webnovel

Butik

Di suatu tempat tertentu ada hati yang berbunga-bunga mendengar kabar yang menyebar di internet tentang pertunangannya dengan Alvin. Putri merasa sangat bahagia sambil terduduk menyesap tehnya. 

Namun tidak lama kemudian berita itu tiba-tiba menghilang dari pencarian, dia langsung heran dan memberikan perintah kepada asisten nya.

"Fi, cari tahu kenapa berita tentang pertunanganku tiba-tiba menghilang!". seru Putri dengan kesal.

Sesaat kemudian Fifi kembali kepada Putri dan melaporkan hasil temuannya. 

"Berita tentang pertunangan bos di hapus oleh tim humas MH Grup". Putri kaget sambil menggertakkan giginya dan mengepalkan tinjunya mendengar berita itu.

''Alvin kenapa kamu melakukannya padaku.. ? meskipun kamu menghapusnya, itu tidak akan pernah merubah kenyataan kalau sebentar lagi kamu akan menjadi milik ku, tunggu saja Alvin Mahendra, kamu akan takluk di pelukanku". Batin Putri sembari Menatap sinis asistennya.

"Apakah gaun yang akan ku pakai ke pesta pernikahan Ceo Aldi besok sudah kau siapkan? ". tanya Putri. 

"Sudah bos, saya yakin anda akan menjadi sorotan di pernikahan Ceo Aldi besok". balas Fifi mencoba menyedot atasannya. Putri maharani tidak pantas menjadi saingan romantis Ana karena sejak awal Alvin sudah mengabaikan keberadaannya. Oleh karena di pernikahan Aldi besok, banyak pengusaha dan orang-orang penting yang akan hadir jadi Putri ingin semenonjol mungkin agar dia semakin dianggap pantas menjadi pendamping Alvin, Ceo legenda dari MH Grup yang semua orang ingin melihat seperti apa tampangnya. 

Sedangkan di Maha Universitas, semua dosen nampak sibuk menyiapkan kado pernikahan buat pernikahan Violin besok.

Sementara Ana acuh tak acuh melihat rekannya yang sibuk, karena mata kuliahnya sudah selesai dia pun langsung keluar dari kampus, namun yang tidak dia tau kalau Eza dan Zian sudah menunggunya di depan kampus. Ketika Eza melihat Ana dari kejauhan, dia pun keluar dari mobil, dengan rambut pirang yang rapi dan tubuh yang tinggi serta kulit yang putih dengan menggunakan pakaian santai serta kacamata hitam, dia menjadi sorotan semua mahasiswi di kampus itu.

Mobil mewahnya sudah cukup menarik perhatian sekarang dia menggunakan pesonanya untuk membuat semua gadis berkerumun mengitarinya. 

Eza hanya tersenyum melihat fenomena itu, karena itu pemandangan yang sangat biasa buatnya. Eza pun berjalan menjemput Ana sembari melewati kerumunan. 

"Kakak ipar, seseorang ingin bertemu denganmu". Ana yang tidak tahu kedatangan Maheza terlihat kebingungan. Walaupun begitu Ana tetap mengikuti Eza tanpa sempat bertanya apapun. 

"Waaahhh ... Ada Zian. kenapa kamu makin tampan aja?". ucap Ana sambil memeluk Zian setelah dia masuk ke dalam mobil. Mendengar dirinya dipuji oleh Ana, pipi Zian menjadi merah karena malu, Ana pun semakin gemas melihat ekspresi Zian. 

Sedang di depan kampus masih ada kerumunan yang mulai bergosip tentang Ana yang dijemput lelaki kaya yang tampan, ada yang mencibir dan ada yang merasa iri. 

Sesaat kemudian Lamborghini Eza terparkir di salah satu butik terkenal di kota Jakarta.

"Kenapa kita kesini?". tanya Ana heran.

"Membelikanmu bajulah kakak ipar, setelah kakak ipar memilih baju yang akan di pakai di pesta besok, baru kita ajak Zian main". jelas Eza.

"Aku tidak mau, ini terlalu mahal aku tidak akan mampu beli". kata Ana sambil menolak turun dari mobil.

"Aku yang akan membelikanmu sebagai rasa terimakasih ku sudah membuat kakak ku tersenyum".

"Aku tidak mau, aku masih punya baju yang bisa aku pakai". Ana masih tetap teguh dengan pendiriannya.

"Kalau begitu aku tidak punya pilihan selain membatalkan janji kita". Kata Eza dengan sangat menyesal. Tanpa pikir panjang Ana segera menjawab. 

"Baiklah, ayo kita masuk. Tapi jangan salahkan aku jika aku membuat dompetmu kosong".

Eza hanya tersenyum mendengar perkataan Ana. Padahal sebenarnya Alvin Lah yang akan membayar semuanya, dia hanya meminta Eza mengatakan itu karena dia khawatir Ana tidak akan mau menerimanya kalau itu darinya.

Ketika mereka masuk ke butik, Eza, Zian dan Ana tidak sengaja bertemu dengan Putri, terang saja putri langsung mengenali Eza dan Zian.

"Hi ... Zian sayang dan calon sepupu ku ada di sini juga?". sapa Putri dengan sok akrab. 

Putri hanya berusaha untuk mendekati mereka yang dekat dengan Alvin. Eza hanya memberikan senyuman malas kepada putri tanpa membalas sapaannya.

"Calon sepupu apanya. Kakak ku saja tidak menyukainya bagaimana dia akan bisa menjadi kakak iparku? Gadis, usahamu akan sia-sia.. ". Batin Eza sembari menyeringai ke arah Putri.

"Maaf kami harus pergi memilih gaun". ucap Eza acuh tak acuh.

"Waoo ... Kamu manis banget calon sepupu, tapi selera perempuanmu terlalu biasa deh kayaknya". ucap Putri mencibir kearah Ana.

Eza tidak menghiraukan perkataan putri, dia malah membawa Zian dan Ana segera pergi dari hadapan putri dan berbisik ke arah Ana. 

"Kakak ipar tenang saja, dia itu hanya saingan romantismu yang sudah dipastikan akan gagal he he ... ". Ana hanya tersenyum mendengar bisikan Eza, sejujurnya dia tidak ingin berpikir akan bersaing dengan Putri, meskipun dia masih memiliki perasaan yang rumit terhadap Alvin, dia tidak bisa memungkiri kalau dia masih sangat mencintainya.Tapi untuk beberapa alasan bayangan kematian dan wajah pucat anaknya membuatnya terus menolak kehadiran Alvin karena terlalu menyakitkan baginya.

Setelah dari butik dan menghabiskan waktu bermain sama Zian, akhirnya mereka pulang setelah menikmati makanan bersama.

"Kakak ipar kita akan pulang ke rumah kakak ku kan?". tanya Eza sambil melirik ke tempat duduk penumpang.

"Saya punya rumah, jadi untuk apa saya kesana?". balas Ana tanpa Ekspresi.

"Bukankah kakak ipar sudah baikan sama kakak ku?". 

"Saya hanya mencoba bersikap baik, dan karena sesama muslim itu tidak baik marahan terlalu lama makanya saya mengalah untuk bersikap baik". Jelas Ana.

Mendadak Eza menjadi bingung dan kehilangan kata-kata. Kakaknya terlalu bersemangat dengan perubahan Ana, tapi yang tidak diketahuinya kalau Ana hanya bersikap baik, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kakak nya tau, apakah akan ada badai salju.

Next chapter