webnovel

Merasa Iri

Ketika Eza menikmati makanan nya, tiba-tiba teleponnya berdering, setelah dia menerima telepon wajahnya berubah gelap, Alvin menyadari perubahan Eza dan langsung menoleh ke arah Ana.

"Ana, temani Zian sarapan sampai selesai dulu ya, saya ada urusan sebentar dengan Eza". pinta Alvin. Ana hanya mengangguk patuh, setelah itu Alvin membawa Eza ke ruang kerjanya.

Setiba nya di ruang kerja, Alvin duduk di kursi kerjanya dan menatap ke arah Eza sambil bertanya, "Katakan ada apa?". 

Dengan ekspresi gelap Eza berkata, "Kak, orang yang saya minta menyelidiki kasus penculikan Zian sudah mendapatkan hasilnya, ternyata itu sudah direncanakan dan satu lagi semalam seseorang sudah menyelinap ke kamar Zian mungkin Zian tau sesuatu sehingga orang itu mengincar Zian tapi CCTV di rusak, namun kita langsung bisa mengambil gambar yang hilang tapi sayang dia menggunakan topeng seperti ninja & quo". Ekspresi Alvin berubah gelap.

"Apakah ada hubungannya dengan JF?". 

"Sepertinya JF ini orang yang hebat, dia sama sekali tidak bisa dilacak bahkan aku keminta kakek membantuku tapi tidak ada hasil apa-apa".

"Sepertinya mereka mengajak kita bermain, karena ini sudah menyangkut keselamatan Zian maka aku akan menerima tantangan mereka". ucap Alvin.

"Sampaikan salamku pada kakek, beberapa hari lagi aku akan menemuinya di London". Eza hanya mengangguk melihat tatapan iblis yang ada di mata kakaknya, dia tahu betul siapa kakaknya. Itulah alasan kenapa kakeknya mengirimnya untuk tetap berada di samping Alvin, karena seseorang tertentu akan mengganggunya, setelah dia menyelamatkan kakek Eza dari kematian.

Bronu Chayton adalah kakek Maheza, dia seorang Mafia di London sekaligus pemimpin kelompok Bloods, yang musuhnya ada dimana-mana, hanya karena itu Maheza dan Alvin terseret dalam urusan kakeknya dan itu membuat Alvin menjadi orang yang berbeda dari saat ketika dia masih di pesantren, sedang David kakak Maheza adalah singanya Bloods yang terkenal buas dan ditakuti, dia juga salah satu pembisnis hebat di Inggris dan memiliki banyak relasi orang-orang penting.

Beberapa saat kemudian mereka keluar dari tempat kerja Alvin, ketika Alvin melihat Ana wajahnya berubah cerah dan tatapannya melembut. 

"Kamu sudah mau pergi?". tanya Alvin saat melihat Mila menggandeng tangan Ana. Ana melirik Alvin dengan lembut seraya mengangguk.

"Iya". Ana berbalik ke arah Zian yang berdiri di samping Eza dan memberikan senyum termanisnya buat Zian setelah itu dia mencium Zian dengan rakusnya seolah itu tak cukup baginya. 

"Sayang tante berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah. Tante janji akan segera menemuimu". Mendengar perkataan Ana, bocah kecil itu berjingkrak kegirangan, dengan senang hati dia mencium dan memeluk Ana. Di tempat tertentu ada hati yang iri dengki melihat tampilan kasih sayang Ana dan Zian. Eza yang menyadari perubahan Ekspresi Alvin langsung tertawa keras sambil memegang perutnya setelah itu dia berbisik kepada Alvin.

"Kak jangan bilang kamu cemburu sama bocah kecil ini..? hahaha...". Zian mendongak ke arah pamannya karena mendengar apa yang dikatakan Eza, setelah itu dia langsung menarik tangan Alvin dan meminta nya berjongkok menyesuaikan tingginya dengan Zian, setelah itu dengan semangat Zian mencium dan memeluk Alvin.. 

"Aku sudah menciummu paman jadi jangan sedih lagi". kata Zian sambil tersenyum polos . Mendengar perkataan Zian, Eza semakin tidak bisa menahan tawanya dia merasa geli, ternyata bocah kecil itu salah paham. Dia kira pamannya cemburu karena dia hanya mencium Ana. Sedangkan ekspresi Alvin nampak rumit, ada sedikit senyuman di sudut bibirnya untuk Zian.

''Bukan kamu bocah tapi tante Ana, setidaknya dia juga menyisakan Kiss pagi buat paman." Batin Alvin.

Setelah itu Ana dan Mila pergi menuju kampus, di dalam mobil Mila tidak bisa menahan rasa penasarannya. Mila pun akhir nya bertanya apa hubungan Ana dengan lelaki yang sangat misterius seperti Alvin.

Dengan senyum Ana menjawabnya dengan jujur, terang saja Mila langsung kaget, tapi Ana memintanya untuk merahasiakan kebenaran itu.

Maha University.

Siang hari di kantin kampus, Violin membawa setumpuk undangan, setelah dia membagi-bagikannya kepada semua rekannya, tiba-tiba dia melihat Ana baru datang dan duduk di sudut tertentu kantin super mewah itu. Ana duduk bersama Naya.Tepat saat mereka lagi menikmati makan siangnya, tiba-tiba Violin menghampiri meja mereka.

"Haiii... Ms Ana, maaf mengganggu saya kesini ingin memberikan anda undangan pernikahan saya sama Ceo Aldi". ucap Violin dengan bangga nya Ana menatap Violin sembari menebak maksudnya bahwa dia ingin pamer dan bermaksud membuat Ana frustasi dan marah melihat undangan mereka, karena dia berhasil akan menikahi Aldi setelah satu bulan putus dari Ana.

Tapi sayangnya malah dia yang merasa kesal dengan sikap tenang Ana. Ana pun mengambil undangan itu tanpa berkomentar apa-apa. 

"Ha ha ha ... Aku rasa dia hanya pura-pura tenang sedang di hatinya sesak rasain kamu Ana kali ini aku pemenangnya". Batin Violin seraya tersenyum licik ke arah Ana. 

Setelah sibuk dengan pikirannya, Violin menambahkan lagi.

"Oh ya Ms. Ana, saya sangat berharap Ms. Ana mau datang sebagai saksi kebahagiaan kami". lanjut Violin sambil tersenyum licik. 

Ana menatap ke arah Violin dengan senyuman seraya berkata. "Tentu saja aku tidak akan melewatkannya".

Tiba-tiba saja Cantika muncul di tengah pembicaraan mereka.

"Oh Tuhan Ms. Violin anda akan menikah? Wahhh ... Selamat ya, kalau di perbolehkan saya mau dong hadir, saya akan membawakan hadiah super mahal buat Ms.". Cantika ingin datang bukan karena dia menyukai Violin tapi itu hanya karena dia ingin menjadi saksi bagaimana Ana akan sanggup hadir di pernikahan mantan tunangan nya, dia senang jika melihat Ana hancur.

"Tentu saja Anak manis, kamu harus datang karena kamu cantik dan terkenal itu suatu kehormatan buatku, kalau perlu kamu bisa datang dengan kakakmu". ucap Violin mencoba menjilat Cantika.

Next chapter