15 Tas Dan Ponsel Helena?

"Yang sebelah sana itu mobilmu," kata Rusman sambil menunjukkan mobil yang ukurannya lebih kecil. Ia menyerahkan sebuah kunci. "Bisa kau bawa pulang sekarang juga, mobilmu tinggal saja di sini," katanya lagi sambil tersenyum.

Dokter Yanuar kendati masih keheranan tetap saja menerima kunci itu.

Dan ketika sudah pulang sambil membawa mobil pemberian Rusman ia masih saja digelayuti perasaan tidak percaya dengan sikap aneh Rusman.

Tentu saja, sejak awal ia cuma mengira Rusman main-main dengan perkataannya.

"Tadinya kupikir anak korban tabrakan itu yang mesti diperiksa kejiwaannya, tapi ternyata justru orang itu yang mesti dibawa ke psikiater..." gumam dokter Yanuar saat meluncur dengan mobil barunya. "Tapi kalau sakit jiwa seperti ini ada untungnya juga..." gumamnya lagi, lalu ia tertawa.

Sepeninggal dokter Yanuar, Rusman memandangi mobil mewah yang ia belikan untuk Helena. Ia tersenyum sendiri di garasi.

Tiba-tiba pandangannya tertumbuk pada sebuah mobil lain yang dipakai oleh putranya beberapa waktu lalu untuk menabrak Helena. Ia memang tidak pernah lagi memperhatikan mobil itu semenjak ia mengangkat tubuh gadis itu yang ia sangka tewas dari dalam bagasinya, tapi kini ada sesuatu yang menarik perhatiannya, yaitu seberkas cahaya berpendar-pendar dari dalamnya.

Ia buru-buru mendekatinya, dan menengok dari balik kaca depannya.

Ternyata itu seberkas cahaya ponsel yang menyala karena ada panggilan di layarnya. "Ponsel siapa ini?" gumamnya. Ia mengerutkan alis. Rasa-rasanya ia sudah kenal semua ponsel yang ada di rumah ini, dan ponsel itu sama sekali belum pernah ia lihat.

Ia segera membuka pintu mobil yang tidak terkunci, dan di dalamnya bukan hanya ponsel itu yang terasa asing baginya, tapi ada sebuah tas kecil, tampaknya tas seorang wanita.

Masih dengan rasa penasaran ia memungut ponsel yang menyala namun tanpa nada dering itu. Ada panggilan dari nomor tak dikenal, dan panggilan itu akhirnya berhenti karena kemungkinan merasa diabaikan.

Ada puluhan panggilan tak terjawab!

Dan ia lebih terkejut lagi ketika melihat foto gadis misterius yang ia rawat di rumahnya itu terpampang sebagai wallpaper ponsel. Itu tandanya ponsel milik gadis itu! Dia terlihat begitu cantik dengan foto selfie nya, bak bintang sinetron terkenal.

Rusman bergegas meletakkan ponsel itu dan mengamati tas kecil yang tergeletak di samping ponsel. Ini mungkin tas anak itu juga, pikirnya.

Jantungnya berdetak-detak. Ia tersenyum. Astaga, berarti ia bisa menguak identitas sebenar gadis itu jika telah menemukan ponsel dan tas nya. Mungkin saja identitas gadis itu juga ada di dalam tas nya!

Ia bergegas mengambil ponsel dan tas itu lalu setengah berlari membawa nya ke dalam kamar tidurnya.

Usai menyembunyikan semua benda itu di loker pribadi nya, ia bergegas keluar kamar lagi untuk menuju ke ruang fitness.

Di sana didapatinya Helena masih melakukan senam-senam kecil, kemudian berhenti dan berjalan keluar. Tubuh gadis itu bersimbah keringat, dan ia tersenyum tatkala melihat Rusman menjenguknya dari balik kaca.

"Hai, Om! Kamar mandinya di mana?" Gadis cantik itu terlihat aneh dengan gaun seksi namun bersimbah keringat. Nafasnya ngos-ngosan.

"Akan aku tunjukkan..." kata Rusman sengaja pasang tampang berwibawa. Bagaimanapun juga tetap harus mengesankan kepada gadis itu bahwa ia adalah majikan, dan gadis itu hanya seorang pembantu.

Lagi-lagi ada desir aneh di jantung Rusman jika berdekatan dengan gadis itu. Tapi ia tak berani bersikap lebih jauh selain daripada sedikit berbicara dan main perintah.

Rusman segera menggiring gadis itu menuju kamar mandi.

