6 Pernikahan Tante Winda

Hari sudah malam saat Pelangi segera menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk, dia tersenyum lega menatap mejanya yang sudah rapi. Sebagai direktur keuangan di perusahaan papanya yang bergerak di bidang properti, Pelangi terbiasa bekerja lembur sebelum menikah dengan Ray dan kini setelah menikah dia bahkan menjadi lebih sering menghabiskan waktunya di kantor. Tadinya Pelangi berharap setelah menikah dia bisa menjadi lebih dekat dengan Ray tapi kenyataannya sudah lima bulan setelah pernikahan mereka Ray selalu bersikap dingin bahkan acuh tak acuh padanya meski ketika dihadapan nenek dan keluarga Pelangi kecuali saat berada bersama nenek dan kedua orang tua Pelangi.

Pelangi berjalan menuju lift, malam ini dia pulang lebih awal karena harus menghadiri undangan dari tante Winda, adik bungsu mama yang usianya hanya beberapa tahun di atas Pelangi. Hari ini dia menikah dan mengundang keluarga besarnya untuk hadir di acara yang bahagia ini. Tadi Pelangi sudah mengingatkan Ray untuk datang di pernikahan tante Winda tapi sampai saat ini belum ada jawaban padahal belum dibaca. Pelangi menduga Ray sedang bersama Arini saat ini, bahkan mungkin Arinilah yang membaca pesan darinya dan menghapusnya seperti beberapa waktu lalu ketika dia mengabarkan nenek sakit tapi Ray sama sekali tak menanggapi ternyata waktu itu Arini yang membaca pesannya dan menghapusnya karena menganggap itu hanya alasan Pelangi untuk membuat Ray lebuh memperhatikannya,

Pelangi telah mengganti pakaiannya dengan pakaian pesta di kantor tadi jadi dia langsung menuju cafe tempat dilaksanakannya pesta tante Winda. Pelangi disambut hangat oleh tante Winda dan suaminya yang tampan. Winda terlihat sangat cantik dengan kebaya brokat putih panjang model pinguin sementara Suami Winda, Ega mengenakan stelan jas warna gading, mereka terlihat sangat serasi.

"Selamat, ya Tan," Pelangi mencium pipi kiri dan pipi kanan Winda dengan gemas, wanita di depannya lebih mirip boneka saking cantiknya. "Tante cantik sekali!"

"Thank you, Sayang, Kamu juga cantik. Mana Ray?" tanya Winda sambil mencari-cari keberadaan Ray di sekitar tempat itu.

"Sebentar lagi menyusul, masih ada klien yang harus ditemani," Pelangi menyembunyikan kepedihan hatinya. Ada kilat kesedihan di mata Pelangi yang cemerlang.

"Aku ke tempat mama dulu ya, Tan."

"Iya, Sayang," balas Winda sambil tersenyum.

Pelangi berjalan ke arah meja di mana mama tengah menikmati hidangan bersama Bintang sementara papa entah berada di mana karena pelangi tak melihatnya. Pelangi segera duduk di sebelah Bintang, mengambil air putih yang ada di meja dan meminumnya.

"Mana Ray?" tanya mama dan Bintang hampir bersamaan.

"Baru menemani klien, paling sebentar lagi mungkin datang,"jawab Pelangi dengan perasaan tak yakin. Pelangi mengambil sebuah cake gulung mini dan menyantapnya.

Seorang perempuan separuh baya mendekati meja mereka dan bertanya kepada sesuatu kepada Mama, lalu dia menatap pelangi dengan senyum di wajahnya. Perempuan itu adalah Tante Olga, dia juga hadir dalam pernikahannya dulu

"Ini Angi, kan? Sudah hamil berapa bulan?"

Pelangi tersenyum canggung,dalam hati dia berkata bagaiman akan hamil kalau disentuh saja tidak? Tapi dia hanya menjawab, "Belum, tante,"

"Belum? Bukankah kalian sudah lama menikah?"

"Iya, tante tapi memang Allah belum mempercayakan anak kepada kami."

Sebenarnya pertanyaan seperti inilah yang coba Pelangi hindari, Pelangi tak boleh marah karena memang itu adalah pertanyaan yang wajar ditanyakan pada pasangan yang sudah menikah. Selain tante Olga masih ada beberapa orang yang menanyakan hal tersebut kepada Pelangi membuat perasaannya menjadi buruk.

"Maaf aku terlambat, Sayang," suara seseorang mengejutkannya, Pelangi semakin terkejut saat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh keningnya. Sebuah kecupan? Pelangi mendongak dan melihat lelaki yang selalu mengisi hatinya berdiri di depannya. Pelangi tersenyum manis, dia tak ingin mama dan Bintang curiga ada sesuatu dalam hubungannya dengan Ray.

'Selamat malam, Tante, Kak Bintang," Ray tersenyum ramah pada ibu mertua dan kakak iparnya.

"Ray," kata Mama dan Bintang hampir bersamaan.

Ray duduk di samping Pelangi dan melingkarkan tangan di bahunya membuat Pelangi membeku. Dihadapan mama dan kakaknya Ray selalu bersikap manis seakan-akan dia adalah suami yang baik baginya.

***

avataravatar
Next chapter