webnovel

Tak akan berhenti

Cinta yang datang terlambat bahkan sangat sangat terlambat memang tak berarti apa apa yang ada hanya kesakitan dan akan lebih terasa menyakitkan jika dia yang kau cintai sudah menyerah akan dirimu dan memilih untuk pergi.

Karma itu nyata.....

Ya sangat nyata disaat kau merasakan beratnya rindu dan menyiksanya menahan perasaan. Perasaan yang harusnya bisa kau ungkapkan padanya harus terpendam dalam hati dengan jangka waktu yang tak tahu kapan akan bersambut.

.... Reka Adimas .....

* * * * * *

"Kapan kamu akan melangkah kedepan,Reka."

"Kamu tak bisa seterusnya seperti ini." Omel Reni pada sang anak, yang bisa ia pastikan tak mendengarkan ucapannya. Ya,ini hal yang biasa dan Reni pun takkan pernah bosan mengucapkan kata kata yang sama pada putra keras kepalanya ini.

"Jika menemukan pengganti Nina itu sulit,harusnya kamu berusaha lebih keras untuk mencarinya."

Sang anak Reka mendengus sebal mendengar ocehan sang ibu yang kini terdengar lebih sering di telinganya.

"Ibu taukan aku tidak diam saja,semua usaha sudah aku lakukan. Bahkan dengan cara tergila sekalipun sudah aku lakukan. Tapi mana.."

"Jika begitu berusahalah lebih keras lagi,jika kamu tak bisa maka ikhlaskan saja dia. Mungk...m"

"Gak. Aku takkan melakukan itu,ibu pikir ikhlas itu gampang. Ikhlas itu hanya kata kata yang mudah diucapkan tapi bukan sebuah tindakan yang mudah dilakukan."

Reni mendengus sebal anak keras kepalanya selalu begini,bersikap semaunya tanpa mau mendengarkan apa itu kata orang lain.

"Ok jika itu mau mu. Ibu memberi mu waktu satu tahun lagi dari sekarang jika usaha mu masih nihil. Kamu harus nurut apa maunya ibu." Ucap Reni sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan derita Reka.

Ya,ruangan derita karena semenjak Nina pergi Reka selalu menyendiri disana. Anak yang dulu tak suka sendirian kini sangat menyukai kesunyian dan apa itu sepi.

Apalagi di awal awal kepergian Nina, Reni sempat mengira jika anaknya mengonsumsi barang haram sebagai pelarian rasa frustasinya. Tiga bulan ia menyendiri dalam kamar gelap smbil terus menyesali kebodohannya.

Kini tiga tahun sudah Nina pergi dan kondisi Reka tak sepenuhnya sembuh sedia kala. Mungkin takkan pernah menjadi Reka yang sama seperti dulu.

Reni akui ini semua terjadi karena kesalahan anaknya sendiri, hanya saja ia tak pernah menyangka jika efeknya akan sefatal dan selama ini. Andai saja ia tahu jika kepergian Nina akan berimbas seperti ini Reni akan menahan kepergian menantunya saat itu, apapun akan ia lakukan sekalipun ia harus bersujud untuk memohon Nina agar mau tetap tinggal.

Tapi waktu itu Reni sebagai sesama perempuan tentu sangat mengerti rasa sakit yang menantunya alami,rasa sakit yang diakibatkan oleh putranya.

Bahkan dimalam itu Reni sendirilah yang mengantarkan sang menantu pergi untuk meninggalkan kehidupan anaknya.

* * * * * *

''Mah,Reka pergi dulu ya'' pamit Reka dengan menenteng koper ditangannya.

''Kamu mau kemana.'' Reni cukup terkejut melihat Reka yang terlihat sedikit berbeda dari biasanya.

''Aku rasa satu tahun itu bukan waktu yang lama jadi aku akan memulai pencariannya sekarang juga.''

''Tapi nak, kamu akan mencari Nina kemana?'' Reni bukannya tak senang, hanya saja ia tahu seberapa kerasnya usaha sang anak untuk menemukan istrinya itu.

''Kemana saja.'' Terlihat jelas raut wajah penuh harap terlihat disana,tapi tatapan mata Reka tak mungkin bohong ada keputusasaan disana.

