga memiliki kekuatan sihir yang baru ia bangkitkan beberapa bulan yang lalu. Erica, ibu kandungnya merupakan keluarga anggota kerajaan Odelette. Seluruh keturunan Kerajaan maupun rakyat biasa Odelette pasti akan memiliki kekuatan sihir dengan elemen yang berbeda. Kekuatan itu berasal dari hubungan darah dari nenek moyang mereka. Itulah sebabnya nama lain dari Kerajaan Odelette adalah Kerajaan Penyihir.

Rowena telah menguasai enam elemen dalam sihirnya yaitu air, api, angin, tanah, cahaya, dan kegelapan. Tentunya hal tersebut merupakan kejadian yang langka. Dikarenakan biasanya satu orang hanya bisa menguasai dua elemen sahaja.

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Seorinacreators' thoughts
Next chapter