39 Pesta Eza Bag 2

Setelah masuk lagu nya, Alvin mulai membuka mulut nya untuk bernyanyi.

Kemana langkahku pergi selalu ada bayangmu. Ku yakin makna nurani kau takkan pernah terganti. Saat lautan kau seberangi janganlah ragu bersauh, kupercaya hati kecilku kau takkan berpaling. Walau keujung dunia pasti akan kunanti. Meski ketujuh samudra pasti ku akan menunggu. Karena ku yakin kau hanya untukku. Pandanglah bintang berpijar. kau tak pernah tersembunyi, dimana engkau berada, disitulah cintaku.

Mungkin suaranya tidak sebagus penyanyi aslinya tapi suaranya cukup enak didengar. Khusus nya untuk Ana yang sangat akrab dengan suara itu. Ana pun langsung berbalik dan menatap ke arah seseorang yang masih duduk di depan piano menyelesaikan lagunya. 

Ditengah tepuk tangan meriah para tamu yang terpesona berkali kali lipat yang mengalahkan pesona Eza, ada air mata yang jatuh dipipi Ana.

"Alvin benarkah itu kamu.?". Batin Ana.Tanpa sadar Ana berjalan ke tengah kerumunan sambil menatap sendu ke arah Alvin, seketika itu hatinya bergemuruh diamuk rindu, rasanya dia ingin berlari untuk bisa memeluk Alvin. Dibawah kerlap kerlip lampu pesta di tempat terbuka dengan suasana romantis mata mereka beradu. Ada kerinduan yang mendalam di lagu yang Alvin nyanyikan teringat masa dimana Alvin pernah menyanyikannya di depan orang banyak waktu kelulusan nya. Hari itu mereka diliputi cinta masa remaja yang bergairah. Malam ini lagu yang dinyanyikan Alvin seolah membawa kenangan indah masa lalunya.

Eza melihat ke arah tatapan kakaknya yang begitu lembut penuh cinta untuk Ana.

"Ummm ... Tadi katanya tidak mau datang sekarang malah tiba-tiba muncul menyaingi pesonaku. Tapi kenapa tiba-tiba kakak bisa nyanyi? setauku kakak tidak pernah menyanyi". Batin Eza.

Mila juga menatap ke arah Ana yang terdiam mematung dengan butiran air mata di pipinya. Mila pun mulai merasa khawatir, dengan seger dia mendekati Ana dengan ekspresi heran. Mila bergumam dalam hati nya sambil berjalan menghampiri Ana .

"Ana ada hubungan apa dengan lelaki itu sampai dia mengeluarkan air mata? apakah mereka ada hubungan? tapi Ana tidak pernah cerita, selain hubungannya dengan Aldi". Setelah di samping Ana, Mila pun langsung menepuk pundak nya seketika itu Ana kaget dan menoleh ke arah Mila. 

"Ana kamu kenapa menangis?". Suara Mila terdengar khawatir.

"Tidak apa-apa Mil, aku hanya merasa lelah saja, aku ke mobil dulu ya!". ucap Ana dengan suara tak bersemangat. Mila mencoba memahami kondisi sahabatnya dan mengangguk tanpa banyak tanya.

"Baiklah, kamu duluan saja ke mobil aku pamit dulu sama pak Eza". Setelah bicara dengan Mila, Ana pun langsung berjalan keluar dari tempat pesta.Tepat saat dia hendak masuk ke mobil, tiba-tiba dia berhenti ketika mendengar suara akrab memanggil nama nya.

"Ana?". Lelaki itu berjalan menuju Ana dengan langkah kaki yang berat, Ana pun menoleh untuk melihatnya.

Seketika itu dia tertegun dan otaknya mendadak kosong, dan mata mereka langsung beradu. Entah kenapa Ana mendadak bisu. Tepat ketika Alvin hendak melanjutkan perkataannya, tiba-tiba pelayan dari rumah Alvin mengagetkan mereka. Alvin langsung menatap pelayan yang nampak pucat dengan nafas yang tidak teratur disertai ekspresi rumit. 

"Ada apa?". tanya Alvin.

Pelayan itu menarik nafas dalam setelah itu membuka suara nya.

"Tuan sesuatu terjadi dengan Tuan Kecil, dia berteriak-teriak di kamar, wajahnya pucat dan kami tidak bisa menenangkannya".

Mendengar laporan pelayan itu, Alvin langsung berlari ke rumahnya tanpa sadar Ana juga mengikuti Alvin dari belakang karena bagaimanapun juga dia entah kenapa merasa cemas dengan kondisi Zian. Sesampai nya di kamar Zian, Alvin melihat dua pelayan wanita memegang tangan mungil Zian dengan segera Alvin langsung berlari memeluk Zian yang masih berteriak histeris. Alvin patah hati melihat Zian menangis dan tidak bisa tenang, seingatnya Zian sudah lama tidak seperti ini semenjak dia pindah ke London tapi kenapa Zian kembali histeris lagi.

Dalam pelukan Alvin Zian terus saja meronta-ronta memukul tubuh Alvin meski begitu Alvin terus memeluknya semakin erat.

"Zian, tenanglah ini paman, kamu aman sekarang!".

"Lepasin Zian, tolong jangan pukul Zian, Zian janji tidak akan bicara". Zian terus saja mengulang kata-kata yang sama sambil menangis ketakutan. Alvin menatap ke arah ketua pelayan. 

"Pak Jo, tolong telpon kakak ku Elisya, tanyakan pada nya bagaimana harus menenangkan Zian!". Pak Jo langsung mengangguk setelah itu dia membuat panggilan ke Elisya. Beberapa detik kemudian, pak Jo dengan cemas melaporkan.

"Saya sudah menelpon Ny Elisya tuan, tapi dia tidak mengangkat nya". jelas ketua pelayan itu. 

Alvin semakin geram sama kakak nya, ketenangan di wajahnya menghilang dan wajahnya berubah menjadi gelap, tak lama kemudian Ana yang sedari tadi diam mendekat ke arah Alvin dan Zian. Alvin masih sibuk memegangi Zian yang mengamuk dan tak menyadari Ana ada di sampingnya begitupun para pelayan tidak menghiraukan Ana mereka hanya fokus sama Zian, hanya Zian yang menyadari keberadaan Ana, Zian memandang wajah Ana yang menangis melihatnya, seketika Zian mulai tenang seraya berkata, 

"Momy?". Alvin kaget ketika menyadari Zian lebih tenang, akan tetapi dia bingung dengan panggilan yang baru saja keluar dari mulut Zian, dia pun menoleh dan tidak menyangka kalau orang yang dia panggil Ibu adalah Ana. Apakah Zian melihat Ana seperti melihat Elisya Ibu kandung nya? Zian menjulurkan kedua tangan kecilnya ke arah Ana sambil mengulang perkataannya,

"Momy?". Tanpa pikir panjang Ana meraih tangan Zian dan membawanya ke gendongannya, seketika itu Zian menyandarkan kepalanya di bahu Ana dan kembali tenang, semua orang tampak bingung dibuatnya, tak terkecuali Alvin.

Biasanya Zian hanya akan tenang setelah diberikan suntikan penenang oleh dokternya atau dipeluk oleh Ibu nya.

avataravatar
Next chapter