12 Tingkah Ganjil Helena

Helena membuka matanya kembali. Kali ini ia berada di sebuah kamar yang lebih besar dan mewah. Harum semerbak dan tersedia berbagai fasilitas seperti kamar hotel. Ada televisi flat 40 inc, kulkas, AC, lengkap dengan sofa kecil. Hanya saja yang sama seperti sebelumnya adalah ia terbaring di sebuah ranjang disertai perlengkapan kedokteran seperti infus, deteksi jantung, dan kotak obat-obatan di sampingnya.

Ia sendirian saja di kamar itu. Rasanya bukan kamar tempat ia dirawat sebelumnya. Badannya kini terasa lebih sehat, tapi ia tetap merasa bingung ada apa dengan dirinya sebelumnya hingga ia berada di tempat ini?

Satu set pakaian menggantung di lemari besar di kamar besar itu. Ia segera bangkit dengan penasaran. Tak dipedulikannya jarum infus yang masih menempel di lengannya ia tetap melenggang sehingga tiang infus itu jatuh dan jarumnya terlepas.

Krontang!

Tiang infus terjatuh. Ia berhenti sejenak, menoleh, kemudian tersenyum. "Peduli amat!" gumamnya. Ia cepat menuju ke lemari pakaian. Di situ pakaiannya bagus-bagus dan terbuat dari bahan yang mahal. Tampak semuanya berkelas. Ia mengerutkan alis. Baju-baju siapa ini? Pikirnya.

Salah satu setelah berwarna pink ia ambil dan ia cocokkan di cermin. Ternyata cocok. Ia tersenyum. Apa semua ini bajuku? Pikirnya. Dicoba ah...

Ia melepaskan pakaian tidurnya satu persatu, hingga kini tersisa pakaian dalamnya saja... tubuhnya yang bahenol dan mulus tampak berkilat-kilat tertimpa sinar lampu.

Rusman yang tadi mengintip dari celah pintu langsung melototkan matanya.

Tadi ia tanpa sengaja mendengar suara benda jatuh di kamar Helena, sehingga ia bergegas ke situ untuk melihat apa yang terjadi. Namun saat ia membuka sedikit pintu ia melihat pemandangan itu...

Pemandangan terindah dalam hidupnya! Helena hanya mengenakan pakaian dalam dan sedang mematut-matut diri di cermin dengan salah satu pakaian yang ingin dicoba nya.

Jantung Rusman berdetak-detak kencang. Tanpa sadar ia menelan ludah. Salah satu bagian tubuhnya terasa mengeras. Hal yang jarang terjadi jika ia berada di rumah, kecuali sedang berada di kantor jika berduaan dengan Leny, si sekretaris nya. Ia terus mengamati Helena yang mulai memasang setelan yang dipilihnya. Gadis itu terlihat semakin cantik dengan setelan yang sengaja dipesan Rusman untuk gadis itu.

Helena tersenyum gembira. Ia dengan penuh gairah mengambil lagi setelan baju yang lain. Kali ini yang ia pilih adalah sebuah gaun seksi berwarna hitam. Lagi-lagi ia melepaskan lagi gaunnya dan mempertontonkan lagi lekuk tubuhnya yang mulus.

Rusman menggigit bibirnya. Matanya terasa pedih dan berair gara-gara sejak tadi tidak bisa berkedip. Ia mengerjab-ngerjabkan matanya sejenak untuk mengusir pedih matanya. Tapi sekejab kemudian ia melototkan matanya kembali, takut kehilangan tontonan indah di depannya.

Lebih gilanya lagi, gadis berwajah cantik itu justru mulai melepaskan pakaian dalamnya karena ia menemukan beberapa stel pakaian dalam yang bagus di dalam lemari. Alhasil ia hanya berbugil ria di dalam kamar itu. Ia tersenyum geli menatap tubuhnya di cermin, dan ia teringat bayangan-bayangan dirinya tanpa mengenakan busana dan difoto oleh seseorang.

Tapi ia langsung cepat-cepat mengenakan setelan pakaian yang ditemukannya kembali karena takut ada orang lain memasuki kamar itu.

Kini ia menjelma menjadi gadis bangsawan yang cantik dengan gaun berwarna hitamnya itu.

Ia tersenyum senang sambil mematut-matut dirinya di cermin. Baju-baju siapa ini ya? Apakah milik anak gadis si tuan rumah? Pikirnya. Ah, betapa senangnya menjadi anak orang kaya, sayangnya diriku ditakdirkan hanya menjadi seorang pembantu, pikirnya.