"Yaaah, Handuknya kelupaan..." Helena terlihat bengong. Ia menatap Rusman yang berdiri saja di dekatnya, di samping kamar mandi.

"Biar aku ambilkan..." Rusman bergegas hendak beranjak mengambil sehelai handuk, tapi gadis itu langsung mencekal lengannya. "Gak usah, Om! Biar aku saja ambil sendiri..." Helena nyengir.

Rusman bengong. Ia sendiri heran karena selama hidupnya mengambilkan handuk isteri nya sendiri ia tidak mau.

"Aku kan pembantu, kok malah tuannya yang ambilkan," kilah Helena sambil melepaskan pegangannya dan berjalan melewatinya.

Gadis itu melenggang kangkung melewatinya, meninggalkan aroma keringat yang membuat Rusman mengendus-endus nikmat.

Salah satu dari bagian tubuh Rusman kembali mengeras. Gila! Anak ini memiliki sex appeal yang sangat mumpuni! Anak siapakah dia?! Pikir Rusman dengan hati galau.

Tak mau diperbudak oleh pikirannya yang aneh-aneh, ia buru-buru pergi ke kamarnya.

Tiba-tiba pula ponselnya yang tersimpan di dalam kamar berdering.

Ternyata dari isterinya di Amerika.

Ngapain Mak Lampir nelpon-nelpon segala? Pikirnya. Sebagai suami yang (pura-pura) baik ia langsung menyambutnya.

"Ya, hallo mom! Kapan pulang?" Rusman berusaha berkata selembut mungkin. Lebih lembut dari kain sutra. Bahkan saking lembutnya bibirnya sampai melambai-lambai bagai bendera kebangsaan yang sedang berkibar di bulan Agustus!

"Hallo juga, pop! Eng... Inih, mamah cuman mau ngabarin kalau mamah gak bisa pulang cepat. Soalnya anak kita nih bandel amat, perlu pengawasan ketat dari ibunya. Maklum lah, anak kita ini kan nurun papah nya. Rada-rada nakal jantan gitu, tapi setia kaya papahnya juga..." si isteri terus nyerocos.

"Ya, udah. Awasi saja anak itu biar dia enggak lepas kontrol...!" sahut Rusman dengan hati gembira.

"Aku belum selesai ngomong, Pap! Maksudku karena aku agak lamaan di sini, papi transfer lagi dong uang sakuku... yah, barang tiga ratus juta lah. Ini kan Amrik, Pap! Apa-apa serba mahal...!"

"Iya, deh! Aku transfer lima ratus juta malah! Tapi mamah jangan terlalu lama dong. Kalau mamah kelamaan kan papah jadi gatel juga..." canda Rusman, dengan hati dug-dug plas karena gembira.

"Ih, papi pake gatal-gatal segala, kayak pelakor aja! Mamah cuma satu bulan di sini...!"

"Yes!!!" Rusman berteriak tanpa sadar.

"Lho kok papi malah senang?" sang isteri langsung melotot.

"Oh, enggak, enggak! Ini aku lagi nonton sepak bola di tivi, tiba-tiba ada gol masuk dari tim kesayangan papi, makanya papi langsung teriak 'yes' " Rusman langsung meralat ucapannya. Suaranya kembali dibuat lembut dan sedih. "Yaaa, mamah lamaan deh... ya udah, papi langsung transfer ya!" Rusman langsung menutup ponselnya dan langsung memasukkan ponsel itu ke balik kasur agar tidak terdengar lagi suara panggilnya.

Tiba-tiba terdengar pintu kamar diketuk. Rusman bergegas menghampiri pintu dengan keheranan, karena satu-satunya penghuni rumah ini selain dirinya adalah gadis itu.

Brak! Ia membuka pintu dengan jantung berdebar. Apa maunya anak itu pakai ngetuk-ngetuk pintu segala?

"Ohhh..." Rusman melongo melihat gadis cantik itu nyengir manis sambil berdiri di depan pintu kamar dengan mengenakan pakaian yang... lagi-lagi seksi! Gadis itu tampaknya baru selesai mandi dan berdandan.

Rambutnya dikepang ekor kuda, dengan baju kaos berbelahan dada agak terbuka. Sebagian dadanya yang agak menonjol itu terlihat putih padat dan berkilau membuat Rusman langsung menelan ludah, bagaikan cecak menelan nyamuk yang ia temukan.

"Oh-eh, ada apa, say.. eh, salah! Ada apa hai pembantu...?" Rusman agak gagap dan bingung harus berkata apa.

Gadis itu menatap dirinya dengan tatapan sayu....

What happen...???

avataravatar
Next chapter