Tapi untuk saat ini Reka terlalu takut jika ini adalah kesempatan terakhir yang ia miliki untuk bisa mencari keberadaan Nina secara leluasa.

Reka sadar selama tiga tahun ini ia sudah egois pada dirinya sendiri dan orang orang disekitarnya,jadi jika kali ini gagal Reka menyerah. Menyerah bukan karena ia lelah mencari keberadaan dia tapi menyerah untuk kebaikan semua orang disisi nya,terutama keluarganya.

''Jika kamu yakin jodoh mu masih dia,kamu pasti akan menemukannya.Percaya itu.'' Entah mengapa Reni memiliki firasat yang baik untuk keberangkatan Reka kali ini.

Reka tentu sangat bersyukur memiliki ibu seperti Reni,ibu yang sangat bijaksana,ibu yang selalu ada disampingnya kapan saja dan bukan ibu penuntut seperti di sinetron.

Setelah berpamitan dengan sang ibu,langkah Reka terasa sedikit ringan walaupun perjalanan ini akan menempuh jalanan terjal. Terjal karena mengingat ia tak memiliki petunjuk apapun untuk menemukan keberadaan Nina.

Hanya bermodal sebuah foto Nina,Reka bertekad akan menemukan cintanya yang hilang. Cinta yang ia matikan bahkan sebelum ia kecup.

''Ki,tolong ya.''

{Loe yakin bakal pergi sendiri} terdengar disebrang sana ada kekhwatiran.

''Gak,gak perlu.Kali ini gue mau sendiri Ki,maka dari itu tolong ya.'' tegas Reka pada Koki jika ia hanya mau sendiri.

{Iya,kalau urusan kantor loe gak perlu khawatir gua yang pegang.Lo hati hati ya,gue doain kali ini loe pasti bakal nemuin dia} Koki sebagai teman tentu ingin temannya bahagia.

Reka adalah anak seorang pemilik perusahaan perusahaan besar di negeri ini. Dan beberapa perusahaan Reka lah yang mengelola dan Koki adalah tangan kanan Reka.

Sebenarnya selama tiga tahun ini Reka sudah sangat sering meninggalkan tugasnya di perusahaan, ya walaupun tak lepas tangan sepenuhnya tapi semenjak peristiwa itu hasrat untuk bekerja keras dan memupuk kekayaan hilang begitu saja. Sekarang bagi Reka yang terpenting adalah Nina. Ya walaupun sebenarnya tanpa Reka bekerja pun hidupnya takkan kekurangan apapun.

Reka melajukan mobilnya kearah timur,menyusuri jalanan Bogor Cianjur dan kini ia menepi di kota Bandung. Kota pertama yang ia yakini jika keberadaan Nina ada di sini.

Bandung,entah untuk kesekian kalinya Reka menginjakan kaki disini. Selain untuk mencari keberadaan Nina, kota kembang ini sudah sangat sering Reka kunjungi untuk berbagai keperluan dan disini pula ada sedikit kenangan manis bersama Nina.

Reka rencananya akan berada di Bandung selama dua minggu,dia tinggal disebuah rumah kecil dipedasaan pegunungan. Kenapa Reka memilih pedesaan ya karena disini sepi,sunyi.

''Kinara Aninar, kamu dimana sayang.'' mata Reka meremang melihat potret gadis dengan berbalut kebaya putih.

''Aku harus mulai dari mana Nin, sedangkan jejak mu saja tak ada.'' Frustasi Reka mengingat tak ada jejak sedikit pun yang ditinggalkan Nina. Istrinya itu seakan hilang ditelan bumi, tak ada tempat yang pasti untuk Reka mencari keberadaannya,tak ada tempat bertanya dan tempat untuk tahu istrinya itu siapa sebenarnya .

''Jika mencari mu akan sesulit ini aku takkan melakukan kebodohan itu Nin.Aku gak akan menjadi bodoh terlalu lama.''

Cinta bukan perasaan yang bisa disalahkan, bila ada kesalahan itu bukan pada rasa cintanya melainkan pada orangnya. Cinta adalah perasaan yang tak perlu sebuah undangan untuk ia datang,tapi cinta akan pergi jika ia sudah begitu sakit dan sudah sangat sering di patahkan.

Next chapter