Tanpa ia menyadari di balik pintu Rusman megap-megap sesak nafas. Air liurnya sempat menetes satu persatu di lantai.

Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, pemilik perusahaan besar itu bergegas menuju halaman belakang rumah, di mana di sana terdapat sebuah taman yang luas berikut kolam renang yang besar.

Ia duduk di sebuah kursi hias di pinggir kolam. Merenung di sana dengan dada berdebar-debar. Berkali-kali pula ia menghela nafas. Menghembuskannya, kemudian menghelanya, seakan-akan ingin melegakan dadanya yang terasa sesak. Setelah agak lega, ia kemudian tersandar di kursinya dengan mata terpejam.

Bibirnya tersenyum....

Fantasi liar bermain-main di kepalanya!

Helena tak menyadari hal itu, bagaimana Rusman bagai cacing kepanasan sendirian setelah melihat dirinya "live show" di depan cermin.

Ia setelah puas mematut-matut diri di depan cermin dengan gaunnya, lantas berjalan ke pintu. Membukanya dan melongok ke ruangan tamu.

Heran ia melihat rumah semegah itu dalam keadaan sunyi sepi. Kemana semua para penghuni rumah? Pikirnya.

Dengan gaun hitamnya yang seksi ia berjalan ke ruang tengah, memandang kesana-kemari dengan penuh kekaguman. Jadi aku seorang pembantu di rumah orang kaya ini? Pikirnya bingung. Ia mengerutkan alis mengingat-ingat masa lalunya tapi tak bisa. Yang ada dalam ingatannya hanya sesekali muncul bayangan dirinya dalam keadaan tanpa busana dipotret seseorang, dan juga dirinya saat berhadapan dengan seorang lelaki sedang marah-marah berseberangan meja dengannya, saat ia masih mengenakan seragam sekolah.

Ia meneruskan langkah menelusuri setiap sudut rumah yang membuatnya kebingungan. Rumah itu terasa asing baginya. Rasa-rasanya ia tak pernah melihat rumah itu, apalagi merasa bekerja di tempat itu. Tapi sang empunya rumah mengatakan ia adalah pembantu di rumah itu. Itu yang membuatnya benar-benar penasaran.

Tanpa peduli akan status sebagai pembantu yang ia sandang, ia terus melangkah ke arah halaman belakang, di mana di situ ada sebuah kolam yang besar. Matanya membelalak. Ia merasa senang.

"Owh...! Saatnya seorang pembantu membuat sejarah baru! Berenang di kolam renang sang majikaaaan...!" Ia berteriak dan langsung menerjang kolam renang yang ada di hadapannya, tanpa menyadari Rusman sedang terbaring melamun di kursi pinggir kolam renang.

BYUURRR...!

Helena menceburkan diri beserta gaun indah yang sedang dikenakannya.

Rusman yang tengah memejamkan mata langsung terlonjak bangun gelagaban begitu mendengar deburan air di kolam renangnya.

Ia terloncat dari kursinya dan melongo melihat gadis cantik bergaun seksi itu tengah berenang dengan gembira di kolam renangnya. Gadis itu muncul ke permukaan kolam setelah beberapa saat menyelam di dalam air.

Ia nyengir memandang Rusman yang melongo menatap dirinya sambil berdiri mematung.

"Maaf Om, saya masuk kolamnya gak permisi dulu," katanya sambil berenang ke tepi kolam.

Rusman bergegas mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan langsung menghubungi dokter Yanuar. Wajahnya terlihat khawatir.

"Ya, Pak Rusman? Ada apa?" Dokter Yanuar menjawab panggilan dari seberang telepon.

"Oh, anu... dok! Pasien kita ini... apakah tiba-tiba menceburkan diri ke kolam adalah bagian dari efek gegar otak yang ia alami?" Rusman bertanya dengan gugup.

Dokter Yanuar yang saat itu tengah bertemu dengan kekasihnya di sebuah rumah makan mengerutkan alis.

"Kok bisa? Bukankah dia sedang sekarat? Ya sudah, berarti dia mulai membaik. Tapi terus terang kejadian ini tidak ada dalam kamus kedokteran Pak.... oke, nanti saya ke sana..."

Rusman segera menutup ponselnya. Ia memandang khawatir ke arah Helena. "Cepat kamu naik! Kamu sedang dalam perawatan. Kenapa nyebur-nyebur kolam segala?"

avataravatar
Next chapter