4 Sampai Kapanpun Kau Tidak mendapat cintaku

Selesai sarapan, Ray mengandeng Pelangi atau lebih tepatnya menyeretnya. Senyum manis yang sedari tadi bertengger di bibirnya, langsung lenyap begitu Nisa sudah tidak memperhatikan mereka. Ray menyeret Pelangi ke kamar mereka, Pelangi sampai merasa pergelangan tangannya sakit.

"Jangan pernah berfikir aku akan jatuh cinta padamu! Sampai kapanpun kamu tidak pernah mendapatkan cintaku! Pernikahan kita hanya selembar kertas! Ingat itu! Setelah tiga tahun kita akan bercerai dan kita tidak ada hubungan apa-apa lagi!" Ray mendorongnya hingga jatuh di atas sofa.

Pelangi mengernyitkan keningnya, lelaki di depannya rasanya bukan seperti Ray yang dikenalnya. Ray yang dia tahu tidak pernah menyakitinya meski dia selalu menyakiti gadis-gadis yang dekat dengan Ray karena bagi Ray dia adalah adik kecilnya.

"Jangan terlalu percaya diri, aku yakin tak lama lagi kamu akan jatuh cinta padaku!" balas Pelangi sinis.

"Kamu yang terlalu percaya diri! " dengus Ray, dia lalu keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan keras.

Pelangi duduk termangu di atas sofa, dia masih terkejut dengan semua perubahan yang terjadi pada Ray. Dia tak pernah menyangka kebencian Ray padanya terlihat sangat luar biasa. Setelah terdiam beberapa saat Pelangi akhirnya bangkit dari atas sofa. Sambil mengedikkan bahunya, dia menuju ke tempat tidur dan berbaring di sana dan menyalakan televisi. Pelangi hanya melihat televisi sebentar setelah itu fikirannya kembali pada malam ketika Ray memeluk dan mencium Arini dengan mesra, dia merasa hatinya sakit.

Sebuah ketukan di pintu membuat Pelangi bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu, tadinya dia berfikir Ray yang datang tapi ternyata Bintang, kakak perempuannya yang berada di balik pintu. Bintang segera menerobos masuk ke dalam kamar tempat menginap Pelangi.

"Baunya mengingatkanku pada saat malam pertama dulu," kata Bintang menggodanya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Ayo kita jalan-jalan!" katanya kemudian.

"Malas, ah!" balas Pelangi sambil kembali merebahkan diri.

"Yeah, pengantin baru! Memangnya tadi malam sampai berapa ronde sampai kamu lemas begitu," Bintang terkekeh.

"Masak aku harus cerita!" Pelangi cemberut membuat Bintang makin terkekeh, dia mengira Pelangi malu menceritakannya. Bintang jadi gencar menggodanya membuat Pelangi makin manyun.

Pintu terbuka dan Ray masuk ke dalamnya.

"Kak Bintang? Sudah lama di sini?" Ray tersenyum. Umur Ray dan Bintang hanya terpaut satu tahun, Ray lebih muda dari Bintang.

"Baru saja, aku lagi menggoda adik kecilku yang tiba-tiba saja menjadi pemalu," Bintang terkekeh.

Ray tersenyum, dia mengambil air putih dalam kemasan botol yang ada di kabinet, lalu setelah duduk di sofa dia meneguknya.

"Aku yakin kamu pasti tidak akan mengecewakannya," Bintang tertawa menatap Pelangi yang membuang wajahnya ke luar jendela, menghindari tatapannya.

"Aku? Mengecewakannya? Tidak mungkin! Nenek akan membunuhku kalau aku melakukannya!" Ray tertawa ringan kemudian berjalan ke arah Pelangi dan memeluknya, "Iya kan, Sayang?"

Pelangi hanya tersenyum, tiba-tiba dia merasa muak dengan tingkah laki-laki itu, Dia bertingkah manis saat ada orang lain tapi begitu kejam saat hanya berdua. Bintang juga tersenyum, dia bahkan semakin menggoda keduanya saat dilihatnya Pelangi lebih banyak diam. Ray bertingkah seakan dia adalah suami paling perhatian kepada istrinya membuat Bintang menganggap Pelangi sangat beruntung karena akhirnya menikah dengan laki-laki yang sangat diharapkannya dan laki-laki iru sangat mencintainya.

Bintang akhirnya meninggalkan mereka hanya berdua di kamar itu, Pelangi langung membalikkan tubuhnya memunggungi Ray, dia merasa sangat mengantuk dan dia juga malas untuk meladeni pembicaraan Ray. Pelangi malas berdebat dengan Ray. Laki-laki itu tersenyum sinis menatap punggung Pelangi. Dia kemudian kembali duduk di sofa, mengeluarnya ponselnya dan mulai menelpon.

"Halo, Sayang... Nanti malam kamu aku jemput ya! Jam tujuh! kita dinner di restoran Excellent,"

"Halo juga Sayang, memangnya istrimu gak marah kalau kamu dinner sama aku?" suara seorang perempuan terdengar mendayu dan karena Ray menghidupkan pengeras suaranya.

"Tidak akan! Dia hanya membutuhkan surat nikah dariku!" dengus Ray.

"Tapi aku takut dia marah sama aku, Yang," suara manja perempuan itu membuat Pelangi merasa muak tapi Pelangi hanya diam saja agar Ray mengiranya sudah tidur.

"Dia tahu aku hanya cinta kamu karena itu dia memakluminya," Ray melirik punggung Pelangi, dia tahu gadis itu belum tidur, karena itu dia sengaja mengatakan hal itu agar Pelangi tidak Pelangi tidak mengganggu Arini seperti dulu mengganggu gadis-gadisnya.

***

avataravatar
Next chapter