10 Sesuatu Yang Berbeda

Pelangi menghabiskan sisa malam itu dengan menangis, Tubuhnya terasa sakit dan hatinya juga sakit. Ditatapnya laki-laki yang selalu dicintainya yang tengah terlelap di tempat tidurnya dengan wajah puas itu, ada rasa benci yang diam-diam menyelinap di dalam hatinya. Dia berjalan keluar dari kamar menuju halaman belakang dan duduk di teras sambil memandangi ikan koi yang berenang-renang di kolam di sebelah teras.

Ray terbangun ketika cahaya matahari pagi yang lembut menerobos jendela kamar, dia terkejut saat mendapati dirinya terbangun di kamar Pelangi, dia melihat sekeliling dan tak mendapati Pelangi di ruangan itu. Ray terkejut saat melihat dirinya telah berganti piyama, yang dia ingat dia masih memakai pakaian formal semalam. Ray merasakan kepalanya sedikit pusing, dia mencoba mengingat kejadian semalam. Dia masih ingat Arini yang terlihat begitu seksi dan begitu menggoda. Malam itu Ray begitu terpesona, entah mengapa malam itu merasakan gairah yang begitu membara kepada Arini,rasanya malam itu dia ingin segera menuntaskan rasa itu. Ray tak perduli pada prinsipnya selama ini kalau dia tidak akan menyentuh Arini lebih jauh sebelum mereka menikah,

Ray masih ingat ketika Arini membimbingnya menuju kamar tapi Gerry menghalangi mereka bahkan membawanya pergi dari kamar cottage dimana mereka mengatakan acara malam itu,

Ray menduga kalau Gerry membawanya pulang dan meletakkannya yang mabuk di kamar Pelangi. Ray menggeram dalam hati, awas saja kalau dia berani memanfaatkanku saat aku tidak sadar tapi Ray segera ingat kalau Pelangi bukan tipe orang seperti itu meski Pelangi sangat mengharapkan ada keintiman diantara mereka tapi dia tak pernah memaksa untuk mencium atau menyentuhnya, bahkan ciuman diantara mereka beberapa hari yang lalu karena dia yang mengambil inisiatif

Ray melangkah keluar dari kamar dan mencari keberadaan Pelangi yang tak terlihat di manapun.

"Angi di mana, Bi?" tanya Ray saat melihat seorang asisten rumah tangga menyiapkan sarapan.

Si Bibi tampak terkejut, tak biasanya Ray menanyakan keberadaan Pelangi.

"Di halaman belakang, Tuan," kata si Bibi sambil menunduk.

Ray segera bergegas ke halaman belakang dan menemukan Pelangi tengah duduk terdiam memandangi ikan-ikan yang berenang bahunya terlihat turun naik seperti sedang menahan tangis. Entah mengapa Ray merasa ada sebuah rasa sakit yang menghujam batinnya. Semenjak dia mencium paksa Pelangi beberapa waktu yang lalu saat di resepsi pernikahan tantenya Pelangi, Ray merasa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Seringkali dia mencari keberadaan Pelangi walau dia tak mengakuinya.

Ray segera pergi ke kamarnya di kamar tamu dan membersihkan dirinya. Dia segera mengumpat saat mengingat mimpi erotisnya tadi malam. Ya, dia malah bermimpi melakukan hal itu dengan Pelangi dan bukan dengan Arini! Selama ini dia selalu menahan diri agar tidak berhubungan badan dengan Arini karena Ray ingin melakukannya kelak setelah mereka menikah.

Selesai membersihkan diri, Ray segera berganti pakaian dan segera menuju ke ruang makan, dia kemudian menarik sebuah kursi dan duduk di sana kemudian mulai menyesap kopi yang sudah tersedia di meja. Ray merasa lega tak ada Pelangi di sini, biasanya acara sarapan adalah hal yang paling menyebalkan baginya karena sikap Pelangi yang sok perhatian padanya.

"Angi sudah sarapan, Bi? Tumben belum kelihatan,"

"Non Angi sudah berangkat kerja, Tuan."

"Hmm, sepagi ini?," Ray mengerutkan keningnya dan melanjutkan menyesap kopinya kemudian menyantap sarapannya dengan dengan tenang. Tak biasanya Pelangi berangkat kerja tanpa merecokinya lebih dahulu.

"Iya, Non Angi bilang ada urusan yang di harus diselesaikan pagi ini juga,"

Seperti hari ini. hari-hari setelahnya Pelangi selalu berangkat kerja saat hari masih pagi dan pulang saat larut malam, dia juga terlihat menghindar dari Ray dan itu sudah berlangsung satu minggu. Awalnya Ray merasa senang ketika tak ada yang Pelangi di sekitarnya karena tak ada yang mengganggunya tapi kemudian dia merasa ada sesuatu yang aneh saat dirinya tanpa sengaja mendatangi kantor Pelangi dan melihat Pelangi tampak tengah mengobrol dengan asyik dengan salah satu staf prianya. Dia merasa jengkel saat Pelangi tertawa karena lelucon bawahannya.

Pelangi segera menghentikan tertawanya dan merasa heran saat melihat bawahannya tiba-tiba terdiam dengan wajah pucat saat menatap sesuatu di belakang Pelangi. Karena penasaran Pelangi menoleh ke belakang dan menenmukan Ray yang berdiri di sana dengan wajah menyeramkan.

***

AlanyLove

avataravatar
Next chapter